7; Jenguk

753 190 62
                                        

Hari ini Junghwan absen tak masuk sekolah. Dirinya masih bergelut dengan selimut tebal sampai ke dagu. Rambutnya lepek karena keringat serta bye bye fever yang masih menempel di dahinya.

Hatchi!

Entah sudah bersin yang keberapa kalinya pagi ini, Junghwan tak menghitung.

Hidung serta pipi nya memerah, padahal pendingin ruangan sudah ia besarkan suhu nya.

Kondisi kamarnya kini tak jauh dari kata kotor. Tisu bekas berserakan di mana-mana.

Bunda yang baru saja masuk dengan semangkuk bubur kecap kini bergidik jijik. Setelah menaruh mangkuk bubur di nakas, Bunda segera berjongkok memunguti tisu-tisu bekas yang tergeletak.

"Bunda ngapain?" Junghwan bertanya lirih, suara nya serak khas orang flu membuatnya terdengar seperti om-om tiga puluhan. Ck kalau Jihoon dengar ini pasti dijulidin.

"Kamu nih, dideket situ ada tempat sampah ngeliat kan? Ngapain buang sembarangan kayak gini, gak enak dipandang tau gak." Bunda berseru cepat, tangannya masih setia memunguti bekas tisu yang entah kapan habisnya ini.

Junghwan hanya menganggukkan kepalanya lemah, rasanya semua tubuhnya lemas sehingga tak ada tenaga untuk membalas omelan bunda nya itu.

Bunda menaruh plastik sampah tersebut di tempat sampah di kamar Junghwan kemudian mulai duduk di ujung kasur.

Tangannya bergerak menyentuh kening Junghwan yang masih terbungkus bye bye fever kemudian berniat untuk mencabutnya.

Junghwan menahannya kemudian merengek "Bundaaaa jangan di lepasss." Katanya, lalu memanyun kan bibirnya.

Bunda berdecak kemudian menariknya cepat. Sontak Junghwan semakin merengek keras. "Kamu tuh udah gede Wan, ngapain masih pake bye bye fever? Kan bunda bilang tunggu bunda kompresin aja, ini malah ngeyel nempelin sendiri!" Bunda menjitak kepala Junghwan.

Junghwan sontak mengaduh nyaring.

"Nda, aku lagi sakit loh. Masa anak nya lagi sakit malah dijitak-jitak gini. Awas aja aku bilangin ayah huh." Junghwan berseru cepat sebelum ingusnya kembali luber, sehingga menyulitkannya berbicara panjang.

Bunda hanya mendengus, kemudian mengambil mangkuk bubur diatas nakas. "Sini makan dulu." Suruhnya kemudian mulai membantu Junghwan duduk.

Junghwan menurut, membuka mulutnya bersiap menerima suapan. Bunda kembali mendengus kemudian menyuapkan sesendok bubur dengan kecap.

Junghwan sontak tersenyum lebar usai bubur tersebut mendarat tepat di mulutnya.

"Kamu nih, makanya kalo udah tau ujan neduh dulu kek, atau telpon abang kamu biar di jemput. Ngapain malah ujan-ujanan." Seru Bunda sembari mengaduk bubur nya sampai rata.

Junghwan hanya diam, masih sibuk mengunyah buburnya. 

"Udah bun...." Junghwan berujar pelan.

"Nggak sedikit lagi, kasian nasinya." Kata Bunda tanpa mengalihkan pandangan nya dari mangkuk bubur di tangannya.

Junghwan merengut, dia udah ngerasa kenyang.

"Aku mau tidur aja bunnn." Rengek Junghwan sembari menarik ujung baju sang Bunda.

Bunda hanya menghela nafas "Iyaa ini abisin dulu, lima suap lagi deh baru tidur, sini." Bunda berkata sembari menyodorkan sesendok bubur.

Setelah menghabiskan suapan kelima nya, Junghwan segera meneguk air putih di nakas kemudian kembali bergelut dengan selimut.

















Oh, Hello Wan! ; JunghwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang