"Udah deh, Pak. Tas ginian mah dibuang aja." Zico berdiri di depan meja guru menenteng tas Pak Opi.
"Kamu jangan kurang ajar ya sama guru." Pak Opi berusaha menarik tasnya.
Zico mengangkat tasnya. "Eh enggak kena, Pak." Tas itu dilempar ke Yuwan yang masih duduk di mejanya.
Kelas dari tadi memang ribut. Apa lagi Pak Opi yang mengajar. Zico dan dua curut tidak bisa terkendali. Dari tadi berisik di kelas. Mengangkat kaki di atas meja. Bahkan Raphael yang mencoba menegur mereka malah dilempar buku. Alhasil Raphael hanya menggeleng dan diam dengan perasaan kesal.
"Jangan kurangajar kamu ya, Zico. Kembalikan tas Bapak!" bentak Pak Opi yang berperawakan kecil. Jauh dibanding Zico yang bertubuh tinggi.
"Udah deh bapak jangan berisik. Mending keluar aja, Pak. Bukannya makin pinter. Kita malah makin goblok kalo diajar Bapak," Pio menimpali.
"Astaga kalian ini!" Pak Opi terkejut ketika Yuwan menumpahkan isi tas Pak Opi.
"Kalian keterlaluan!" Raphael berdiri. "Jangan lu pikir kita bakal diem aja ya, Ko. Lu itu murid baru di sini. Enggak usah sok kuasa lu!" Raphael mendekati Zico.
"Bisa apa sih albino kayak elu?" Zico melecehkan Raphael. Raphael memang sangat putih sehingga Zico memanggilnya albino.
Buagh! Raphael lepas kendali. Ia meninju Zico hingga tersungkur.
"Brengsek lu!" Zico bangun kemudian mencoba menyerang Raphael. Raphael menghindar.
"Gue bisa diem aja kalo lu bully siswa. Ini guru, sekarang gue enggak bisa tinggal diem!" Raphael keluar.
"Woy! Mau kemana lu?!" Zico menerjang Raphael dari belakang hingga terhuyung ke depan. Anak-anak yang melihat sontak menjerit.
"Raphael!" Pak Opi beteriak khawatir.
"Bangun lu!!" Bentak Zico. Raphael mencoba berdiri. "Lu mau apa? Bisa apa lu, hah?" Zico mencengkram kerah Raphael.
Raphael ber-smirk. "Cih. Takut lu??"
Zico langsung meninju Raphael. Mereka bergelut dengan emosi yang tersulut.
"Apa-apaan kalian?!" Suara berat yang berteriak itu sontak membuat Raphael dan Zico menghentikan perkelahian.
"Pak-" Raphael berdiri sambil memegang ujung bibirnya yang berdarah. Zico menunduk.
Plakk- sebuah tamparan mendarat di pipi Zico. Zico menunduk tidak berani menatap sosok di depannya yang ternyata seorang kepala sekolah.
"Semua masuk kelas lagi. Zico kamu ikut saya!" titah Pak kepala sekolah. Zico hanya menurut tanpa sepatah katapun.
"Raphael. Kamu obati lukamu dulu." Pak Kepala sekolah langsung menarik Zico dengan sangat murka.
📝📝📝
"Bek. Anterin gue pipis dong!" Celya menggoyang tangan Ayyara yang sedang mencatat materi.
"Yak, kecoret!" Ayyara reflek berteriak.
"Ada apa Ayyara?" tanya guru yang sedang menulis di depan.
"Eng~ anu, Bu. Celya minta anterin ke toilet." Tangan Ayyara mencubit Celya.
"Ya sudah. 5 menit!"
"Iya, Bu" Ayyara dan Celya berjalan keluar.
"Dih apa tuh? berisik amat di kantor." Ayyara menarik Celya ke arah kantor kepala sekolah.
"Jangan kepo. Hayuk! kebelet banget gue." Celya menarik Ayyara ke arah toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy School: Love Me, Please! [Sudah Terbit]
Teen FictionSekolah seharusnya menjadi tempat paling menyenangkan untuk para remaja, bukan? Masa di mana mulai mengenal cinta, cita-cita, pengenalan jati diri, harapan, romantisme dan drama. Masa sekolah tentu menjadi sejarah besar dalam hidup kita. Sumber insp...