Mimpi Buruk

101 21 0
                                    

"Nuna tidak bilang pada Minhyuk hyung alasan kita menikah?"

Hwang Minhyun membuka obrolan saat ia dan Jung Eunji duduk di kursi yang disediakan mini market.

Eunji yang sedang memandangi orang berlalu lalang, awalnya merasa terkejut dengan pertanyaan tersebut. Namun, perasaan kesal mendadak menyergap hatinya.

"Untuk apa? Toh pada akhirnya hubungan kami sudah kandas karena ulah seseorang."

Minhyun yang tengah menyeruput kopi panas dari gelas kertas pun terdiam sesaat sebelum memberi respon. "Tapi dia akan membencimu kalau tidak tahu alasan yang sebenarnya."

"Itu malah bagus. Aku tidak mau ia terlalu lama memendam perasaan padaku. Dia harus membenciku supaya ia bisa segera melupakanku," ucap Eunji getir seraya menggenggam kuat botol air mineral yang tadi dibelinya. "Minhyuk berhak untuk bahagia."

"Seharusnya nuna beritahu saja, supaya aku yang menjadi subjek kebencian satu-satunya," Minhyun dengan tenang berkata seraya menatap gadis yang duduk didepannya.

Eunji yang semula membiarkan maniknya menatap jalanan, tersenyum sinis mendengar perkataan Minhyun.

"Tidak perlu. Kebencianku padamu sudah lebih dari cukup untuk membuatmu merasakan penderitaan yang sama dengan yang kami rasakan," ucapnya kali ini sambil memandang penuh amarah kepada calon suaminya.

Minhyun menghela nafas panjang. "Aku tahu itu. Tapi, aku punya alasan kuat," jawabnya dengan wajah datar dan tentu saja memancing rasa kesal Eunji lagi.

"Alasan agar kau dan keluargamu bisa menguasai perusahaan ayahku bukan? Kau tak usah berpura-pura baik dengan membiayai pengobatan appa, padahal pada akhirnya kau ingin menguasai perusahaan kami!" Suaranya meninggi seraya menatap lelaki disampingnya dengan penuh kebencian. Beruntung saat itu tidak ada orang lain selain mereka di area tempat duduk mini market tersebut.

Walau begitu, Hwang Minhyun tidak bergeming. Ia masih menatap sang gadis dengan tatapan yang sama.

"Berpikirlah sesukamu," jawabnya singkat sebelum ia meneguk sisa kopinya. "Ayo pulang."

Minhyun mengambil kunci mobil dari atas meja, sementara Eunji sudah lebih dulu bangkit dari tempat duduk dan melangkahkan kaki kembali ke tempat mobil lelaki itu diparkir.

Minhyun yang berjalan lebih pelan di belakangnya, memperhatikan punggung wanita itu dengan sorot mata sendu.

'Maafkan aku nuna. Aku harus melakukan ini untuk menyelamatkan keluargamu...'

***

Waktu telah menunjukkan pukul satu dinihari, dimana biasanya orang-orang sebagian besar telah terlelap di atas ranjang dengan nyaman.

Namun hal itu tak berlaku untuk Hwang Minhyun. Pria yang sudah mengenakan setelan piyama tidur berwarna navy itu malah duduk dibelakang jendela besar kamarnya. Maniknya menatap langit malam yang dihiasi tetesan hujan yang turun dari langit.

Ini bukan kali pertama ia tak dapat tertidur nyenyak. Masalah yang menimpa keluarga bahkan dirinya beberapa tahun belakangan, telah mencuri waktu tidurnya yang seharusnya berkualitas.

Ditambah pertengkarannya dengan Eunji pagi tadi, pikiran Minhyun terasa makin berat.

Ia tidak ingin menyakiti Eunji dan membuat wanita itu marah. Karena Minhyun sudah pernah berjanji akan selalu ada kala ia merasa sedih ataupun kesusahan.

***

Flashback 4 tahun lalu.

Minhyun masuk ke dalam sebuah kafe yang sore itu tidak terlalu ramai pengunjungnya. Membawa laptop dan beberapa jurnal kuliah, ia memilih tempat duduk yang letaknya ada di bagian pojok.

One More Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang