Prelude

327 32 6
                                    

Tahun 2000

"Minhyuk-ah...!"

Suara riang yang selalu menyambutnya di kala hari mulai menjelang sore, membuat Minhyuk sejenak meletakkan benda-benda yang sedaritadi sibuk dirangkainya. Lelaki berusia delapan tahun itu mendengar derap langkah kecil mendekati kamarnya yang terletak di lantai dua.

Sedetik kemudian, pintu kamarnya terbuka bersamaan dengan kepalanya yang menoleh ke arah yang sama. Tampak sesosok gadis seusianya, tengah tersenyum lebar. Walaupun sepasang matanya langsung membentuk garis bagai bulan sabit, Minhyuk merasa seakan ada sesuatu yang membuat dirinya juga ikut tersenyum.

"Apa prakaryamu sudah selesai?" Tanya gadis mungil yang mengenakan baju terusan putih dengan motif bunga matahari.

Minhyuk mengangguk. "Coba lihat," disimpannya gunting, lem dan juga penggaris yang semula berserakan di lantai ke dalam lemari yang berada disampingnya, sebelum ia mengambil sebuah topeng bergambar kelinci. "Aku baru saja membuatnya. Lucu kan?"

Gadis kecil bermata sipit yang diajaknya berbicara langsung duduk disampingnya. "Lucu. Coba kau pakai."

Tanpa ragu, bocah berkulit putih susu itupun menarik kedua karet yang terkait di sisi kanan dan kiri sebelum ia pasangkan di kedua telinganya.

"Hihihi, kau sangat cocok memakainya," gadis itupun tertawa sambil memandang wajah kawannya yang kini tertutup oleh topeng kelinci yang dibuatnya. "Kau suka kelinci ya?"

"Aku suka makan wortel. Kata eomma, kelinci adalah binatang yang suka makan wortel juga. Makanya aku menyukainya," Minhyuk membeberkan alasan tanpa melepas topeng yang dibuatnya. "Mana punyamu?"

Gadis kecil itupun mengambil tas kresek putih berukuran cukup besar yang ia bawa. Mulut Minhyuk langsung menganga tatkala melihat benda yang dikeluarkan dari dalam.

"Eunji, kau membuat pesawat luar angkasa?" Tanyanya dengan mata terbelalak.

"Iya," Eunji kembali tersenyum seraya memainkan pesawat luar angkasa yang dibuatnya dari karton. "Aku ingin menjadi astronot dan pergi keluar angkasa."

"Tapi cita-citamu itu sangat mahal!" Minhyuk melipat kedua tangannya di dada sementara kepalanya menggeleng.

"Aku tahu," senyum di wajahnya tiba-tiba memudar dan ditaruhnya pesawat di atas lantai. "Tapi aku sangat ingin pergi ke Bulan, Minhyuk."

Melihat kawan sekaligus tetangganya itu bersedih, Minhyuk mendekatinya dan mengambil pesawat itu sebelum kembali memberikannya pada Eunji.

"Saat ini kau memang belum punya banyak uang, tapi jangan cepat menyerah begitu. Kita harus belajar yang rajin supaya bisa meraih cita-cita. Tidak ada yang tidak mungkin Eunji!" Minhyuk menyemangati.

Gadis kecil itupun telah mendapatkan binar matanya kembali setelah mendengar perkataan Minhyuk. "Benarkah? Nanti kalau aku bisa jadi astronot, aku akan mengajakmu pergi ke luar angkasa bersama!"

Keduanya pun lantas tertawa sambil melanjutkan khayalan mereka. Tanpa beban, selayaknya masa kanak-kanak yang dilalui dengan kebahagiaan.

***

Tahun 2020

Di sebuah pedesaan yang masih memiliki hamparan sawah hijau dengan udara yang sejuk jauh dari polusi, terlihat sebuah mobil sedan hitam berhenti di dekat sebuah pematang.

Salah satu pintu belakangnya terbuka, dan menampakkan sesosok perempuan bersurai hitam yang panjangnya nyaris sepinggang keluar dari dalam mobil.

Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke pemandangan hijau yang asri. Sesaat kemudian menutup kedua matanya untuk dapat menghirup udara segar khas pedesaan yang masih begitu menyegarkan.

One More Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang