Perasaan Bersalah

87 20 2
                                    

"Kenapa kau belum memberitahu calon istrimu soal ini?" buka Seolhyun saat mengantar Minhyun dengan mobil miliknya. 

Yang diajak bicara rupanya tidak bergeming. Pemuda berwajah sendu itu masih membiarkan sepasang bola matanya menatap keluar melalui jendela mobil.

"Cih, kau pasti tidak ingin memberatkan dan membuatnya khawatir bukan? Oh ayolah Hwang Minhyun, perempuan itu tidak mencintaimu. Sadarlah!" sambil menyetir kendaraannya, Seolhyun tertawa sinis.

"Itu urusanku, kau tidak perlu ikut campur," akhirnya Minhyun buka suara dan memberikan jawaban tegas hingga membuat senyum di wajah perempuan yang bersamanya memudar.

Seolhyun menghela nafas kasar sebelum memasang lampu sein ke kiri, rupanya mereka sudah tiba tepat di depan klinik kejiwaan yang menjadi tujuan Minhyun. 

"Sampai kapan kau akan seperti ini? Kau berkorban terlalu banyak untuknya, sementara wanita itu tidak tahu apapun tentang yang telah kau perbuat untuknya. Apa kau bodoh?!" Seolhyun menatap dengan penuh emosi pada lelaki yang sedang membuka sabuk pengaman. 

Minhyun sudah akan keluar mobil dan mengacuhkan ocehan sekretaris pribadinya itu, namun tiba-tiba ada dua sosok yang sangat familiar tengah menyebrang jalan tak jauh dari tempat mobil Seolhyun terparkir. Minhyun tertegun, bukan karena menemukan gadis itu tengah bersama pria lain, namun lebih karena melihat senyum bahagia terpancar di wajahnya. Senyuman yang tak pernah lagi ia lihat sejak Minhyun memutuskan untuk menikahinya.

Kedua insan itu terlalu asyik dengan obrolan mereka hingga tak menyadari ada orang lain yang sedang memperhatikan gerak gerik mereka.

"Sungguh hebat. Beberapa hari lagi akan menjadi istri orang, tapi wanita itu masih bisa bersenang-senang dengan lelaki lain," ejek Seolhyun yang rupanya juga menyadari kehadiran Eunji. Beruntung ia tidak mengetahui kalau lelaki yang sedang bersama calon istri Minhyun itu adalah Lee Minhyuk.

Kembali tak merespon, Minhyun masih dengan tabah menatap sosok Eunji yang sedang menikmati waktu berduanya dengan lelaki yang dicintainya dari jauh. Walaupun hatinya terasa begitu sakit, namun entah mengapa senyum di wajah gadis itu terlalu indah untuk dilewatkan. Pandangannya tak lekang dari Eunji hingga calon istrinya itu memasuki sebuah kafe yang berada tepat di depan klinik.

Kesal karena tidak digubris, Seolhyun tiba-tiba menangkup wajah kecil Minhyun dengan kedua tangannya hingga membuat lelaki itu kini mau tidak mau menatapnya.

"Minhyun-ah, kau masih punya waktu untuk membatalkan pernikahanmu," dengan nada seduktif dan menggigit bibir bawahnya yang dilapisi lipstick merah, ia berusaha menggoda atasannya.

 Minhyun menatap gadis cantik didepannya, namun ia sama sekali tak bergeming. Ia bahkan tak menampakkan ekspresi tertarik walaupun Seolhyun sudah berusaha keras untuk membangkitkan gairahnya.

"Kau benar-benar tidak bisa melupakan perempuan itu, hah?!" kesal, Seolhyun pun mendorongnya.

"Aku tidak pernah bilang sekalipun kalau aku akan melupakannya. Kau saja yang selama ini memaksaku," Minhyun memberi jawaban yang dingin hingga makin memancing amarah wanita disampingnya. "Terimakasih karena telah mengantarku. Kau sudah boleh kembali ke kantor, aku akan pulang naik taksi."

Selesai mengatakan itu, Minhyun langsung keluar dan tidak menyahuti teriakan Seolhyun yang memanggil-manggil namanya dari dalam mobil.

Perempuan itu pun memukul setir mobil beberapa kali sambil mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya memutih. "Selama ini kau tidak pernah menghargai perasaanku padahal aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk membahagiakanmu..." setetes air mata jatuh di pipi Seolhyun sebelum dihapusnya dengan kasar.

One More Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang