Kebenaran

89 22 11
                                    

Di malam hari itu, langit nampak cerah berbintang. Tidak seperti sebelumnya yang selalu dihiasi rintik hujan, bahkan petir gemuruh saling bersahutan seakan tak memberi ijin untuk mendapat tidur berkualitas.

Walaupun langit nampak begitu bersahabat di hari itu, nyatanya tak membuat seorang Jung Eunji dapat tertidur pulas.

Sudah hampir dua jam lamanya, kedua matanya hanya mengerjap seraya memandangi cahaya temaram yang masuk melalui tirai jendela kamar.

Bukan tanpa alasan. Ia tak dapat memejamkan mata karena otaknya begitu sibuk. Pikirannya sedaritadi tertuju pada satu orang.

Eunji mengakui bahwa hari ini banyak terjadi kejutan pada hidupnya yang sebelumnya sudah dipenuhi hal-hal diluar kendalinya.

Diawali dengan makan siangnya bersama Lee Minhyuk, yang ia rencanakan sebagai sebuah perpisahan untuk sang mantan kekasih.

Tak sempat berlama-lama bersedih, Eunji pun dibuat kaget dengan bertemunya ia dengan Hwang Minhyun tepat didepan klinik kejiwaan.

Walau awalnya membantah, akhirnya Eunji tahu bahwa lelaki yang usianya lebih muda dua tahun darinya itu menyimpan cukup banyak rahasia kepahitan hidup.

Jeritan histeris dari Nyonya Hwang, hingga kepanikan bercampur duka yang terpancar di wajah Minhyun, entah mengapa turut melukai hatinya.

"Apakah ini sebuah perasaan bersalah? Atau hanya sekedar belas kasihan?"

Eunji mendesah gelisah seraya menyentuh dadanya sendiri. Ia mencoba menutup kelopak matanya dan di saat yang sama, paras tampan Hwang Minhyun dan bibirnya yang merah menghantui benaknya.

Tak sampai disana, momen kala keduanya nyaris menautkan bibir satu sama lain, bermain dengan liar di pikirannya.

"Ataukah ini..."

Deg!


Debaran aneh itu kembali mendera hatinya. Begitu kencang, terlebih kala Eunji membiarkan otaknya mengingat bagaimana saat nafas Minhyun menyentuh kulit wajahnya. Hingga wangi parfum maskulinnya yang kini seakan menjadi candu bagi indera penciumannya.

"Tidak. Tidak!"

Eunji menarik tubuhnya ke samping kanan, sementara tangannya meraih guling untuk kemudian digunakan menutupi wajahnya yang kini merah padam.

"Apa yang sedang kau pikirkan Jung Eunji? Ini sama sekali tidak benar!" Pekiknya tertahan agar jangan sampai suaranya membangunkan ibunya.

Di saat yang sama, ponselnya berbunyi hingga membuat tangannya otomatis menjulur menuju nakas yang letaknya persis menempel dengan ranjang.

"Siapa sih chat malam-malam begini," gerutunya saat menyadari ini sudah hampir pukul dua belas malam.

Dan tepat setelah pantulan layar handphone tertangkap di iris matanya, Eunji menemukan sebuah pesan dari Lee Minhyuk.

Sudut bibirnya sedikit terangkat kala membaca isinya.

Hai Ji, sudah tidur? Hari ini sesi latihan dance-ku berjalan lancar. Aku seneng banget.

Baru saja hendak mengetik balasan, ponsel Eunji berdering. Chat Minhyuk pun berubah menampakkan foto seseorang yang sedaritadi mengganggu pikirannya.

"H-Hwang Minhyun??"

Eunji terbelalak mendapati nama penelepon yang tertera.

"Ngapain dia meneleponku tiba-tiba?"

Gadis yang sudah memakai piyama itupun bangkit dan duduk diatas ranjang. Ia pun menenangkan diri sejenak dengan menarik nafas dalam-dalam, sebelum memutuskan untuk menjawab.

One More Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang