Andre Supjiwanto Bagaskara

24 4 0
                                    


Author POV

Terlihat Andre sedang sibuk dengan beberapa dokumen yang ada di meja kantornya. Sepertinya dia sangat sibuk hari ini hingga dia tidak mendengar suara-suara ketukan yang sudah sedari tadi terdengar dari pintu ruangannya.

Tok tok tok

Entah sudah ketukan yang keberapa kemudian dia baru menyadari suara ketukan tersebut.

"Masuk," Perintahnya kepada orang yang mengetuk pintunya.

Terlihat seorang wanita cantik masuk keruangan Andre. Perempuan itu memakai pakaian kantor yang sangat ketat hingga menampilkan lekukan tubuhnya, belum lagi dengan tambahan rok pensil ketat yang digunakannya agak diatas lutut, membuat laki-laki yang melihatnya akan terpesona di buatnya.

"Permisi Pak, ini beberapa dokumen lagi yang harus bapak tanda tangani hari ini," Perempuan tersebut memberikan dokumen-dokumen yang dibawanya kepada Andre selaku atasannya.

"Terimakasih Tasya, kamu bisa kembali ke tempat kamu," ujar Andre kepada sekretarisnya.

"Baik pak," jawab Tasya dengan muka yang seperti menahan kekecewaan. Dia kemudian beranjak pergi dari hadapan Andre.

"Tasya," panggil Andre menghentikan Tasya yang telah memegang gagang pintu ruangan Andre.

"Iya Pak?" jawab Tasya, dia membalikkan badannya kemudian memasang wajah dengan senyuman lebar.

"Kalau ibu saya nanti datang, katakan padanya bahwa saya sedang ada urusan di luar kantor," perintah Andre.

"Tapi Pak, ..."

"Tidak ada tapi-tapian, sekarang cepat tinggalkan ruangan saya," ujar Andre memotong kalimat protes Tasya.

"Baik Pak," sekali lagi dengan wajah kekecewaan Tasya beranjak dari ruangan Andre dan kemudian menutup pintu ruangan dengan sangat pelan, takut mengganggu bosnya yang sepertinya dalam keadaan mood yang buruk.

Sedangkan Andre kemudian melanjutkan kembali kerjaanya yang sampai sekarang masih sangat menumpuk di mejanya.

"Haaah," Andre menghela napasnya, sepertinya dia mulai lelah dengan pekerjaaanya.

Lama Andre menundukkan kepalanya dengan ditahan oleh kedua tangannya di bagian kepala. Hingga kemudian dia mengangkat kepalanya dengan senyuman yang jarang dia tunjukkan kalau dia ada dikantor.

Andre sedang mengingat kejadian kemarin ketika celananya robek karena ulah seorang gadis SMA. Dia yang biasanya pasti akan marah ketika ada orang yang mengganggunya seperti itu apalagi karena kecerobohan orang tersebut berdampak pada dirinya, tapi dengan melihat wajah gadis itu semua amarahnya tiba-tiba menghilang. Belum lagi dengan muka imutnya ketika berada tepat di depan kakinya, sungguh bisa membuat semua kemarahan Andre menguap.

"Apa kira-kira yang dilakukan gadis itu sekarang?" tanya batin Andre.

Sepertinya Andre mulai memikirkan gadis itu. Vivi, nama yang indah dan manis menurutnya. Sepertinya dia mulai menaruh perhatian gadis tersebut dari awal pertemuan mereka, belum lagi ditambah kejadian kemarin. Hidupnya yang biasanya hanya monoton jadi terasa berwarna hanya karena seorang gadis SMA yang badannya jauh lebih kecil darinya.

"Bagaimana bisa tubuh sekecil itu bisa membuatnya tertarik?" tanya batinnya lagi.

Lama Andre melamun hingga tidak merasa kehadirannya Ibunya yang sudah daritadi sudah berada dalam ruangannya. Citra, ibu Andre merasa aneh dengan kelakuan anaknya. Pasalnya baru pertama kali dia melihat anak sulungnya melamun dan tersenyum-senyum seperti itu. Sepertinya anaknya ini sedang jatuh cinta menurutnya.

"I think love make you crazy right now, Boy," ucap Citra sambil menepuk pelan bahu anaknya setelah itu dia kemudian menuju sofa di ruangan itu dan kemudian duduk dengan sangat anggun.

Sementara itu Andre merasa kaget dengan kehadiran Ibunya yang tiba-tiba berada di ruangannya. Bukannya tadi aku sudah menyuruh Tasya untuk memberi tahu Ibu kalau aku sedang tidak ada di kantor?. Pikirnya.

"Kamu pikir kamu bisa bohong sama Ibu? Ibu sudah membesarkanmu hingga kamu bisa sebesar ini. Ibu sudah menghadapi segala kelakuan mu jadi Ibu bisa tahu kalau kamu lagi bohong dan kalau sekarang kamu lagi jatuh cinta," ucap Citra menggoda anaknya, dan tentu saja ekspresi anaknya hanya datar saja. Anak sulungnya memang pandai menyembunyikan raut wajahnya.

"Apa sih yang sedang Ibu bicarakan? Siapa yang bohong sama Ibu? Dan lagi pula siapa yang lagi jatuh cinta Bu?" sepertinya Andre sedang mencoba mengelak ucapan Ibunya.

"Jangan bohong sama ibu Ndre. Coba kenalkan pada Ibu, perempuan yang telah membuat anak Ibu tersenyum-senyum sendiri di ruangannya seperti sedang kerasukan setan."

"Apa sih Bu, Andre sedang tidak jatuh cinta. Lagipula sekarang Andre lagi sibuk mengurus proyek kerjasama kita dengan salah satu perusahaan yang ada di London. Jadi mana anda waktu bagi Andre pacar-pacaran sekarang?"

"Baiklah kamu bisa mengelak sekarang, tapi Ibu bakal cari tahu siapa perempuan yang sudah membuat anak Ibu berbohong seperti ini. Lagi pula Ibu sudah lama mau mengendong cucu, Mila saja sudah hamil anak keduanya dan kamu bahkan menikah pun belum. Apa kamu mau jadi perjaka tua Nak?. Yah walaupun pada dasarnya kamu memang udah tua," sepertinya Citra mulai lagi mengomel tentang kehidupan cinta anaknya.

Hal ini lah yang membuat Andre sebenarnya malas bertemu dengan Ibunya. Bukan dia ingin menjadi anak yang durhaka akan tetapi dia tidak suka di paksa-paksa seperti ini, seperti dirinya tidak laku saja.

"Bu dengar, Andre pasti akan cari jodoh yang terbaik buat Andre sendiri. Kalau Andre sudah dapat, Andre janji pasti bakal kenalkan ke Ibu," dengan lembut Andre menjawab pertanyaan Ibunya.

"Baiklah, Ibu bakal tagih janji kamu. Kalau gitu Ibu pulang dulu," akhirnya Citra menyerah juga menasehati anaknya hari ini. Menurutnya dia sudah mendapatkan satu petunjuk tentang kehidupan cinta anaknya dan dia akan bertanya pada Mila sehingga dia lebih memilih pulang dari pada harus mengahadapi anaknya sendiri.

"Ibu pulang sama siapa?" tanya Andre, dia khawatir kalau Ibunya harus pulang dengan naik Taxi, apalagi dengan keadaan Jakarta jaman sekarang yang rawan akan tindakan kriminal.

"Ibu akan keruangan Dipta dulu, minta dianterin ke rumahnya. Ibu mau ke rumah Mila, ada yang mau bicarakan dengannya. Lagi pula Ibu kangen dengan Lala, sudah lama Ibu ngak gendong dia," jawab Citra dengan senyum cerianya.

"Jangan terlalu sering ketemu Mila bu, itu anak makin hari kelakuannya makin aneh saja. Ruanganku saja pernah dihancurkan olehnya," Andre masih mengingat dengan jelas kejadian itu dan kemudian dia bergidik ngeri.

"Wajar saja Mila bertingkah seperti itu apalagi melihat dengan kedua matanya sendiri kalau suaminya sedang berpelukan dengan orang lain. Mantan sekretaris sementaramu itu memang ganjen, suami orang aja masih saja di ganggu. Untung kamu cepat mecatnya kalau tidak Ibu pasti yang akan langsung memecatnya sediri," Citra kemudian mulai mengomel lagi.

"Apanya yang wajar bu, bayangkan saja bahkan sofanya saja sampai rusak, entah apa yang dia lakukan sampai sofanya saja bisa sampai rusak seperti itu. Makin hari dia seperti nenek sihir, tidak jelas."

"Sekarang kamu bilang begitu, ketika kamu sudah meiliki istri nanti kamu pasti akan merasakannya. oh iya Ibu ke ruangan Dipta sekarang."

"Iya Bu, hati-hati. Jangan terlalu lama menggendong Lala, nanti ibu capek. Ibukan sudah tua," kata Andre ke Ibunya.

"Iya Ibu memang sudah tua, makanya kamu cepat nikahnya biar ibu juga cepat dapat cucu supaya Ibu tidak kerumah Mila terus kalau mau gendong anak kecil."

"iya Bu," Andre tidak dapat berkata apa-apa lagi mengahadapi omelan Ibunya.

"ibu pergi sekarang, kamu jangan lupa makan siang. Jangan terlalu capek kerjanya."

"iya Bu, Ibu juga jangan terlalu capek nanti gendong Lala."

Andre kemudian memeluk ibunya sebentar kemudian mengantarkan Ibunya hingga membuka pintu ruangannya bagi Ibunya. Sepertinya hubungan Anak-Ibu ini sangat romantis menurut author.

Om Vivi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang