David benar-benar ke rumah sakit. Memeriksa lukanya tanpa sepengetahuan Ayyara yang menunggunya di luar ruangan dan kemudian setelah itu pergi ke taman dengan Ayyara.
"Pak, jangan bilang mama ya kalo aku sama Ayyara ke sini," ucap David. Pak sopir mengangguk.
"Kenapa mama lu enggak boleh tau sih, Dav?" Ayyara berjalan mengiringi David ke arah bangku taman.
"Nanti lu bakal tau alesannya." Ayyara menarik hoodie David. David menghentikan langkahnya.
"Lu enggak mau macem-macemin gue kan? Lu inget kaos lu yang jadi perban kaki gue? Yaampun nanti gue ganti. Tapi plis jangan apa-apain gue." Ayyara panik.
"Siapa yang mau macem-macem sih, Bogel? Lu yang pengen tau tadi kan? Diem, deh. Otak lu kotor banget heran gue." David menarik Ayyara menuju bangku taman yang menghadap sungai. Matahari sudah mulai terbenam, mega jingganya terpantul di permukaan sungai. David melempar batu kecil membuat air bergelombang. David masih diam. Sebenarnya dalam hatinya ragu.
"Dav? Kalo mau liat sungai mah besok aja kalo lu udah sembuh." Ayyara menepuk tangannya yang digigiti nyamuk.
"Tunggu, Ra. Gue udah lama enggak liat ini." David menyandarkan punggungnya. Melipat tangan di depan dadanya. Ia terpejam. Menghirup udara yang mulai dingin. Ayyara menatap wajah tenang David.
"Lu liat apa?" Ayyara memecah keheningan. "Lu liat apa kalo lu merem, Caplang?" Ayyara menegur David yang katanya ingin melihat sungai. David terkekeh.
"Hahaha lu ngelawak terus heran gue," kata David. "Gue lagi syahdu nih, ah!" sambungnya.
"Lu kebanyakan heran. Heran gue. Udah tau gue digigitin nyamuk. Buruan cerita!" Ucap Ayyara sambil menggaruk lengannya. Kemudian menepuk pipinya.
"Gue enggak tau mau mulai dari mana, Ra. Karena banyak yang terungkap setelah gue cerita ke elu nanti." David tak mau menatap Ayyara.
Kemudian David mengangkat hoodienya.
"Woy woy woy! Lu mau apa huh?" Ayyara menuntup matanya.
"Kan. Emang otak lu jorok banget. Heran gue!" Kata David sambil menoyor kepala Ayyara. Ayyara mulai membuka matanya.
"Perut lu kenapa?" Ayyara terkejut melihat perban kecil di perut David.
David menghela nafas. Mulai bercerita. Ayyara mendengarkan dengan seksama. Setelah itu hening. Hanya desisan angin malam yang dingin, tapi tidak sedikitpun merubah suasana hati Ayyara yang memanas. Ayyara menatap kosong pantulan lampu kota di permukaan sungai. Ia berharap apapun yang David katakan adalah kebohongan. Tidak mungkin David melakukan itu semua hanya karena dirinya.
"Lu ngapain ngelakuin semuanya demi gue?" Ayyara masih tak bisa menatap David dengan segala gemuruh di hatinya. Ayyara berusaha membendung air matanya.
"Maapin gue. Gue ... gue sayang sama lu!" David meremas jemari Ayyara.
"Lu kenapa nyakitin diri lu demi gue?" Ayyara mulai menangis.
"Gue sayang lu, Ayyara!" David pasrah.
"Enggak gini caranya, David!" Ayyara menarik tangan yang David remas, tapi kemudian David memeluk Ayyara. Merengkuh tubuh kecil Ayyara ke dalam pelukannya.
"Gue sayang sama lu. Maapin gue, Ayyara!" David terus memeluk Ayyara yang meronta di pelukannya.
"Lu bodoh, David!" Ayyara menyerah. Memeluk David dan menangis.
"Jangan nangis. Maapin gue." David membelai rambut coklat Ayyara.
"Dav?" Ayyara merenggangkan pelukannya. "Makasih udah jaga gue tanpa gue tau. Maap bikin lu terluka kayak gini." Ayyara terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy School: Love Me, Please! [Sudah Terbit]
Teen FictionSekolah seharusnya menjadi tempat paling menyenangkan untuk para remaja, bukan? Masa di mana mulai mengenal cinta, cita-cita, pengenalan jati diri, harapan, romantisme dan drama. Masa sekolah tentu menjadi sejarah besar dalam hidup kita. Sumber insp...