Bandara internasional, 10.00 WIB.
Grek,... grek,...
Bandara terlihat sangat ramai hari itu, suara troli barang yang lalu Lalang, koper yang diseret, tangis dan tawa karena pertemuan dan perpisahan bercampur aduk dengan pengumuman dan pemberitahuan penerbangan. Diantara semua org yang ada, tampak sepasang manusia dengan rambut mencolok, satu jingga dan satu ungu, menggeret koper menuju gerbang check in.
Laki-lakinya mengenakan celana jeans, googles, dan jaket (default) sedangkan yang perempuan mengenakan hoodie ungu pink dengan rok tennis putih beraksen ungu. Pasangan itu bukan pasangan yang 'umum' terlihat sehingga orang disekitarnya berbisik penasaran siapa mereka.
"Eh,.. eh dua duanya bule? Tapi bisa bahasa Indonesia tuh."
"Mereka pacaran? Umurnya kek jauh."
"Ceweknya cantik anjim."
Sayangnya pasangan itu memang bukan manusia. Merasakan aura Slander disekitar mereka, Diligence berdecak, "Ck, tukang gossip itu lagi."
Disebelahnya tampak Sloth yang merengut karena sebelumnya dia bilang, "Kenapa bandaranya luas banget? Aku males jalan jauh."
Sesampainya di gerbang check in dan petugas selesai mengecek semua kelengkapan dan pendataan bagasi, Sloth terlihat mengalungkan headphone-nya di leher karena dia jelas tidak akan rela jika benda itu masuk bagasi. Petugas yang melayani mereka tersenyum dan mendadak bersemangat saat melihat Diligence namun mendadak merasa ngantuk saat giliran Sloth.
"Untung Happy Cat Company bisa mengurus berkas-berkas merepotkan ini dalam waktu cepat, kalau enggak, kita enggak bisa pulang," ujar Diligence sembari membolak-balikkan paspor barunya, mengingat paspor 'asli' nya dia tinggal di rumah setelah mereka diserang nenek tukang santet.
"Dan tumben 'dia' mau ngasih gratis," ungkap Sloth yang mulai mengeluarkan smartphone-nya dari saku untuk mengecek notifikasi dari gamenya.
"Ya karena si bocah singa item itu yang minta dia buat bantu kita," kata Diligence tertawa.
Sejujurnya saat mereka minta tolong, Greed mengomel karena urusan paspor harus diurus hingga kedutaan lewat jalur 'gelap', namun karena pride mengizinkan mereka berdua untuk menggunakan pesawat dan menyuruh Greed untuk membantu cuma-cuma, dia tak punya pilihan.
"Itu karena kamu menolak buat pake portal bodoh."
"Lebih menyenangkan gini ya, lagipula kalau pake portal perpisahannya ga akan kerasa. Aku jadi ingat si Gluttony yang hampir nangis ketika kita pergi," kata Dili sambil menepuk kepala Sloth. "Aku merasa bersalah karena kesannya seperti aku merebutmu darinya dan memisahkan kalian."
Mengingat diantara semua dosa yang ada, yang paling dekat dengan Sloth adalah Gluttony, bukan tidak mungkin ada drama ketika mereka memutuskan untuk memilih takdir masing-masing. Sedangkan Diligence lebih sedikit drama, karena mantan juniornya pun memutuskan untuk menyusul mereka berdua ke Amerika setelah beberapa waktu.
Setelah naik turun tangga (ujian hidup buat Sloth) mereka sampai di waiting hall bandara internasional So**ta. Memilih salah dua kursi kosong, Diligence meletakkan tas ransel kecil disamping Sloth yang sudah duduk, memakai headphone dan mulai bermain game. Diligence terlihat melirik mengamati situasi sebelum meghilang dan berpesan, "Titip tasku."
Setelah kemenangannya yang ketiga, sejenak Sloth memperhatikan sekitar yang dari tadi tidak dia pedulikan, mengamati jika beberapa manusia di tempat itu ada yang memiliki aura Steal, Jealousy, Procras bahkan Despair. Tapi ada satu hal yang menarik perhatiannya yakni seorang laki-laki dengan aura kebaikan hati yang kuat, Saint Kindness.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desime Random Drabble, Headcanon, etc.
LosoweSemua cerita ini adalah imajinasi di kepala saya setelah kak deruu menyelesaikan karya webtoon-nya. Hak cipta series asli ini adalah milik kak deruu seorang. Deadly 7 Inside Me ©Deruu Riota Sampul diambil dari chapter 141 ©Deruu Riota