PART 6

102 3 1
                                    



AUTHOR POV

Setelah acara di puncak itu, Cindy dan Ron semakin dekat, tidak seperti biasa nya, sekarang Cindy selalu membawa ponsel nya kemana pun dia pergi. Ya sepertinya memang ini adalah kebiasaan semua remaja, mereka sibuk dengan social media dan dunia nya masing-masing.

Drrrt drttt. Ponsel Cindy kembali berdering, di lihat layar nya yang berkedip dan terpampang nama Ron disana sedang memberi message kepada nya.

"Selamat pagi Cin(ta)dy. Jangan nyengir gue tau lu pasti cengar-cengir kan baca pesan dari gue hahaha, jangan lupa sarapan ya, apa perlu gue kesana buat suapin lu? Happy weekend ya manis "

goda nya , dan dia berhasil membuat Cindy tersenyum-senyym riang. Dasar raja gombal. Gumam nya dalam hati. Cindy kembali melipat bibir nya ke bentuk semula tanpa senyum.

Dan mulai membalas message dari Ron.

"Selamat pagi juga, gak perlu. Oke gue bisa sarapan sendiri thanks hahaha " balas nya dingin. Tapi Ron tetap berjuang, setiap hari Ron selalu bisa mencuri kesempatan untuk bisa chat atau sesekali on skype bersama Cindy. Awal nya Cindy merasa terganggu dengan kebiasaan nya belakangan ini, hanya saja kini Cindy mulai bisa membiasakan diri. Dan bersedia untuk meladeni sikap Ron yang di luar dugaan.



Ini adalah hari pertama masuk kuliah, Cindy memilih perguruan tinggi di daerah Jakarta, yap tentu saja sebagai anak perempuan ayah dan bunda tidak merelakan kalau anak gadis mereka pergi jauh-jauh dari pengawasan mereka. Cindy mencari apartemen yang berada di belakang kampus nya. Sesekali bunda mengungjungi nya bahkan tidak jarang bunda menginap disana. Untuk menemani Cindy. Apartemen Cindy cukup luas untuk di tempati sendiri. Cindy mendesign sendiri semua ruangan sesuka nya.

Ruang tamu nya di beri warna biru soft dengan putih. Kamar nya di hiasi warna merah muda soft dan putih. Dapur nya di padukan warna merah darah dan kitchen set berwarna hitam.

"Pagi ka, maaf terlambat" sapa nya ketika memasuki aula besar tempat pengarahan mahasiswa baru yang akan mengikuti kegiatan ospek sebagai syarat untuk menjadi seorang mahasiswa .

"Okey okey, cepat sana masuk" jawab kaka pembina perempuan yang sangat cantik dengan stelan rok selutut dan almamater yang menutupi kemeja santai nya. Dengan di kalungi ID Card bertulis kan nama nya "Chintya Pramudyanti" ya nama nya saja sudah cantik.

Gumam Cindy sambil berjalan ke arah segerombolan maba dan menarik kursi untuk duduk dan mendengar arahan yang di jelaskan ka Seno di atas valet.

Dengan seksama, Cindy menyimak dan mencatat semua barang-barang yang harus dia bawa besok . Ternyata ospek nya tidak separah yang di bayangkan nya. Ka Seno memaparkan bahwa ospek yang akan mereka jalani ini tanpa kekerasan dan mengandung unsur kekeluargaan. Itu benar, sejak tadi para calon mahasiswa hanya di minta untuk membuat sebuah forum untuk diskusi. Dan membawa barang-barang yang sederhana dan seperlu nya.

"Eh ketemu lagi ya" sapa seseorang dari belakang Cindy, dan membuat nya menoleh. Ron?

"Ko lu disini? " geram nya sambil mengacak-ngacak rambut frustasi. Tetapi ada sekelebat senang di dalam hati nya.

"Laah suka-suka gue dong, gue mau kuliah juga, emang lu doang yang boleh kuliah? " balas nya cepat sambil merapihkan rambut nya yang sudah di potong rapih dan menambah aura ketampanan bagi siapa pun yang melihat senyum nya yang menawan itu.

"Oke oke, gue cabut dulu ya" gumam Cindy sambil beranjak dari kursi nya dan mengambil tas ransel nya kemudian menggantung nya sebelah di lengan kanan nya.

"Eh kebiasaan banget lu ya, menghindar terus, padahal gue belum selesai ngomong ! " jawab Ron mulai geram. Dan berhasil membuat Cindy membalikan tubuh dan kemudian kembali duduk di kursi nya. Sambil memutar bola mata nya bosan.

"Ada apa lagi? " tanya nya sambil mensedekap kan kedua tangan nya di pangkuan nya dan memijat-mijat paha nya pelan.

"Yaa gue cuma mau sama lu aja, kita kan satu Sma masa gak boleh barengan, yang lain aja gitu, mereka masih sama temen-temen nya dari sekolah yang sama" rengek nya yang membuat Cindy semakin gemas tapi dinding hati Cindy cukup tebal sehingga tidak bisa luluh begitu saja dengan melihat gaya Ron yang kekanak-kanakan. Sambil memainkan telunjuk nya di atas lutut nya.

Cindy mendecak sebal, dan kemudian menuruti permintaan Ron. Benar juga . mereka satu Sma jadi belum memiliki teman di kuliah yang baru saja mereka datangi. Jadi tidak ada salah nya. Untuk berteman akrab dengan Ron, kan?

Selama di sana, Ron selalu membuntuti dan menemani kemana pun Cindy pergi. Tetapi, lama kelamaan Cindy mulai melunak dan mereka selalu bercanda riang setiap hari.

CINDI POV

Mimpi apa gue semalem ya Tuhan, si Ron satu kampus sama gue. Argghhh gak sanggup gak sanggup. Gumam nya dalam hati sambil menikmati jus tomat kesukaan nya yang baru saja di belikan oleh Ron dan sekarang Ron sedang sibuk mencari makanan yang lain yang akan dia belanjakan. Dasar boros, pikir nya.

"Nih makan yang banyak, seenggak nya berat badan lu naik lah 3 kilo, biar montok dokit, enak dilihat nya, gak kering begini. Nanti disangka gue jalan sama ranting pohon" cibir nya sambil menyodorkan semangkuk mie ayam dengan sambel yang sengaja di ambil di meja sebelah dan di berikan kepada gue.

"Lama kelamaan gue jadi peliharaan lu ya, di kasih makan, di ajak main, abis itu di apain? Di sembelih? " ujar gue sebal. Ya gue gak suka di atur-atur begini. Lebih enak sendiri memang. Dan dia hanya membalas ucapan gue dengan cengiran yang gak seberapa itu, tapi lumayan juga sih hahaha.

What? Ngapain ni anak? Tiba-tiba dia menggenggam tangan gue. Dengan tatapan nya yang serius, matanya mula meredup dan menerawang setiap sudut wajah gue.

"Cin, gue mau jujur" kata nya, dengan raut wajah tenang.

"Apa? " balas gue. Tidak terlalu memperdulikan apa yang akan dia ucap berikut nya. Jangan - jangan? Dia mau nembak gue? Duhh jangan dulu ya Ron please.

Tuh kan, dia mulai menggerakan tangan nya, mengarah ke pipi gue, Ron ngapain lu Ron? Haahh jangan di tempat kaya gini, bikin malu aja lu.

"Ini, ada nasi di pipi lu, ngapain lu merem-merem? Hahahahah" ejek nya. sial gue mempermalukan diri gue sendiri. Gue pikir dia akan cium pipi gue kaya di film-film. Trus nyatain cinta ke gue. Dan mendadak pipi gue me merah. Ya iyalah siapa yang gak malu.

"Rese lu ah rese " sungut gue. Ya hilang sudah urat kemaluan gue. Melihat dia tertawa terbahak-bahak membuat gue semakin sebal. Mendingan gue pergi aja deh dari sini, dari pada abis muka gue yang cantik ini kena saliva dia yang menghujan kemana-mana. Iyuhh

Tiba-tiba gue merasakan lengan gue di genggam kuat, saat gue menoleh, Ron sedang menatap gue dengan wajah tenang dan memelas.

"Apa lagi? " sungut gue kesal. Tapi dia gak salah sih, gue nya aja yang kepedean. Yaudahlah ya ribet lu Cin.

"Sini ih, gue belum selesai ngomong, lu udah mau cabut aja, sini duduk" perintah nya sambil bergeser dan menepak-nepak kursi di sebelah nya memberi isyarat untuk gue duduk disana. Dan seperti hipnotis gue langsung duduk disana.

"Cin lu gak sadar apa? " tanya nya dengan serius.

"Apa? Lu ngomong nasi lagi? Gue cubit ketek lu ya ! " ancam gue sambil mengambil ancang-ancang mencubit tepat di ketiak nya.

"Engga Cin engga, swear deh ! " jelas nya sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengah nya membentuk huruf "V"

"Sebener nya udah dari Sma gue suka sama lu Cin, dari pertama gue masuk, gue selalu merhatiin lu dari jauh, gue suka curi-curi perhatian lu" sambung nya lagi

LOYALTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang