→ 「Secret Mission」
'Jinyoung pov'
Aku berjalan dengan jengkel melipat kedua tanganku keluar dari kamar. Nenek sudah menungguku untuk sarapan bersama di bawah.
Demi apapun, seragam ini terlihat konyol di tubuhku. Kami masih saling membungkam meski aku penasaran dengan apa yang ada di pikiran nenek. Ia mengancamku dengan begitu kejam, lantaran aku tidak mau menikah?
Justru menyuruhku mengenakan seragam konyol ini.
Aku memutar sandwich yang ada di hadapanku. Sungguh, selera makanku menghilang. Dan aku pun terus membungkam sampai nenek membawaku kesekolah yang tak asing buatku.
Sekolah tempatku mengemban pendidikan dulu, meski kini banyak berubah.
Nenek terus tersenyum saat semua staff sekolah menyapanya, aku hanya membuntuti nenek tanpa merubah ekpresi sedikitpun. Hal lain yang membuatku syok. Aku mengenakan seragam yang sama dengan murid-murid di sekolah ini.
Aku melihat setiap bangunan disekolah ini yang tertangkap mataku. Benar-benar semakin berkembang. Dan entah kenapa murid-murid di sekolah ini terus berbisik kearahku, membuatku risih. Namun aku mencoba menghiraukannya, anak muda memang hobi bergosip kan?
Tapi ini benar-benar konyol kalau mereka menyangka aku murid yang akan bersekolah disini. Bodoh, umurku saja sudah hampir kepala tiga.
Hatiku masih terasa jengkel dengan sikap nenek yang seolah menarikku terus mengikutinya, sampai kami masuk kesebuah ruangan besar di sudut gedung sekolah ini.
Ya, ruangan Jaebum oppa. Aku baru ingat kalau sekolah ini sudah dipegang olehnya.
"Jangan komentar apa-apa!" Sergahku sebelum Jaebum oppa mengangkat mulutmya. Ia tampak tersenyum saat aku masuk. Senyuman yang meledek, aku bisa merasakan itu.
"sudah kau urus datanya?" ujar nenek yang langsung duduk disofa.
"data apa?" aku menyeringitkan alis curiga, Lantas ikut duduk di sofa.
"hmm data...itu" Jaebum oppa tampak ragu mengatakannya, ia menggaruk tengkuknya. Dan yang aku tau itu adalah kebiasaanya saat gugup. Namun pandangan kami teralih oleh suara ketukan pintu.
"Masuk." Jaebum oppa mempersilahkan.
"Pak Jaebum memanggil saya?" sepintas suara itu yang kutangkap. Karena aku yang langsung mengalihkan pandanganku pada hidangan yang ada di meja Jaebum oppa. Perutku baru terasa lapar. Aku menyuap camilan yang disediakan dimeja tersebut.
"iya, silahkan duduk." orang yang di perintahkan Jaebum oppa duduk dihadapanku. Reflek camilan yang belum sempat ku kunyah menyembur kewajahnya.
"Jinyoung jaga sikapmu." nenek kembali meneriakiku yang masih tersedak, sedangkan orang yang ada di hadapanku tak kalah terkejutnya melihatku.
"Ji-Jinyoung... sshi." ujarnya tanpak tak percaya, bahkan menghiraukan wajahnya yang kotor akibat remahan yang tersembur dari mulutku.
"anda mengenal cucu saya?" tanya nenek, wajahnya kini terlihat panik.
"Mark Seonsaengnim guru MTK sekaligus yang akan menjadi wali kelasnya Jie nantinya nek, dia memang teman sekelas Jie saat SMA dulu, Jaebum sengaja memanggilnya untuk membantu Jaebum merahasiakan identitas Jie disekolah ini." Penjelasan Jaebum oppa jelas membuatku naik darah.
"JADI KALIAN MAU BIKIN AKU JADI ANAK SMA LAGI? APA KALIAN TIDAK WARAS?" teriakku membengkik, namun Jaebum oppa segera membungkam mulutku dengan tanganya.
"jangan teriak-teriak Jie. Nanti orang di luar dengar." ujarnya, aku ingin sekali mencekiknya.
"Gak! Jie gak mau. Demi tuhan, ini untuk apa. Masih banyak kerjaan yang harus kukerjaan, dari pada main-main seperti ini." jelas aku menolak keras hal konyol ini.
"Kalau begitu kau harus menikah."
"Nek, kenapa selalu hal itu!"
"nenek bilang hanya akan memberimu dua pilihan, dan bila kau tak mau pilih salah satu antara itu, nenek akan mencabut semua saham kamu."
Aku tercekat, seperti kalah telak. Ancaman nenek terlalu kejam untukku. Hatiku benar-benar terasa sakit, namun entah mengapa rasanya enggan untuk menangis meski dadaku sangat sesak.
Tbc_
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mission [MarkJin]
Fanfiction[18+] [Complete] Jinyoung, seorang wanita berusia 29th dengan karirnya yang sukses dalam berbisnis. Dikirim kembali oleh neneknya kesekolah SMA, lantaran menolak di jodohkan anak dari pengusaha sukses dari hongkong, Wang Jackson Ia menyamar kembali...