4. Empat

122K 17.5K 1.3K
                                    

Happy Reading ♥️

Rival dengan hati-hati memanjat pagar belakang sekolah berniat untuk membolos. Memang seperti itu rutinitasnya jika sedang bosan mendengarkan pelajaran yang disampaikan guru. Tanpa rasa takut sedikitpun lelaki itu loncat dan mendarat di tanah dengan pose sok keren.

Jarinya bergerak merapikan rambutnya agar terlihat tampan berkali lipat sebelum menuju warung tempatnya membolos. Ponsel di sakunya berdering membuatnya berdecak malas.

"Pasti nenek lampir nih!" gumam Rival lalu menjawab dengan malas panggilan itu.

"Lo di mana hah?!" teriak Cahya tiba-tiba di seberang telepon.

Refleks, Rival langsung menjauhkan ponsel dari telinganya. "Lo kenapa nelpon-nelpon langsung ngegas hah?!" balas Rival tak kalah garang.

"Bolos lagi?" Nada suara Cahya memelan.

"Gak."

"Ngaku nggak?!"

Rival berdecak kesal ketika nada bicara Cahya kembali tinggi lagi. "Gue mau selingkuh dulu, bye."

"Mau gue putusin tapi kok susah nyari yang sefrekuensi," gumam Rival lalu memasuki warung Bu Siti.

"Hello everybody!" sapa Rival kepada teman-teman satu gengnya sambil merentangkan tangannya. Tak lupa dengan senyuman tengil yang selalu menghiasi bibir mungil penuh bacotan itu.

"Ngapain lo di sini berdua?" tanya Rival kepada Lego dan Gilang yang sedang makan bakso berdampingan seperti pasangan homo. "Pacaran lo ya?"

"Sekate-kate lo kalo ngomong!" bantah Lego. Enak saja. Dia masih normal.

Mata Rival menyusuri segala penjuru warung tapi tak menemukan keberadaan Genta.

"Genta mana dah?" tanya Rival sambil menarik kursi untuk didudukinya.

"Berduaan sama Cahya," jawab Gilang asal.

"HAH BENERAN?!" kaget Rival langsung berdiri. Kondisi mukanya bahkan sudah berapi-api. Gilang dan Lego hanya menahan tawa. Rival bucin sekali.

"GUE BAKAL BANTING SI GENTA!" Rival mengepalkan kedua tangannya berapi-api. Berani-beraninya kedua manusia itu bermain di belakangnya.

"Siapa yang bakal lo banting?" tanya seseorang yang baru saja masuk ke warung.

Rival langsung menoleh dan mendapati Genta dengan muka menantang di sana. Harusnya ia paham, dari bau parfum saja sudah menunjukkan bahwa itu Genta.

"Lo lah!"

Alis Genta terangkat satu. "Yakin lo berani?"

"Ya kali gue berani." Rival duduk kembali dengan wajah pasrah. Bagaimanapun Genta itu pintar berkelahi.

Lego dan Gilang tertawa pelan. Rival hanya omong kosong yang diutamakan.

"Bucin parah sih lo sama Cahya," keluh Genta memasang wajah datar. Hari-hari Rival langsung berpusat kepada Cahya akhir-akhir ini membuat waktunya bersama teman-teman hanya sedikit.

"Ya kali gue bucin? Ngasal lo kalo ngomong," bantah Rival sambil mencomot bakso dari mangkok Lego santai.

Gilang dan Lego menye-menye. Rival memang selalu begitu.

"Tinggal akuin iya apa susahnya sih," saran Gilang yang tak tahan dengan pengelakkan Rival.

"Cahya nya aja yang tergila-gila sama gue. Dia selalu ngikutin gue ke mana-mana."

Genta, Gilang, dan Lego memandang Rival aneh dan seakan berkata 'BULSHIT!'. Kenyataannya Rival yang selalu melakukan apapun demi bertemu Cahya.

"Cahya lagi di perpus," ucap Genta sambil memainkan ponselnya.

RIVAL (UP BAB BARU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang