→ 「Secret Mission」
'author pov'
Sudah hampir memasuki waktu satu bulan Jinyoung melakukan kembali aktifitas bersekolahnya. Meski awalnya menolak, Jinyoung tetap melakukan kegiatannya itu dengan disiplin. Walau bisa bilang ia dua kali melakukan aktifitas, sebagai boss dan seorang murid. Ia sangat handal membagi keduanya menjadi tetap seimbang.
Ia sudah malas berdebat masalah pernikahan dengan neneknya, bila dengan dia 'bersekolah' seperti keinginan neneknya membuat ia terlepas dari tuntutan untuk menikah. Ia rela melakukannya.
"oppa!" Jaebum melonjak terkejut saat ia sedang asik mengobrol dengan Mark di ruangannya, Jinyoug masuk begitu saja.
"kau ini bukannya ketuk pintu dulu."
"tenang di luar gak ada orang kok,"
"ya tetap saja ini ruanganku Jie."
"Ya memang? Takut keperkok olehku kalian melakukan hal yang tidak-tidak?" jawab Jinyoung, yang hampir membuat Mark hampir mengumpatinya.
"kau ini, oppa sudah punya tunangan, tak mungkin segila itu."
"aku cuma mau menayakan ini." Jinyoung memberikan selebaran pengumunan untuk orang tua murid, yang baru saja dibagikan pagi ini.
"kenapa?" tanya Mark penasaran, mengintip sekilas selebaran di tangan Jaebum.
"oh Camp tahunan."
"untuk apa? 2 minggu lagi sudah masuk waktu ujian kan? Bukankah lebih baik memberi kegiatan pelajaran tambahan untuk anak2 kelas akhir. Mengapa justru di berikan camp selama 3 hari seperti ini. Sangat membuang-buang waktu." protes Jinyoung, Jaebum hampir menggeleng tak percaya adiknya berfikiran seperti itu.
"kau sudah pernah lulus, mau 3 kali kau ikut ujian pun tak berpengaruh apa2 Jie. Tak usah belajar terlalu giat." Mark sedikit tersenyum meledek mendengar penuturan Jaebum. Benar yang dikatakan Jaebum, buat apa berlebihan seperti ini. Apa dia berniat menjadi juara lagi, pikir Mark.
"Bukan aku, tapi mereka. Apa oppa tidak memikirkan gimana hasil ujian mereka nanti akibat bersenang-senang seprti ini."
"Jinyoung, maaf sebelumnya. Apa kau tidak pernah refreshing? Kenapa pemikiranmu kaku sekali." Mark justru yang menjawab.
"Maksudmu?"
"Jie, camp tahuan itu memiliki tujuan tersendiri untuk para murid yang ingin menempuh ujian tingkat akhir. Ya mungkin memang sekedar refreshing tapi dari segi psikologis ini cukup membantu murid-murid yang terlalu tertekan akan mengikuti ujian nantinya. Sekedar menyegarkan otak mereka agar mereka siap untuk menempuh ujian nanti."
"siap menempuh ujian itu dengan belajar, bukan bermalas-malasan seperti itu. Kau tidak tau bagaimana santainya mereka saat ini. Bahkan rumus-rumus ringan saja mereka tidak bisa menyesaikannya. Apa lagi saat guru menerangkan pelajaran, hanya beberapa yang benar-benar memperhatikan."
"Tak semua orang bisa sepemikiran denganmu, mereka bukan robot yang harus bisa dipaksakan untuk belajar. Semua ada tahapnya dan itulah tugas guru untuk membantunya, bukan menekan. Jangan terlalu berfikiran kolot." Jaebum membulatkan matanya melihat Mark yang justru terlihat jengkel membalas ucapan Jinyoung.
"Kau bilang aku kolot? Hei peringkat dua! siapa yang dulu mengejarku dan mengajakku berkencan?" Jinyoung pun terlihat jengkel dengan ucapan Mark yang baginya keterlaluan.
"Itu adalah hal terbodoh yang pernah ku lakukan. Dan aku sangat menyesalinya. Menyukai orang yang sangat keras kepala, hanya memiliki paras cantik namun hatinya seperti batu." Jinyoung tercekat, darahnya seperti naik kekepala, dan Mark pun meninggalkan ruangan Jaebum begitu saja.
"Ya! Dasar manusia gila! Awas kau, aku bersumpah akan membuatmu mengejarku lagi Mark Tuan sialan!" Jinyoung pun ikut pergi dari ruangan Jaebum dengan sangat jengkel. Meninggalkan sosok Jaebum yang masih belum bisa membungkam mulutnya. Melihat kejadian yang seperti ia tonton pada drama2 di televisi.
"tuhan, tolong lindungi aku dari apapun yang terjadi kedapannya." doa Jaebum dengan menyimpulkan kedua tangannya.
*
Waktu istirahat masih tersisa 15 menit. Jinyoung memilih duduk di kursinya berkutat pada ponsel digenggamannya, membaca artikel2 yang ia cari secara acak.
"cara menahklukan pria. Pfffftt." Jinyoung melirik sengit pada murid pria yang mencuri pandangan kearah ponselnya.
"padahal kau sudah cantik, bahkan sangat popular disekolah. Buat baca hal seperti itu." sambar murid pria yang lainnya. Entah kenapa mereka sok akrab dengan duduk mengelilingi Jinyoung. Beberapa murid wanita hanya mencibir sinis kearah Jinyoung, meski Jinyoung sama sekali tak memperdulikannya.
"pergi kalian, jangan mengangguku." usir Jinyoung, matanya masih tak lepas melekat pada ponselnya.
"kau mau tau cara ampuh menahklukan pria, aku bisa memberitaumu." ucapan murid itu sukses membuat Jinyoung menoleh pesaran. Jinyoung hanya menyeringitkan alis seolah mengatakan 'apa?' dari raut wajahnya.
"cukup beri sentuhan dan tatapan menggoda, pria pasti akan tak berdaya."
"jangan dengarkan si bodoh hanbin,"
"yugyeom ah kau jangan munafik, pria mana yang tidak suka.... Di sentuh, ughh." Yugyeom hampir memukul temannya itu. Namun Jinyoung justru meraih tangan Yugyeom dan menaruhnya di pipi Jinyoung.
Yugyeom mematung, bahkan saat Jinyoung menatap intens kearah Yugyeom.
"ya ya ya, lihat! Wajah Yugyeom seperti kepiting rebus." ledek teman-temannya yang langsung menertawakan Yugyeom.
"sialan!" Yugyeom beranjak menahan malu meninggalkan Jinyoung dan teman-temannya.
Teman-teman Yugyeom justru semakin meledak tertawa.
Boleh juga kucoba, tapi seusia Mark harus di sentuh lebih intim bukan?
Batin Jinyoung. Entah kenapa ia seperti menemukan obsesi baru.
Tbc.
No edit
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mission [MarkJin]
Fanfiction[18+] [Complete] Jinyoung, seorang wanita berusia 29th dengan karirnya yang sukses dalam berbisnis. Dikirim kembali oleh neneknya kesekolah SMA, lantaran menolak di jodohkan anak dari pengusaha sukses dari hongkong, Wang Jackson Ia menyamar kembali...