Epilog

801 43 0
                                    

"Gedung oke, katering oke, undangan semua oke." Aku memberi laporan pada Mama.

"Untuk akad nikah, semua sudah diurus oleh Om Bas, ya, Anak." Mama mengingatkanku. "Jani, kamu jaga kesehatan, ya ... jangan terlalu capek."

"Harusnya Mama itu, yang banyak istirahat. Nanti kalau Mama sakit, malah repot."

"Eh, teman-teman kantor sudah diundang semua 'kan? Pelanggan katering Mama juga jangan lupa."

"Siap, Boss!" ucapku sembari meletakkan tangan kanan ke dahi.

Hanya tinggal satu pekan lagi, hari bahagia itu tiba. Bagiku, senyum Mama adalah yang paling utama. Cukup banyak air mata dan kedukaan yang telah Mama lewati. Sudah saatnya perempuan terkasih itu mendapatkan kebahagiaannya.

Aku memeluk erat Mama, yang dibalas dengan dekapan dan elusan lembut di punggungku.

"Bagaimanapun, kamu tetap anak Mama, dan Mama tidak akan pernah meninggalkanmu." Mama menepuk bahuku."Jangan sedih, ya."

"Jani tuh bahagia banget loh, Ma ... Jani nangis terharu. Akhirnya Mama menemukan tambatan hati, yang akan mendampingi Mama, menjaga Mama, dan tidak akan pernah membiarkan air mata Mama jatuh lagi.

Satu pekan lagi, Mama dan Om Baskoro akan menikah. Tentu saja, yang paling sibuk menyiapkan acara tersebut adalah aku. Walaupun Mama tidak mau menbuat acara pesta besar-besaran, tetap saja banyak yang harus dipersiapkan.

Karena Mama punya banyak relasi dan kerabat, tidak mungkin juga, jika hanya mengundang sebaghagian kecil dari mereka.

Begitu juga Om Baskoro, calon Papaku itu punya keluarga besar. Jadi mau tidak mau, acara ini juga akan besar-besaran. Butuh persiapan yang cukup lumayan menguras tenaga dan pikiran.

Untung saja aku dibantu oleh Rani, sahabatku dan tentunya Ivan, kekasihku. Bersama-sama kami menyiapkan agar segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Tadinya Mama yang ingin menghandle semua. Karena Mama terbiasa melakukan itu. Perusahaan katering Mama sering menjadi even organizer pada acara perkawinan. Namun, tentu saja aku tolak keinginan Mama tersebut. Beliau harus tampil paripurna pada acara pernikahannya.

Akan menjadi bidadarinya Papa Baskoro. Mulai saat ini aku harus membiasakan diri memanggilnya demikian.

***

Hari yang dinantikan pun akhirnya tiba. Papa Baskoro begitu mantap mengucapkan ijab kabul di jadapan semua orang. Lega dan air mata tak dapat dibendung ketika penghulu dan para tamu mengucapkan kata Sah.

Aku memeluk perempuan cantik yang telah berjuang mendidik dan membesarkanku. Tidak terkata dan tidak terbalas semua yang telah Mama korbankan untukku. Bahkan Mama sempat melupakan untuk mencintai dirinya sendiri. Demi Aku.

Mama memang perempuan luar biasa, dan hari ini dia terlihat cantik dan sempurna, layaknya bidadari syurga.

I love you Mama. Semoga kebahagiaan itu akan selamanya menyertai.

Bukan Salah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang