Bolehkah aku menjadi egois untuk sebentar saja?
Aku benar-benar ingin peduli
-Pang
Itu semua urusanku, tidak ada hubungannya denganmu! Bahkan jika aku mati pun itu juga bukan urusanmu!
-Wave
[Revisi]
Cerita ini sebagian berasal dari salah satu progr...
Wave langsung menghampiri Pang di kamarnya. Namun, sampai ketukan yang kelima tidak ada sahutan dari dalam. Amarah Wave saat ini sudah berada di puncaknya. Menggedor lebih keras pintu kamar Pang yang tetap saja tidak ada jawaban. Kegiatannya terhenti saat sebuah dering telephon berbunyi. Wave buru-buru menekan tanda hijau saat mengetahui bahwa Pang yang yang menghubunginya.
Pang
Temui aku besok pagi di rooftop jika kau ingin kotak beserta isinya kembali
Ai'sat Pang. Cepat temui aku sekarang!
Besok atau tidak sama sekali
Shia! Oke! Besok jam 7 di rooftop!
Setelah panggilan terputus Wave kembali ke kamarnya.
___
Tak terasa pagi sudah tiba, Wave buru-buru bersiap dan pergi ke rooftop. Saat Wave membuka pintu rooftop, ia melihat Pang sedang duduk disebuah meja kelas yang sudah tak terpakai. Wave berjalan sambil berkata, "cepat kembalikan kotakku sialan!"
Wave telah bersiap meninju Pang sampai tiba-tiba saja sebuah lengan menariknya ke dalam dekapan hangat begitu Wave berada tepat di hapadannya. Wave yang awalnya memberontak langsung pasrah saat mendengar Pang berkata, "tak apa sekarang kau punya aku," sambil mengelus surai serta punggungnya.
Cukup hening beberapa saat karena keduanya terlalu asik dengan kegiatan masing-masing. Wave dengan kebingungannya dan Pang yang menyalurkan kehangatan serta rasa nyaman pada Wave. Mereka duduk di atas meja yang sebelumnya diduduki Pang dan memutuskan untuk membolos pelajaran. Toh tak akan ada guru yang memarahi mereka karena mereka murid kelas berbakat.
Pang mengamati wajah Wave dari samping. Hidung mancung, kulit putih, bibir pink alami, mata sipit, ditambah poni yang bergerak-gerak karena hembusan angin. Wajahnya kelihatan lebih bersinar karena terkena cahaya matahari. Sangat indah, batin Pang.
"Maaf," kata Pang mengawali pembicaraan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kotakku." Pang langsung menyerahkan kotaknya pada Wave.
"Aku membaca buku diarynya," kata Pang mengakui perbuatannya dan Wave hanya memandang Pang dengan wajah datar. "Aku tahu, aku salah."
"Bagus kalau kausadar," ujar Wave ketus.
Pang meraih tangan kanan Wave untuk digenggam.
"Aku tahu akan aneh jika aku memintamu untuk percaya padaku kalau mengingat selama ini kita selalu bertengkar dan tak pernah akur, tapi aku mohon. Cobalah buka hatimu. Aku tidak akan meninggalkanmu ataupun meninggalkanmu. Kaubisa sepenuhnya percaya bahkan bergantung kepadaku."