Sooji mengetuk sebentar pintu kamar Dongpyo, baru kemudian ia membukanya. Cahya matahari yang menerobos celah diantara kusen jendela dan gorden sedikit banyak mulai menerangi kamar itu walau remang. Sooji mengguncang tubuh kecil Dongpyo. Wanita itu sudah menduga anak itu akan sulit di bangunkan pagi ini.
Semalam keluarga mereka mengadakan pesta ulang tahun Dongpyo yang ke lima belas tahun sampai jam dua pagi. Jadi Sooji memaklumi anak itu masih nyaman bergelung dalam selimut tebal, bahkan seruan keraspun tak dapat menggerakkan tubuh kecilnya barang se jengkal.
“Bunda kenapa sih teriak teriak? masih pagi juga,” tanya Hyunjin yang lewat depan kamar Dongpyo, hendak turun untuk sarapan. Remaja tujuh belas tahun itu terlihat segar dengan rambut basah disertai kalungan handuk di lehernya khas orang barusaja mandi.
“Adek kamu nih, susah banget di banguninnya.”
“Ya udah, biar Hyunjin yang bangunin.”
Hyunjin masuk langsung duduk di pinggiran ranjang. Senyum seringai tertarik begitu tangannya meraih segelas air.
“Hyunjin! Jangan aneh aneh kamu!” Melihat gestur Hyunjin Sooji merasa tidak beres, ia memekik sembari matanya melotot.
“Ssst, udah deh mending bunda turun. Dongpyo biar Hyunjin yang urus. Kalo dia gak bangun bangun, gak cuma Dongpyo, tapi Hyunjin juga bisa ikutan telat.”
Hyunjin gelendotan di lengan bundanya, menggiring untuk keluar dari kamar Dongpyo, lantas menutup pintu lalu Hyunjin berlari dan melompat ke pinggir kasur. Dengan posisi berdiri dia menyiram wajah Dongpyo dengan segelas air.
Usaha Hyunjin berhasil seratus persen. Dongpyo bangun walau nyawanya belum sepenuhnya berkumpul. Wajahnya masam dan bibir tebalnya mencucu. Menatap Hyunjin sinis.
“HWANG HYUNJIN APA APAAN SIH!!!”
Hyunjin terpingkal-pingkal, berhasil membangunkan sekaligus mengerjai Dongpyo. Ia berjongkok di hadapan Dongpyo, Hyunjin mencubit pipi berisi adiknya dengan gemas.
“Maafin Hyunjin.” Masih tertawa sampai matanya hanya terlihat segaris.
Dongpyo masih merenggut. Hyunjin berupaya membuat adiknya tersenyum dengan menampilkan beberapa aegyo andalannya, berharap Dongpyo memaafkan perbuatannya barusan.
“Gausah aegyo! Basah semua tuh!”
“Iya deh, ntar gue jemur bantal sama selimutnya. Maafin gue ya?”
Dongpyo mencebik, terlalu dongkol meladeni Hyunjin. Lantas Hyunjin menarik kedua tangan Dongpyo, menyeret adiknya untuk bangun dan segera mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Brother | Seungpyo
Fiksi PenggemarWork jamet, jangan dibaca apalagi di vote🙏 Dongpyo sangat menyayangi kakaknya, Seungwoo. Tapi Seungwoo membenci Dongpyo. Namun faktanya bukan seperti itu. BUKAN BXB !