Rahasia Terpendam

104 22 2
                                    

Jung Eunji mempercepat langkah kaki menuju pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan taman bunga yang terletak di bagian Timur rumah keluarga Hwang yang besar dan luas. Sepanjang ia berjalan, sebersit rasa lega menghampiri hatinya.

Ternyata Minhyun benar. Ibunya tampak lebih ramah dibanding kakeknya yang dingin dan kurang bersahabat.

Eunji pun membuktikan pemikirannya saat ia kini telah berdiri di depan wanita berpostur cukup tinggi dan memiliki lekukan tubuh yang indah. Orang pasti tidak percaya kalau wanita dengan paras awet muda itu sudah memiliki seorang anak lelaki berusia dewasa.

"Selamat pagi," Eunji memberi salam.

"Kau ini..." kening wanita itu sedikit berkerut namun senyum tidak lepas dari wajahnya.

"Perkenalkan aku Jung Eunji. Anda pasti ibu Minhyun bukan?" Eunji pun membungkuk sebagai perwujudan rasa hormat kepada yang lebih tua.

Mendengar nama itu di telinganya, senyum Nyonya Hwang pun makin lebar. "Ah, kau rupanya calon menantuku..." 

Ditaruhnya gembor berwarna hijau muda yang sedaritadi digunakan untuk menyiram tanaman beserta sarung tangannya dan ia kemudian mendekat ke arah Eunji.

Deg!

Eunji merasa jantungnya berdegup kencang saat Ibu Minhyun tiba-tiba membelai surai hitamnya yang panjang. Ia pun memberanikan diri menatap mata wanita yang kini memandangnya dengan penuh kasih sayang. 

"Rupanya kau lebih cantik daripada di foto, nak. Minhyun memang tidak salah pilih,"

"Terimakasih imo-- ah tidak, maksud saya omoni. Saya merasa benar-benar terhormat karena mendapat pujian dari wanita secantik omoni," Eunji menunduk malu.

Ibu Minhyun tertawa renyah mendengar perkataan Eunji sembari menepuk pundak gadis itu. "Kau memang gadis yang baik."

Wanita itu kemudian mengajak Eunji mengelilingi kebun. Ia dapat melihat bunga mawar dengan berbagai macam warna memenuhi kebun luas yang begitu terawat dan indah. Selain itu, ada bunga jenis lili, bougenville dan beberapa jenis lain yang Eunji kurang tahu namanya yang ditanam disana.

"Omoni merawat bunga-bunga ini sendiri?" tanyanya saat mereka tepat berada di antara bunga mawar berwarna merah muda.

Ibu Minhyun mengangguk. "Benar. Aku suka sekali dengan bunga. Mereka sangat cantik dan enak dipandang mata," ucapnya seraya mengecek kelopak salah satu bunga yang telah mekar sempurna didepannya.

"Luar biasa. Pasti butuh kesabaran dan ketelatenan merawat sebanyak ini," Eunji mengedarkan pandangan ke sekeliling kebun dan ia makin merasa takjub, karena ia sendiri walaupun sebagai sesama wanita tidak akan merasa mampu melakukannya. Ia sangat suka bunga, tapi kalau disuruh merawat seperti yang dilakukan ibu Minhyun, ia tidak akan sanggup.

"Ayah Minhyun..." 

Eunji mendadak mengerlingkan maniknya kembali ke calon mertuanya tatkala mendengar topik pembicaraan yang akan dimulai.

"... ia selalu memberiku sekuntum bunga sejak kami mulai berpacaran dulu. Karena merasa sayang untuk dibuang, maka aku mengumpulkannya hingga menjadi banyak dan busuk," sepasang mata Nyonya Hwang mulai menerawang memandangi hamparan bunga yang berwarna-warni. "Akupun akhirnya meminta untuk diberikan benihnya saja supaya bisa kutanam dan akhirnya koleksiku bisa jadi sebanyak ini," ucapnya bangga.

Mendengarnya mengungkit soal suaminya, Eunji merasa tidak enak karena ia sempat mendengar cerita tentang Tuan Hwang dari Minhyun.

"Suami omoni pasti dulu orangnya sangat romantis..." hanya itu kalimat yang Eunji rasa paling netral untuk diungkapkan. Ia takut melukai perasaan ibu Minhyun.

One More Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang