"Benar. Bapak tau?" Ayyara sumringah.
'Sepercik cahaya kehidupan menyinari masa depan Ayyara yang hampir terlunta-lunta di tengah hutan rimba yang penuh bahaya ini,' batin Ayyara.
"Ya. Saya warga dari sekitar bumi perkemahan itu. Ayo! saya antar kembali," tawar Bapak itu sambil menggendong rotannya.
Ayyara menatap David dengan penuh kebahagiaan.
"Ngapain lu senyum-senyum mandangin gue? Cinta lu sama gue?" Ayyara merengut lagi.
"Pede banget, amit-amit," Ayyara melengos. Berjalan pincang-pincang mendahului David menyusul bapak pencari rotan tadi.
📝
"Raaaaaa!" Celya berlari memeluk Ayyara membuat David melepaskan pegangannya pada bahu mungil Ayyara. Celya terisak sambil terus memeluk Ayyara.
"Terimakasih ya Pak sudah mengantar kami." David membungkuk.
"Sama-sama. Saya pergi dulu." Bapak pencari rotan tersenyum.
"Bapak, terimakasih," kata Pak Kim setelah tergesa-gesa berlari menuju gerombolan muridnya. Bapak pencari rotan membungkuk. Lalu berlalu.
"Kalian enggak apa-apa?" Raphael datang. Ayyara dipapah Celya dan Meimei masuk ke tenda mereka. "Kami baru aja mau nyusulin kalian," ucap Raphael kemudian. David hanya tersenyum.
"Ayo istirahat dulu, Dav. Ceritain ke gue gimana tadi?" Daerobi menarik David melewati kerumunan anak-anak.
Tadinya mereka semua panik. Apa lagi Bibom sebagai ketua kelompok. Dia yang paling ingin kembali ke hutan dan mencari David dan Yara meskipun hari mulai gelap.
"Tenang, Bro. Mereka udah balik. Hayu ke tenda." Raphael menepuk bahu Bibom.
"Lu kenapa, Ra? Gimana bisa ketinggalan rombongan lu? Gue panik." Celya malah terisak.
"Gue udah di sini, Lya. Udah jangan mewek. Gue baik-baik aja." Ayyara tersenyum.
Meimei duduk di sisi Ayyara. "Meimei liat kaki Ayyara diiket. Kaki Ayyara lepas, ya?" Celetuk Meimei.
Celya langsung melihat kaki Ayyara. "Tukan, lu luka, Ra. Biar gue obatin, ya. Mei lu tunggu sini. Gue mau ambil P3K dulu." Baru saja Celya mau keluar. Bibom sudah di depan tenda sambil membawa kotak P3K.
"Ayyara luka, kan? Ini gue bawain P3K. Pas dia baru dateng tadi gue tau dia luka." Bibom menyerahkan kotak P3K lalu pergi lagi sebelum Celya mengucapkan terimakasih.
"Kok cepet, Lya? Siapa tadi?" tanya Meimei.
"Bibom." Celya duduk membuka kotak P3K dan membuka perban luka Ayyara. "Ini baju David?" Celya mendongak menatap Ayyara. Ayyara mengangguk.
"Baik banget dia tadi. Kita dikejer babi. Terus kaki gue luka. Sempet di gendong juga tadi. Kasian gue sama David," ucap Ayyara sambil menahan sakit kakinya.
Meimei ikut membantu Celya. "Lukanya apa dalem, Lya? Kita ke rumah sakit yang deketan sini, yuk. Meimei enggak tega liat Ayyara."
"Kayaknya enggak apa-apa, Mei. Enggak terlalu dalem, kok." Celya merapikan kotak P3Knya kembali.
"Istirahat ya, Ra. Sama Meimei dulu nggak apa-apa? Tadi Kai mau ketemu bentar." Ayyara mengangguk. Celya langsung meninggalkan Ayyara dan Meimei.
📝malam api unggun📝
"Gue pengen ikut. Lagian kaki gue enggak apa-apa. Kan udah diperban." Ayyara merengek pada Celya yang baru saja melarangnya ikut acara api unggun.
"Ra, nanti berdarah lagi gimana?" Celya menatap Ayyara ragu.
"Plisss." Puppy eye's Gea Ayyara. Siapa yang bisa menahannya? Siapa saja akan kalah. Baiklah, Celya mengalah dan akhirnya menuntun Ayyara pelan-pelan keluar dari tendanya.
"Woah, seru banget Lya!" Ayyara berteriak antusias melihat api unggun yang sudah mulai menyala. Semua anak berkumpul di dekat api unggun. Setelah acara renungan dengan Pak Kim. Anak-anak boleh bermain di sekitar api unggun.
"Jam sepuluh malam sudah masuk tenda. Kecuali beberapa anak laki-laki yang berjaga di luar. Paham?" Pak kim memberikan syarat.
"Baik Pakkk!" Anak-anak kompak menjawab.
Ayyara, Celya dan Meimei hanya duduk selonjoran memandangi langit malam. Mereka punya selera yang sama. Menatap langit malam yang penuh bintang.
"Enggak selamanya kegelapan itu buruk. Bintang yang cantik aja adanya waktu malem gelap," bisik Ayyara. Meimei mengangguk. Celya menggapai-gapai ruang kosong, seolah ia bisa menggapai bintang di langit.
"Lya?" Mereka bertiga menoleh. Itu Kai. "Temenin gue sebentar, ya." Kai tersenyum manis. Celya menatap Ayyara dan Meimei.
"Gih, sana. Gue kan udah sama Meimei." Ayyara memeluk Meimei.
"Iya. Meimei sama Ayyara enggak takut kok. Udah, temenin Kai aja gih." Meimei mendorong Celya.
"Yaudah. Gue sama Kai dulu, ya." Celya tersenyum.
"Jangan macem-macem ya Kai. Awas lu!" Ayyara mengancam.
"Duileuhhh. Cuma di sono, Ra. Macem-macem gimana, sih?" Kai menunjuk suatu tempat yang ramai. Ramai di penuhi couple maksudnya. Apalah daya Ayyara yang jomblo.
"Meimei mau pipis." Meimei tiba-tiba ingin buang air kecil. Mungkin karena udara malam yang dingin. "Ayyara tunggu di sini, ya. Meimei minta anterin Lisa aja. Tunggu yah jangan kemana-kemana. Meimei sebentar kok pipisnya. Mau ngebut!" Meimei mulai berlari menghampiri Lisa yang sedang bernyanyi di iringi gitar Daerobi. Jadilah Ayyara sendirian.
"Witts, ada cewek cantik. sendirian aja nih?" Zico datang. "Dingin ya, Ra? Sini yah gue angetin." Zico duduk di sisi Ayyara.
"Apaan sih? enggak usah deket-deket gue." Ayyara beringsut.
"Galak banget sih, Ra? Cuma numpang duduk doang. Gue juga sendirian nih. Pio sama Yuwan udah tidur." Zico mendekati Ayyara lagi.
"Dih enggak perduli. Pergi deh. Gue mending sendirian dari pada sama lu." Ayyara hendak berdiri tapi ditarik oleh Zico.
"Cantik-cantik galak banget sih? Gue enggak macem-macem." Zico memegangi lengan Ayyara.
"Lepasin gue, iiihhh!" Ayyara menarik tangannya.
"Lepasin Ayyara!" Tiba-tiba David datang. "Kalo dia enggak suka jangan dipaksa." David menarik Ayyara. Ayyara bersembunyi di belakang David.
"Rese lu. Gue cuma mau duduk sama Ayyara doang, bangsat!" Zico sedikit berteriak. Tapi David diam. Ia tahu Zico hanya memancing emosinya saja.
"Pergi!" David datar. Zico mengacungkan jari tengahnya kepada David. Zico pergi.
"Hahahahah!" Daerobi datang dan tertawa sambil mengacungkan jari jempolnya kepada David. "Hebat lu ah, Bang David. Jadi makin cinta dede." Daerobi terus tertawa.
"Najis." David menoyor kepala Daerobi.
"Lu ngapain sendirian? Masuk tenda aja udah malem. Dingin." David berbalik menatap Ayyara.
"Cie ciiee!" Daerobi berlari menjauh sebelum David benar-benar melayangkan kepalan tangannya kearah wajah tampan Daerobi.
"Iya. Makasih, Dav." Ayyara berjalan tertatih ke tendanya.
"Loh, Dav? Tadi Ayyara di sini? Mana Ayyaranya Meimei? Ayyara terbang ke langit, ya?" Meimei datang dan terkejut melihat David sendirian di tempatnya tadi.
"Ngaco aja. Tuh di tenda." David menggedikkan dagunya kearah tenda Ayyara. David berselonjoran santai di tempat Ayyara tadi duduk.
Meimei berlari ke arah tenda. Ayyara sudah tertidur. "Maafin Meimei ya pipisnya lama". Meimei yang juga mengantuk langsung tertidur sambil memeluk boneka domba hitam-putih kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy School: Love Me, Please! [Sudah Terbit]
Teen FictionSekolah seharusnya menjadi tempat paling menyenangkan untuk para remaja, bukan? Masa di mana mulai mengenal cinta, cita-cita, pengenalan jati diri, harapan, romantisme dan drama. Masa sekolah tentu menjadi sejarah besar dalam hidup kita. Sumber insp...