Spoiler Warning!!!
----------
Grusak, grusuk.
Terdengar suara bungkus plastik berlarut di heningnya sore itu. Temperance yang berusaha meminum tehnya dengan tenang mendadak mengernyit dahi berbarengan dengan munculnya pertigaan merah di pelipisnya. Entah sudah berapa kali dibilang, tetap tak pernah mempan.
"PANDA BODOH, KAU NYARI APA SI?!" seru si mungil kesederhanaan berlari mencari partner-rivalnya. Dalam wujud kecil tapi mencolok, bukan hal yang sulit Temperance menemukan Gluttony diantara tumpukan snack yang berserakan di dapur. Masih dengan pertigaan merah dan mendesah kesal, Temperance mendekat menatap Gluttony lekat-lekat. Pan-Gura yang kaget mendadak berkeringat dingin, seolah-olah melihat api dibelakang Temperance.
Tapi bukan bentakan yang dia terima, karena dalam wujud kecil, Temperance tiba-tiba mengangkat Gluttony dalam dekapannya dan mencubit pipi sang kerakusan seraya mengomel, "Kan sudah kubilang jangan diberantakin, Guraaa,... Kamu nyari apa? Itu semua kan makananmu."
Tarik nafas. "Gak heran mereka menjulukimu salah satu dosa paling jorok sepanjang sejarah."
Sejujurnya Temperance sudah sadar ada sesuatu yang tidak beres dengan rivalnya akhir-akhir ini. Setidaknya dalam seminggu terakhir Gluttony sering menghilang dengan waktu yang acak. Kadang juga di waktu-waktu seperti tengah malam atau subuh. Kalau ditanya habis kemana jawabnya ke convenience store, tapi biasanya dia selalu bilang. Atau bahkan mengajak Temperance pergi bersamanya.
"Kit-K*t rasa miso,..."
"Aku ga liat ada kit-k*t rasa itu dari kemarin." Dalam batinnya Temperance bertanya apa enaknya makanan manis rasa miso? Kemarin-kemarin Gluttony membawa rasa kecap asin.
Dan berakhir mengerikan.
"Eh, iyakah? Kutaruh mana ya? Atau dikamarku ya? Ahahah," Pan-gura tertawa. Tidak. Itu tawa untuk mengelak. Ada yang disembunyikan.
"Gluttony,..."
Hening. 10 detik. 30 detik.
"Aku tidak mencari apapun, aku mencari sesuatu yang bisa menarik perhatianku dan bisa kumakan."
"Semuanya masih utuh tu," ucap Temperance sambil menunduk dan menggoyangkan beberapa bungkus. Utuh. Dan belum dibuka.
'Sebentar.'
Iris olive Temperance melirik ke arah Pan-gura. Partnernya ini, sang kerakusan biasanya cuma kehilangan nafsu makan kalau ada sesuatu yang membuatnya jijik (dan dia jorok jadi tidak mudah jijik) ataaaau,... Overthinking dan stress.
"Gura, bilang. Kamu kenapa?"
Hening. Lagi. Tapi Temperance bersumpah tidak akan pergi sampai Gluttony menjawab.
"I had a nightmare," ungkap Gluttony pelan. Dia kira Temperance tidak akan bisa mendengar karena sangat pelan dan dia menggunakan bahasa inggris. Namun, Temperance dengar dan sadar kalau firasatnya benar, tanpa bicara sepatah katapun membawa Gluttony seperti boneka keluar dapur, ke kamar si kerakusan. Serenity yang melihat hanya bengong yang dibalas dengan gestur telunjuk didepan bibir dari Temperance. Mengisyaratkan 'Jangan bertanya.'
"Oi oi Kamu mau apa!?"
"Diam! Aku tau kamarmu berantakan dan aku gak mau kamu berantakin kamarku."
Menggeser pintu kamar Gluttony pelan, masih memeluk Pan-gura, Temperance bersandar di salah satu sisi tembok dan duduk. Meletakkan Pan-gura di pangkuannya seperti anak kecil. Nafasnya terputus-putus karena sedikit berlari.
"Jadi ini kan alasanmu suka menghilang mendadak dengan alasan ke convenience store seminggu terakhir? Sekarang cerita, apa yang membuatmu berpikir terlalu berlebihan dan stress seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Desime Random Drabble, Headcanon, etc.
RandomSemua cerita ini adalah imajinasi di kepala saya setelah kak deruu menyelesaikan karya webtoon-nya. Hak cipta series asli ini adalah milik kak deruu seorang. Deadly 7 Inside Me ©Deruu Riota Sampul diambil dari chapter 141 ©Deruu Riota