Tepat pukul 12 siang, pelanggan yang duduk di meja dekat pintu bangkit dari kursi yang telah didudukinya selama satu jam terakhir.
Minhyuk yang menyadari, langsung ikut berdiri. "Terimakasih atas kunjungannya."
Pelanggan berwajah tampan dan memiliki postur tubuh jangkung itu tidak menjawab. Hanya menenteng koran dan payung berwarna hitam, ia melangkah pergi keluar dari kafe fancy tersebut.
Minhyuk mengintip keluar. Bukan untuk mengamati pengunjung misterius tadi melainkan kondisi cuaca siang itu. Mudah baginya karena seluruh pembatas tempatnya bekerja adalah kaca tembus pandang. Ia pun menangkap langit biru dengan sinar matahari di pelupuk matanya, menandakan hari itu cerah.
Pikirannya pun tergelitik untuk berpikir, 'Kenapa lelaki tadi membawa payung dan berpakaian serba hitam? Penampilannya pun begitu memancarkan aura gelap...'
Ia menggeleng, berusaha menghilangkan pikiran-pikiran tak perlu dari otaknya.
'Toh itu bukan urusanku,'
Minhyuk pun berjalan keluar dari counter untuk membereskan cangkir kosong dan sisa tisu yang ditinggalkan pelanggan sebelumnya.
Saat ia sudah hampir selesai, pemuda berahang tegas itu terkejut karena menemukan sebuah benda tergeletak di atas meja.
"Ia meninggalkan barangnya disini...?" Tanyanya pada diri sendiri saat mulai mengambil benda yang rupanya adalah sebuah jam tangan.
Dengan tergesa, Minhyuk berlari keluar berharap tamu tadi masih belum pergi terlalu jauh. Tapi sayang, saat ia sampai di luar dan mengedarkan pandangan ke arah kiri, kanan bahkan depan, tidak tampak jejak pemuda misterius tadi.
"Kenapa perginya cepat sekali?" Keluh Minhyuk sambil memicingkan mata karena panas terik mentari menyilaukannya. "Sebaiknya kusimpan dulu, siapa tahu dia akan segera kembali setelah menyadari barangnya tertinggal."
Digenggamnya erat jam tangan bergaya etnik dan elegan tersebut, sebelum ia kembali masuk ke dalam kafe untuk melanjutkan pekerjaan.
***
"YAH! HWANG MINHYUN!!"
Eunji langsung meneriakkan nama lelaki yang duduk seorang diri di dalam ruangan luas dan nyaman.
Sang pemilik nama rupanya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi terkejut walaupun kekuatan teriakan gadis mungil yang kini berdiri tepat didepan pintu, cukup kuat untuk membuat gendang telinga sakit.
Dengan tatapan tanpa dosa, Minhyun tetap duduk tenang tak bergeming di balik meja kerjanya.
Eunji pun makin dibuat kesal. Ia paling benci saat pemuda itu memasang poker face-nya, seakan masa bodoh dengan segala yang terjadi disekelilingnya.
Dengan langkah cepat, gadis itu mendekati meja persegi panjang yang menjadi pembatas antara dirinya dengan direktur utama GS Corporation.
"Ada apa? Bukankah aku janji akan menjemputmu jam 7 malam, nuna?" Tanya Minhyun sambil mendongakkan sedikit kepala, mensejajarkan matanya dengan Eunji yang kini sudah berdiri dihadapannya.
"Cih, kau pasti sudah tahu kalau aku kesini bukan untuk membahas itu," senyum sinis terbentuk di wajah lelah sang gadis.
"Oh..." Minhyuk pun melirik ke belakang sang gadis dan menemukan sekretarisnya yang berdiri di luar pintu. "Kim biseo, tolong tutup pintunya. Aku ingin berbicara private dengan tunanganku."
"Baik, sajangnim," perempuan berpostur tinggi langsing itupun menuruti perintah atasannya.
Setelah memastikan pintu tertutup rapat Minhyun kembali menatap tunangannya. "Aku berinisiatif membelikannya karena aku lihat perabotan dirumahmu banyak yang tidak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance
RomanceAndai waktu bisa diputar kembali, ku takkan melepaskan genggaman tanganmu, takkan membiarkanmu pergi bersamanya. Ranking #1 in monstax