BAB 20

7 4 0
                                    


"Ra, lu bakalan kaget denger cerita hot pagi ini!" seru Celya.

"Jangan ngerumpi, Lya," kata Kai yang duduk di sebelah Celya.

"Hilih. Apaan si berita lu, Lya? Jadi tukang rumpi lu ya sekarang?" Ayyara tertawa.

"Tapi ini penting." Celya meyakinkan Ayyara. Kai mendehem, menatap Celya kemudian menggeleng.

"Enggak jadi, Ra," kata Celya.

"Ngeselin!" Ayyara membanting tasnya ke meja.

"Pagiiii!!!!!" teriak Daerobi yang baru datang. Diikuti David di belakangnya.

"Daerobi, tadi dicariin Yeri," ucap Ayyara begitu Daerobi datang. Tapi Daerobi hanya mencebik Ayyara. "Tadi gue ketemu di parkiran. Enggak percayaan banget sih." Ayyara fikir Daerobi tidak percaya padanya.

"Oke!"Daerobi kembali keluar kelas.

"Ih tumben kalian enggak gelut?" kata Celya.
"Ngomong sama siapa lu?" tanya David yang baru saja melewati Ayyara.

"Sama Lu, sama Ayyara." Sahut Celya.

"Capek!" jawab keduanya.

"Yaaa kompak yaaaa!" teriak Celya. Kai hanya tersenyum.

"Temen-temen!" Meimei tiba-tiba datang.

"Ya, sayang?" Celya menyahut.

"Ingetin Meimei ya kalo sekarang Meimei bawa motor," kata Meimei sambil berjalan ke mejanya.

"Iya entar diingetin," kata Lisa. "Emang kenapa?" lanjutnya.

"Kemaren Meimei lupa bawa motornya pulang." Meimei menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hah maksudnya gimana?" Ayyara terkejut.

"Meimei lupa kalo Meimei bawa motor. Terus Meimei pulang aja pake bis." Meimei menutup wajahnya dengan tangan.

"Ya amplop anak orang!" teriak Ayyara. Sekelas tertawa. Oh Meimei tersayang.

"Udah sarapan, Ra?" tanya David. Ayyara mengangguk.

"Ey kena angin apa kalian? Puja kerang ajaib. Ahirnya tom jeri akur," celetuk Javan.

"Yak. Jangan-jangan?" sahut anak-anak yang lain.

"JANGAN MIKIR YANG IYA-IYA DONG KALIAN." David teriak. "Iya, iya gitu!" sambungnya lagi.

"Apa sih gaje banget, David!" Ayyara tertawa.

Bel masuk berbunyi. Pak Yunho masuk kelas. Kegiatan belajar mengajar terjadi seperti biasanya. Yang tidak biasa adalah Ayyara dan David yang tidak saling mengganggu. Ini aneh. Sangat aneh bagi teman-teman Ayyara dan David.

📝Hy School: Love Me, Please!📝

Ayyara sedang mengerjakan tugas sekolahnya ketika mama memanggil. Ayyara keluar menemui mamanya.
"Sayang, ada Zico," kata mama. Ayyara hanya mengangguk.

"Halo, Ayyara!" Zico mengangkat tangan ketika melihat kedatangan Ayyara. "Gue mau belajar bareng, dong!" Zico langsung mengangkat tas berisi buku pelajaran. Sebenarnya Zico takut Ayyara mengusirnya. Ayyara duduk di dekat Zico.

"Ke gue? Gue juga enggak pinter-pinter amat, Ko. Salah alamat lu!" Ayyara terkekeh.

"Enggak masalah. Kan belajar bareng gue bilang. Bukan minta ajarin." Zico mulai membuka bukunya.

"Ya udah. Gue juga lagi belajar fisika. Ada pe-er," kata Ayyara. "Gue ambil buku gue dulu." Ayyara beranjak meninggalkan Zico.

"Lu besok gue jemput ya," ucap Zico disela-sela belajar barengnya.

Ayyara terlihat berfikir. "Gue sama David."

Zico menahan nafasnya. "Sekali aja sama gue, ya? Please, dong." Zico mengepal kedua tangannya di bawah dagu. "Please!" Zico memohon.

Ayyara terkekeh. "Ya udah gue bilang dulu sama David." Ayyara mengeluarkan hapenya.

"Harus banget ya?" Zico terlihat tidak suka.

"Masalahnya nanti David jemput gue kalo gue enggak bilang. Nanti zonk dia kalo ke sini pas gue udah dijemput elu," kata Ayyara.

Ayyara selesai mengirim pesan pada David. "Oke. Jemput gue jangan kesiangan. Pagi banget. Gue enggak mau telat!" Ayyara berpesan pada Zico.

"Asiiapp komandan!" Zico hormat.

"Apaan sih?" Ayyara tertawa.

"Lu sama David udah sejauh apa?" tanya Zico.

"Enggak usah dibahas yaampun. Noh lu belum selesai nulisnya." Ayyara menunjuk buku Zico.

"Iya, Sayang!" kata Zico. Ayyara melotot.

"Seru banget belajar nya. Ini Tante bawain camilan buat kalian." Mama Yara datang dengan camilan dan minuman.

"Waduh. Makasih ya, Tante. Jadi ngerepotin," kata Zico sungkan.

"Enggak pa-pa, Ko. Enggak usah malu-malu. Kalo malu nanti kehabisan Ayyara. Dia makannya banyak." Mama Yara dan Zico tertawa. Ayyara cemberut pada mama.

"Kalo gitu besok Zico ke sini lagi bawain makanan deh buat Ayyara," kata Zico sambil masih tertawa. "Bolehkan tante kalo Zico ke sini lagi?" sambungnya.

"Boleh dong. Kenapa juga enggak boleh?" Mama Yara tersenyum.
Ayyara dan Zico kembali pada pelajarannya. Sesekali malah Ayyara terlihat kebingungan memecahkan soalnya.

"Loh. Lu pinter juga, Ko. Gue pikir lu oon," celetuk Ayyara ketika Zico mengerjakan soal yang sulit menurut Ayyara.

"Jahat banget sumpah," Zico mencubit hidung Ayyara.

"Walaupun gue nakal ya otak gue lumayan. Cuma aja gue males."

"Sombhoonnggggg!" Ayyara mencibir. "Lagian ngapain sih lu males-malesan? Enggak guna banget kepinteran lu kalo gitu."

"Ya buat apa, Ayyara? Gue nakal buat cari perhatian mama papa gue. Tapi boro-boro diperhatiin. Mereka cuma sibuk sama karir masing-masing. Gue? Gue dioper sana sini." Zico menundukkan kepalanya. Raut wajahnya berubah lesu. Ia tersenyum kecut. Menyiratkan kesakitan yang teramat dalam pada perasaannya.

Ayyara menepuk bahu Zico. "Enggak gitu caranya, Ko. Lu harus tarik perhatian mereka dengan prestasi lu. Lu harus jadi anak baik. Gue yakin nanti mama papa lu respek sama lu."

"Dulu gue anak baik. Gue berprestasi. Gue penurut. Gue anak yang bahagia. Dulu, sebelum ortu gue sibuk masing-masing." Zico mengangkat kepalanya. Menatap dalam Ayyara yang juga menatapnya dengan perasaan sedih. "Gue enggak mau keliatan lemah," lanjut Zico.

Mungkin ini alasan Zico menjadi anak nakal, Ayyara membatin. Mengangguk.

"Semangat ya." Ayyara tersenyum. Zico mengangguk.

"Betewe udah malem. Gue pulang ya." Zico merapikan bukunya.

"Makasih udah kasih gue kesempatan jadi temen lu." Zico tersenyum. "Gue jemput besok".

"Oke" Ayyara mengiringi Zico.

"Tante, Zico pulang dulu ya!" pamit Zico.

"Hati-hati, Nak!" Mama yang baru saja keluar dari dapurnya ikut mengantar Zico keluar rumah.

"Hati-hati!" Ayyara melambaikan tangannya ketika Zico melajukan mobil merahnya.

Hy School: Love Me, Please! [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang