Happy reading^^
.
.
.
.
.
Sinar mata hari yang meringsek masuk lewat celah jendela memaksa Wave harus terbangun dari tidurnya. Wave merasakan kepalanya begitu pening dan berat, mungkin itu efek dari dirinya yang tertidur meringkuk di lantai semalaman.
Wave bergegas menuju kamar mandi dan bersiap. Ia langsung bergegas menuju ke kelasnya tanpa sarapan terlebih dahulu. Sesampainya di kelas, ia berpapasan dengan Mond dan Claire.
"Kau tak apa? wajahmu terlihat pucat," tanya Mon.
Alih-alih menjawab, Wave malah melengos begitu saja menuju bangkunya. Claire bersiap mengeluarkan semua sumpah serapah melihat tingkah Wave. Namun, ia di tahan oleh Mon.
"Sudah biarkan. Sepertinya Wave saat ini sedang dalam mood yang tidak baik."
Mon kira mood Wave akan membaik setelah istirahat, tapi ternyata ia salah. Bahkan sampai kelas berbakat usaipun moodnya masih begitu buruk. Mond merasa hal itu aneh, mengingat beberapa hari ini hubungan mereka baik-baik saja dan Wave juga terlihat bahagia. Setelah Wave pergi dari kelas -tentu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu tentunya- Mond menceritakan semua keanehan yang ia rasakan pada teman-temannya.
"Ya, kau benar Mon. Bahkan tadi saat ku ajak bercanda ataupun ku jahili, Wave hanya diam dan memandangku dengan tatapan sadis. Padahal biasanya akan langsung menyumpahiku, tapi kurasa bahkan Wave yang mengamuk akan jauh lebih baik ketimbang dia yang diam saja seperti tadi. Itu benarbenar menyeramkan," kata Ohm panjang lebar.
"Bagaimana denganmu Pang, apa kau sudah mencoba berbicara dengan Wave?" tanya Punn.
Pang mengangguk lalu menjawab, "Ya, tapi responnya sama, ia hanya diam. Kurasa ada sesuatu yang disembunyikan olehnya."
Korn menyarankan agar mereka menunggu beberapa hari. Jika memang sikap Wave masih sama atau bahkan mungkin bertambah buruk, barulah mereka semua akan bertindak. Untuk sementara mereka hanya akan mengawasi Wave dari jauh.
-----
Selama beberapa hari itu, Pang terus saja berusaha untuk mengobrol dengan Wave dan mengirim pesan singkat. Namun, Wave hanya akan menjawab seperlunya saja. Bukan hanya kepada Pang, tapi juga pada teman-temannya yang lain.
"Huft .... " Pang menghembuskan napas lelah. ia benar-benar bingung dengan sikap Wave saat ini. ini bukan seperti Wave yang ia kenal. Dulu, saat Wave marah atau dalam mood yang tidak baik ia akan tetap menjawab pertanyaan teman-temannya. Ya, walaupun hanya menjawab dengan umpatan. Tapi sekarang ia hanya akan diam, menjawab dengan satu dua kata itupun jarang, atau hanya menatap sebentar lalu mengalihkan pandangannya lagi.
Wave yang sekarang seolah-olah benar-benar tidak ingin di sentuh barang sesentipun. Pang dan teman-temannya dibuat bingung sekaligus khawatir, karena mereka tahu sebenarnya Wave itu rapuh dan tak sekuat yang dibayangkan.
Semua anak-anak berbakat berkumpul di kamar Pang –kecuali Wave– seperti perkataan mereka beberapa hari yang lalu, jika Wave tidak berubah mereka akan bertindak.
"Jadi apa yang bisa kalian simpulkan dari sikap Wave beberapa hari ini?" tanya Pang mengawali.
"Wave menyeramkan," kata Ohm sambil bergidik.
"Maksud Pang apa info yang kita dapat bodoh!" kata Joe sampil memukul kepala Ohm.
Ohm hanya meringis dan mengelus kepalanya yang terasa nyeri. Dalam hati berkata, dasar Joe sialan! Bagaimana jika aku bertambah bodoh.
"Dari yang kulihat, aura Wave sejah hari itu sampai sekarang tetap sama. Bingung, takut, khawatir, marah, sedih. Semua bercampur, bahkan saat aku berada di sampingnya hawanya akan terasa sangat tidak nyaman." –Claire
"Pantas saja ia sering ke rooftop, Wave akan ke sana jika ia sedang dalam keadaan yang kurang baik." –Pang
"Wah wah kau paham sekali," goda Ohm sambil menaik turunkan alisnya.
Sekarang Jack yang memukul kepala Ohm lagi. "Oih! Shia, Ohm! Jangan bercanda dulu."
Ohm memberengut karena kesal dan sekali lagi harus mengelus kepalanya. Padahal rasa sakit karena pukulan Joe yang tadi belum reda malah sekarang ditambah satu pukulan lagi dari saudara kembarnya, Jack.
"Wave di kelas benar-benar bersikap acuh seperti dulu." –Punn
"Wave hanya kembali menjadi Wave seperti dulu. Si angkuh dan sombong." –Claire
"Tapi kenapa Wave beberapa hari ini sering menangis ya?"
"Apa yang kau maksud Ohm?" tanya Namtarn yang mendengar gumaman Ohm.
Ohm menjelaskan bahwa beberapa kali ia melihat Wave menangis. Ahh ... lebih tepatnya mengintip Wave yang sedang menangis.
"Kau melihat Wave menangis di mana? Kenapa yang lain sepertinya belum pernah melihat Wave menangis." –Mon
"Bahkan saat Wave di rooftop, dia juga tidak menangis." Korn menambahkan.
"Ah hehe sebenarnya aku melihatnya menangis di kamar. Waktu itu aku salah berteleportasi dan malah menuju kamar Wave. Dia tidak sadar saat aku di dalam kamarnya. Setelah beberapa menit aku langsung berteleportasi lagi karena takut dia marah."
"Bisa-bisanya kau salah berteleportasi. Jika Wave tahu pasti kau sudah habis di tangannya." –Jack
Ohm bergidik ngeri hanya dengan membayangkannya. Sesaat suasana menjadi hening. Mereka semua sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Berusaha mencari titik terang sebenarnya apa yang terjadi dengan Wave.
Lama hanya terdiam tiba-tiba Ohm kembali bersuara. Kata-kata yang keluar dari mulut Ohm seolah menunjukkan jalan mengenai apa yang sebenarnnya terjadi saat ini.
"Ah satu lagi! Kemarin aku tidak sengaja menguing pembicaraan Wave dan kepala sekolah di belakang gedung utama. Mereka membahas mengenai jangan sampai proyek yang mereka rencanakan bocor dan jika kepala sekolah tahu Wave kabur dari tugas yang ia berikan, Wave akan merasakan akibatnya begitupun dengan orang-orang di sekitarnya."
"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang Ohm?!" Claire berkata dengan emosi.
"Maaf maaf tadi aku lupa."
"Tidak kusangka ternyata kau ada gnanya di sini Ohm," kata Joe bangga.
"Baru tahu? Aku ini sangat berguna dan tampan."
"Sudah-sudah lebih baik besok kita tanyakan langsung kepada Wave." –Pang
"Bagaimana jika Wave tidak mau berkata yang sebenarnya?" –Korn
"Itu berarti kita harus memaksanya," kata Pang sambil memandang teman-temannya.
Tbc~
Hola maaf banget baru up:"
Kemarin semangan nulis aku bener-bener ilang.
Jangan lupa vote dan komen ya~
Luv u all<3
khob khun~
salam dari pawangnya Chimon:))<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Choice[End]✔
RandomBolehkah aku menjadi egois untuk sebentar saja? Aku benar-benar ingin peduli -Pang Itu semua urusanku, tidak ada hubungannya denganmu! Bahkan jika aku mati pun itu juga bukan urusanmu! -Wave [Revisi] Cerita ini sebagian berasal dari salah satu progr...