"Semakin aku percaya semakin pula aku terperdaya.
Tidak ada cara lain selain mengikuti permainan."...........
Malam hari pukul 21.30 WIB
Fera dan Dion mencari makanan tak jauh dari komplek perumahan Asri Indah hanya melewati lapangan luas barulah mereka sampai dan menemukan bakso keliling yang berhenti. Mereka duduk berhadapan.
"Bang bakso yang pedes ya," pesan Dion.
"Bakso seporsi nggak pedes," pesan Fera.
Abang bakso mengangguk lalu mulai meracik baksonya. Dion dan Fera sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sesaat Fera melirik ke belakang. Dia melihat bayangan yang sama saat di sekolah. Fera mempertajam penglihatannya dan melihatnya tersenyum smirk.
Fera bergidik ngeri dengan cepat mengalihkan pandangannya ke gerobak bakso. Dion menautkan alisnya melihat Fera yang berkeringat.
"Lo kenapa?" tanyanya.
Fera menggelengkan kepalanya akan tetapi, Dion tak mempercayainya begitu saja. Iseng Dion melirik ke belakang. Naas pahanya dicubit pedas oleh Fera.
Dion meringis. "Sakit ih."
Fera mendelik sinis. "Jangan tengok ke belakang. Sekali lagi gue liat lo kepo. Gue colok tuh mata pake garpu," ancamnya sadis.
Dion berdehem mencairkan suasana. Bakso pedas sudah jadi langsung disantap olehnya. Fera mengarahkan layar ponselnya seakan dia sedang mengaca padahal mah tidak dia hanya ingin tahu apakah bayangan itu masih ada atau pergi. Fera melotot horor. Buru-buru ia bersikap biasa saja.
Malam ini membuatnya parno sendirian. Fera melirik Dion sebal. Di saat dia gelisah malah si kunyuk asyik makan.
"Enak ya makan sendirian yang lain ngontrak. Gue sumpahin lo keselek," sindirnya.
Uhuk ... uhuk ... Dion beneran keselek sambal. Bibirnya jadi merah dia mencari minuman dingin dan langsung meneguknya.
"Anjir. Ngagetin aja."
Fera tertawa terbahak-bahak melihat Dion yang mukanya merah. Rasa takut atau pun gelisahnya pudar. Dion mengerucutkan bibirnya.
"Ah rese lo!" cebiknya kesal.
Fera acuh tak acuh. Setidaknya rasa yang lain tertutup walau sekilas. Bakso pesanan Fera pun jadi, dia membaca doa dulu baru memakan baksonya. Dion melanjutkan makanan yang sempat terabaikan.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Dion dan Fera pulang ke rumah. Dion memarkirkan motornya di depan rumah Fera. Mereka pulang berjalan kaki lagian dekat juga beli jajanannya.
"Gue pulang. Oiya besok berangkat bareng nggak ada penolakan," sela Dion. Fera hanya bisa pasrah.
"Pulang sono. Jatuh bangun sendiri," usirnya tanpa kasian. Dion menyalakan lampu dan mesin motornya.
"Masuk gih, udah malam juga."
Fera masuk ke dalam rumah tanpa menengok ke belakang. Pintu terkunci rapat barulah Dion pulang ke rumah. Motor hitam keluar komplek dan tak sengaja Dion melihat mobil hitam terparkir di bawah pohon kemudian, Dion melengos pergi.
Seorang pemuda keluar dari kegelapan. Dia menyeringai lalu masuk ke dalam mobil mengikuti jejak Dion. Di sepanjang jalan raya sepi kendaraan hanya sedikit yang berlalu-lalang. Dion berbelok dan hampir menabrak kucing hitam. Dia mengumpat, "Shit!"
Motor berhenti mendadak. Dion membuka helmnya dan berdecak sungguh sial bertemu kucing hitam yang menyeberang jalan. Dion mengusirnya barulah kucing hitam pergi. Dion memakai helmnya dan kembali melajukan kendaraannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/246945489-288-k306740.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Kaca [END]
Misterio / Suspenso[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Tanggal 09 Maret 2021 Rank #2 - Jerit dari 10 cerita Tepat jam 12 malam seorang gadis berdiri di atas gedung. Tatapannya kosong dan hidupnya berakhir saat itu juga. Semuanya terjadi begitu saja bagaikan kaset rusak. Teriak...