Suasana di ruang VIP restoran ternama yang terletak di jantung kota Seoul itu terasa sunyi. Hanya ada suara dentingan halus saat sendok beradu dengan garpu logam, ataupun saat menyentuh piring berbahan porselen.
Keadaan itu berlangsung sekitar dua puluh menit, hingga hidangan utama telah habis disantap oleh ketiga insan yang berada dalam ruangan yang seharusnya muat hingga delapan orang.
Suara deheman memecah kesunyian diikuti gelas minuman yang ditaruh kembali ke atas meja setelah isinya dihabiskan sang pemilik. Adalah seorang pria yang telah memasuki usia senja yang terlihat mulai membuka mulut.
"Jadi kau adalah Jung Eunji, wanita yang akan dinikahi cucuku?" Tanyanya pada Eunji yang duduk tepat didepannya.
"Benar harabeoji, maaf kalau aku hanya membawakan ini sebagai perkenalan," Eunji menunjuk sebuket bunga lilac ungu putih dan sekeranjang buah segar yang dibelinya dalam perjalanan ke resto bersama Minhyun. Ia enggan dicap tidak sopan didepan kakek calon suaminya.
"Tidak perlu, aku sedang tidak sakit," jawab pria tua itu tanpa melirik hadiah yang terletak tepat disamping mejanya.
Mendengar perkataan dingin tersebut, Eunji tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Minhyun memang sempat mengatakan kalau sang kakek bukanlah tipe yang gampang didekati, namun ia tak menyangka kalau akan langsung merasakannya seawal ini.
"Harabeoji jangan berkata seperti itu. Eunji tahu kalau harabeoji menyukai buah pir hijau, makanya ia membelikan khusus untukmu," Minhyun yang sedaritadi terdiam, langsung angkat bicara.
"Tidak apa, mungkin harabeoji benar karena aku seperti memberikan hadiah kepada orang sakit. Tapi sungguh, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku malah berharap harabeoji berumur panjang sehingga bisa selalu membimbing kami nanti,"
Tuan Hwang pun mengangkat ujung bibir kirinya sedikit keatas. "Rupanya kau pintar berbicara."
Eunji hanya menunduk dengan kedua tangan di atas pangkuan, sementara Minhyun yang duduk disampingnya sempat melirik sebelum kembali tersenyum pada sang kakek.
"Eunji memang cerdas dan juga cantik. Seleraku bagus bukan?"
Mendengar pujian yang hari itu banyak keluar dari Minhyun tak membuat Eunji tersentuh. Yang ia pikirkan sekarang hanya ia harus menahan cobaan bertubi-tubi dalam hidupnya demi baktinya pada sang ayah.
"Setidaknya dia lebih baik dari sekretaris pribadimu,"
"Harabeoji!"
Entah apa maksud dari kalimat bernada sarkas yang baru saja didengarnya, Eunji bisa bertaruh kalau Hwang Minhyun sedikit meninggikan suaranya pada sang kakek. Aura yang semula dingin, kini bertambah tegang.
"Kau sudah berani membentak kakekmu sekarang, eoh?" Rahang pria tua itu tiba-tiba mengeras, bersamaan dengan ekspresinya.
"M-Maafkan aku, aku tidak bermaksud. Harap harabeoji tidak marah," cepat Minhyun menundukkan kepala untuk menunjukkan penyesalan.
Eunji yang masih dalam posisi semula pun bisa melihat dengan jelas bahwa pemuda itu ketakutan.
Helaan nafas kasar kemudian terdengar dari depan, sebelum Tuan Hwang kembali membuka mulut. "Aku mau pulang."
"Aku akan antar sampai lobi," Minhyun sudah akan bangkit dari tempat duduk, namun sang kakek dengan cepat mengangkat tangannya.
"Tidak perlu. Harabeoji masih sangat kuat untuk turun sendiri, sekretaris Yoon juga masih menungguku didepan," ucap Tuan Hwang seraya bangun dari kursinya.
Eunji pun ikut berdiri dan bersiap membukakan pintu. "Terimakasih sudah meluangkan waktu berharga harabeoji untuk menemui kami. Semoga hari harabeoji selalu menyenangkan," gadis itu membungkuk memberi hormat pada kakek Minhyun yang sudah berdiri didepan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance
RomanceAndai waktu bisa diputar kembali, ku takkan melepaskan genggaman tanganmu, takkan membiarkanmu pergi bersamanya. Ranking #1 in monstax