Happy reading^^
.
.
.
.
.
Wave melangkah ke dalam ruangan kepala sekolah. Tak dapat di pungkiri saat ini ia benar-benar sangat gugup.
"Oh, Wave. Kau sudah datang rupanya," kata kepala sekolah.
Wave hanya tersenyum kikuk sebagai jawaban. Pak Pom menyuruh Wave untuk duduk di dekatnya. Tepatnya di sudut ruangan. Terdapat sebuah meja dan kursi, di atas meja telah terdapat seperangkat computer canggih. Wave tahu betul bahwa harga dari satu set komputer itu tidak main-main, cukup untuk mendapatkan sebuah mobil mewah jika kalian ingin tahu.
Kepala sekolah menghampiri Wave yang telah duduk di kursinya. Ia tersenyum sangat lebar yang mana mampu membuat bulu kudu Wave berdiri. Entahlah, Wave merasa di balik senyum kepala sekolah, beliau sedang memikirkan hal mengerikan.
"Jika kau berhasil menyelesaikan misi ini, bukan hanya rahasiamu yang aman. Tetapi, kau juga bisa memiliki satu set computer ini secara cuma-Cuma. Bagaimana? Tawaran yang menggiurkan bukan?" ujar kepala sekolah sambil memegang bahu Wave.
Wave meneguk ludahnya susah payah lalu berkata, "Y-ya."
"Tapi, pastikan dulu pekerjaanmu berhasil. Ah ... satu lagi, ingat! Kalau sampai aku mengetahui kau ingin menghianatiku, kau akan mendapatkan hukuman yang setimpal dan tentu saja orang-orang di sekitarmu akan mendapatkan imbasnya."
Setelah mengatakan itu kepala sekolah mendudukkan dirinya di balik meja kebanggaannya. Wave mengalihkan pandangannya ke komputer di depannya. Sedangkan Pak Pom baru saja undur diri untuk kembali ke ruangannya karena ia harus mengajar sebentar lagi.
Sekedar informasi, Wave memang diminta oleh kepala sekolah untuk membolos pelajaran kali ini. Wave sempat berpikir kenapa kepala sekolah malah membuatnya mengerjakan misi ini saat pagi hari? Bukankah malah akan sangat beresiko jika ada siswa yang melihatnya masuk ke ruang kepala sekolah? Atau bahkan lebih parahnya jika ada siswa yang mengintip kegiatan mereka.
___
Di lain tempat—lebih tepatnya di kamar Punn—Pang dan lainnya sedang mendengakan percakapan kepala sekolah dan Wave dari laptop Punn. Wave memang memakai mikrofon tersembunyi sebelum ke ruang kepala sekolah tadi pagi dan tentu saja ini memang sudah direncanakan jauh-jauh hari.
"Kenapa dia suka sekali mengancam sih!" gerutu Ohm kesal.
Yang lain pun sebenarnya sudah menahan amarah setelah mendengar perkataan kepala sekolah tadi. kepala sekolah benar-benar licik dengan memanfaatkan keadaan lawan.
Dalam hati Pang berdoa agar Wave baik-baik saja karena entah kenapa perasaannya sangat resah.
Semoga semua berjalan sesuai rencana dan Wave akan baik-baik saja. Semoga juga perasaan resah ini bukan berarti apa-apa.
___
Back to Wave
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Choice[End]✔
RandomBolehkah aku menjadi egois untuk sebentar saja? Aku benar-benar ingin peduli -Pang Itu semua urusanku, tidak ada hubungannya denganmu! Bahkan jika aku mati pun itu juga bukan urusanmu! -Wave [Revisi] Cerita ini sebagian berasal dari salah satu progr...