BAB 14

11 6 1
                                    

David sudah sembuh. Hari sabtu ini dia datang ke sekolah setelah dua hari ia sakit.

"Lu dateng nanggung, Caplang. Sekalian aja besok Senen. Suka banget yang nanggung-nanggung. Enggak enak, tau," kata Daerobi.

"Gue kangen elu," kata David sambil memeluk Daerobi.

"Ogah!" Daerobi mendorong David. David tertawa.

"Woy! Ayyara!" teriak Daerobi. Ayyara yang sedang berjalan dengan Celya menoleh.

"Apaan?" sahut Ayyara singkat. Daerobi menggeleng. Ayyara melengos saja.

"David, lu suka kan sama Ayyara?" tanya Daerobi mendadak. David jadi tersedak.

"Ngaco lu, taplak meja!" David meninju bahu Daerobi.

"Ngaku lu!" Daerobi terus menggoda David. "Gue tau lah. Keliatan banget!"

"Serius keliatan?" David terkejut.

"Hahahhahaha. Gue tu sahabat lu dari SD. Gue tau banget gimana lu. Ngaku aja deh. Bahkan gue tau kebucinan lu udah sampe tingkat nyawa." Kemudian Daerobi menyentuh perut David.

"Lu tau dari mana?" David menatap Daerobi serius.

"Waktu pertama lu sakit. Gue tau perut lu luka. Gue juga sebenernya tau waktu Zico ngehajar lu pas pulang sekolah. Tapi karna gue enggak berani lawan mereka. Gue yang manggil Kai sama temen-temennya buat nolong elu." Daerobi menepuk pundak David.

"Ya, kita berempat udah tau. Tapi lu gatau kalo gue tau. Tapi gue tau." Daerobi nyengir. Daerobi yang tidak pernah serius.

"Jangan kasih tau Ayyara ya, Bi!" David berpesan. Daerobi hanya mengangguk.

"Wet apa tuh?" Daerobi menunjuk Zico dan temannya yang baru saja keluar dari ruang kelas. Yang bikin heboh karena Zico lagi-lagi mem-bully siswa. Kali ini si Jajang, cowok culun di kelas Zico. Memang sering menjadi bulan-bulanan Zico.

"Tapi ini uang SPP Jajang bulan ini. Jangan diambil, Ko!" Jajang yang tergeletak di lantai memohon. Pipinya sudah lebam. Tidak ada yang berani melawan Zico. Semua siswa hanya diam dan takut.

"Woy!" Seseorang berteriak. Zico menoleh. Ayyara, wanita mungil itu yang berteriak. Sedangkan David terkejut melihat Ayyara dari jauh.

"Lu miskin banget, ya?" Ayyara nekat menerobos kerumunan. Sedangkan Celya menarik-narik Ayyara untuk tidak mendekat.

"Apa maksud lu? Lu enggak tau siapa kita?" Pio menghalang Ayyara.

"Gue tau. Lu itu cuma orang miskin yang sok jagoan." Ayyara menunjuk wajah Pio.

"Woy, bangsat mulut lu ya!" Pio hampir menampar Ayyara. Tapi Zico menahan tangan Pio.

"Ko, lepasin gue. Dia harus diberi pelajaran." Pio memberontak. Tapi Zico mendorongnya.

"Santai. Jangan main kasar sama cewek." Zico mendekati Ayyara. "Maksudnya apa cantik?" Zico tersenyum, tapi tetap menjijikan di mata Ayyara. Zico mencolek dagu Ayyara. David melotot melihat Ayyara diperlakukan kurang ajar. David benar-benar tidak tahan. Seandai Daerobi tidak menahannya mungkin dari tadi ia sudah melabrak Zico.

"Lu jangan pura-pura bego, deh. Lu anak orang kaya? Tapi kenapa masih ngambilin uang jajan orang? Uang lu enggak cukup emang? Gue ragu kalo lu kaya. Lu itu orang paling miskin di sekolah ini!" Ayyara menunjuk muka Zico. Zico ber-smirk. Kemudian menarik Jajang yang tergeletak di lantai. Memukul Jajang dengan kuat hingga sisi bibirnya berdarah. Di depan Ayyara.

"Bangsat lu, ya!" Ayyara menampar Zico. Zico diam menahan diri kemudian mengelus pipinya yang terasa panas.

"Nih ambil. Makan tuh duit." Ayyara melempar lima lembar uang seratus ribuan tepat di wajah Zico. Kemudian menarik Jajang. Semua siswa terkejut. Bukan hanya karena keberanian Gea Ayyara, tapi lebih karena Zico yang terlihat mati-matian menahan diri untuk tidak menyerang Gea Ayyara.

Yuwan berusaha mengejar Ayyara, tapi Zico kembali menahan sahabatnya itu.

"Ko?" protes Yuwan Frustasi.

"Apa lu semua, hah?? Bubar!" Zico beteriak. Semua siswa yang berkerumun berhamburan. David dan Daerobi yang memperhatikan dari jauh merasa lega Ayyara baik-baik saja.

Ayyara membawa Jajang ke ruang kesehatan sekolah. Mengobati luka Jajang.

"Harusnya jangan bantuin aku, Ayyara." Jajang meringis menahan sakit di ujung bibirnya ketika Ayyara mengobati.

"Enggak pa-pa, Jang. Gue kesel sama dia."

"Tadi uang kamu. Aku enggak bisa ganti." Jajang murung.

"Enggak pa-pa. Enggak usah dipikirin." Ayyara mengoleskan salep ke luka Jajang.

Ayyara berdiri dan menatap Jajang yang tertunduk sambil membetulkan posisi kacamatanya. "Lu kalo ada apa-apa bilang sama gue. Gue bakal bantu lu."

"Makasih, Ayyara"

"Yaudah. Gue ke kelas dulu ya. Lu bisa kan ke kelas sendiri?" Ayyara menggandeng Celya. Jajang mengangguk.

📝📝📝📝📝

"Lya?!" teriak Ayyara. Celya mendekati Ayyara yang berdiri mematung di depan lokernya.

"Ini uang yang gue lempar ke Zico, kan? Ngapain ada di loker gue? Kok bisa?" Ayyara menatap Celya serius. Alisnya mengerut. Celya menggeleng dengan wajah yang tak kalah bingung dan panik.

Ayyara berlari ke kelas Zico. Celya menyusul. "Mau ngapain, Ra?" tanya Celya. Kebetulan Zico, Pio, dan Yuwan sedang di kelas. Duduk di atas meja sambil menggoda siswi cantik di kelasnya.

"Ngapain balikin duit gue?" Ayyara berkecak pinggang di hadapan Zico.

"Aw. Gue disamperin bidadari." Zico melompat dari duduknya. Zico tersenyum dan mencolek dagu Ayyara.

"Enggak usah sentuh gue!" Ayyara membentak.

"Maap, Sayang!" Zico memasukan tangannya yang baru saja Ayyara hempas ke dalam saku celananya. "Ada apa, Sayang? Kaget ya uangnya di dalem loker? Untung uang. Bukan kepala orang." Zico dan dua temannya tertawa.

"Saiko lu, ya? Sakit jiwa lu!" Ayyara keluar dari kelas Zico.

"Nanti gue bakal masukin diri gue ke rumah lu, Ayyara!" teriak Zico ketika Ayyara keluar dari kelasnya.

"Ra, udah jangan berhubungan lagi dengan Zico. Please! gue takut lu kenapa-kenapa!" Celya menarik tangan Ayyara kedalam genggamannya. "Sumpah gue takut, Ayyara!" Celya sangat ketakutan. Raut mukanya tidak tenang. Ayyara tidak bergeming.

"Ra?" David menghentikan langkah Ayyara. "Ikut gue!" David menarik tangan Ayyara. "Lya, lu enggak usah ikut." Celya menghentikan langkahnya mengikuti Ayyara. Ayyara masih menatap Celya dengan kebingungan.

"Mau kemana, sih? Rese banget." Ayyara menarik tangannya. Gagal. Cengkraman tangan David begitu kuat.

David menatap Ayyara, "jangan cari masalah dengan Zico, please!"

"Lu sama aja ya dengan yang lain. Gue enggak bisa diem gitu aja liat orang disakitin, Dav. Gue selama ini diem aja. Tapi sekarang gue enggak mau tinggal diem gitu aja. Gue bisa lawan dia." Ayyara balik menatap David tajam.

David menarik rambutnya frustasi. "Lu enggak curiga? Dia diem aja genggak ngelawan elu. Padahal dia bisa apa aja, Ayyara. Gimana kalo dia lagi nyusun rencana jahat buat lu?" Ayyara diam.

"Jangan cari masalah dengan dia. Pura-pura enggak liat aja. Ya?" David meremas bahu Ayyara. Ayyara sempat berfikir apa yang dikatakan David benar. Bahkan hari ini saja Zico berhasil membobol lokernya. Apa lagi setelah ini? Zico memang tak menyakiti fisik Ayyara. Tapi Ayyara mulai berfikir bahwa Zico punya rencana jelek untuknya.

"Ra?" David menyadarkan lamunan Ayyara.

"Iya. Gue bakal jauhin Zico. Lepasin gue!" Ayyara langsung menarik tangannya. "Laper gue. Minggir!" sambungnya.

"Serius, Ayyara!" David meneriaki Ayyara yang berjalan meninggalkan David.

Hy School: Love Me, Please! [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang