"Uwaaahhh!" teriaknya kencang. Matanya melebar saat bermimpi buruk. Fera mengedarkan pandangan, teman sekelasnya menatapnya aneh. Fera mengusap wajahnya kasar.
Mimpi apa itu tadi? Kenapa terasa nyata?
Fera beranjak dari kursi terus keluar kelas kemudian duduk di depan kelas seraya melihat lapangan yang luas beserta orang berlalu-lalang. Di saat dia melamun ada saja setan yang mengusiknya siapa lagi kalau bukan Dion.
Orang yang dibicarakan hanya cengengesan watados. Fera menoyor kepalanya. "Udah kayak jelangkung ajah lo."
"Sembarangan, cowok sekeren gue disamain sama kayu berbatok kelapa." Fera cekikikan. Giliran Dion yang mencebikkan bibirnya.
"Bolos ya," tuduhnya.
"Jamkos," balasnya singkat.
Dion beroh ria. Sekilas melihat raut wajah Fera yang berkeringat. Dion mengecek keningnya. Fera menepisnya kasar. "Ngapain pegang-pegang mau modus ya lo," sewot Fera seraya menuduhnya.
"Dih," balasnya. "Mending modusin Bu Anya. Udah cantik baik lagi nggak kayak lo galak kayak kucing goreng eh garong," celetuknya sembari bergurau garing.
Fera mendelik sinis kemudian, memilih mengabaikan bisikan setan. Dion melengos seperkian detik dia berkata, " Pulsek main ke tempat biasa yuk."
Tidak ada jawaban. Dion menoleh dan mendapati Fera sedang melamun. Iseng Dion mencoleknya. Namun, malah terkacang. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing.
Kringggggggg...
Bel istirahat berbunyi. Dion berdehem. "Kantin kuy, diam-diam bae, ngopi, ngeteh apa ngelucu."
Fera menoleh sekilas lalu melengos pergi. Dion mengejarnya dari belakang. Tangannya merangkul bahu Fera dan sebagai gantinya kepalanya ditempeleng. Dion mah apa atuh hanya rempahan biskuit.
------
At Kantin
Sesampainya di kantin Fera terdiam cukup lama. Dion dibuat bingung ingin bertanya entar malah kena hantam jadi, Dion ikut meratapi. Dari arah belakang terdengar teriakan.
"My prince!" teriak para fans-nya. Dion kalang kabut ia menepuk pundak Fera karena tak ada respons. Dion melarikan diri menjauh dari para lebah yang mengejarnya.
Fera masih setia melihat kantin di depannya. Banyak orang yang terlihat jelas. Fera melangkahkan kakinya perlahan terus duduk di salah satu bangku.
Satu per satu para pedagang dia lihatin. Dalam mimpinya ini kantin yang sama akan tetapi terlihat berbeda. Seorang gadis berkacamata duduk di sampingnya sambil meliriknya sekilas karena penasaran dia menegurnya, "Hey, jangan melamun."
Fera terperanjat kaget kemudian menoleh ke samping. Seorang gadis berkacamata menatapnya datar lalu tersenyum tipis. Fera berdehem. "Maaf."
Gadis berkacamata mengangguk dia kembali memakan cimol yang dibeli. Fera menatapnya dari atas ke bawah entah kenapa dia melakukan itu dia pun tak tahu.
Karena diperhatikan gadis berkacamata menoleh. "Ada apa?"
Fera menggelengkan kepalanya terus memulai percakapan. "Gue Fera. Lo?"
Gadis berkacamata terdiam sejenak lalu menjawab, "Putri."
Fera dan Putri mulai berkenalan dan rupanya dia anak kelas X-5 B. Fera mengakhiri percakapan saat melihat bayangan. Fera berdiri ingin mengejar akan tetapi, tangannya ditarik. Fera menoleh dan mendapati Putri memegang ujung lengannya.
"Kenapa?"
"Jangan dikejar atau kau tidak akan kembali ...," lirihnya.
Fera mencerna setiap perkataannya. Fera menepuk pundaknya lalu menatapnya tajam. "Lo pasti tahu satu hal."
Fera membawa Putri ke tempat sepi, matanya melirik ke kanan-kiri terus fokus ke depan. "Lo pasti ngerasa ada yang aneh sama sekolah ini kan?"
Putri menundukkan kepalanya. Matanya bergerak gelisah. Lalu mendongak. "Jangan mencari tahu lebih jauh atau kau-"
"Gue nggak takut!" tegasnya berani. Putri kembali diam.
"Sebenarnya gue kepo tadi itu bayangan apa? Dan kenapa lo ngelarang gue tuk nggak ngejar," selidiknya penuh curiga. Putri tak menjawab.
Fera menyilangkan kedua tangannya ke dada. "Kenapa lo diam? Lo takut?"
Putri mendongak dan menatap Fera tajam. "Berhati-hatilah dalam berucap karena kalau mereka sampai tahu, kau akan dikorbankan."
Fera menatap Putri diam. Ini orang nggak jelas banget deh terus aneh daritadi balasnya kelewat jalur.
Putri merendahkan suaranya. "Hiduplah dengan aman tanpa bertindak sembarangan. Kalau tidak hidupmu akan berantakan." Putri melengos pergi dengan cepat meninggalkan Fera sendirian.
"Aneh."
Fera ikut pergi tanpa tahu sepasang mata tajam mengintai lalu menyeringai seram. Obrolan mereka terbilang singkat dan pada akhirnya kembali asing.
Fera kembali ke kelasnya. Duduk kalem sembari mengulas percakapannya dengan Putri.
Pasti ada yang dirahasiakan. Aku harus mencari tahu. Entah kenapa aku sering bermimpi menyeramkan dan selalu berkaitan dengan sekolah ini.
Bel beristirahat berakhir. Semua murid pergi ke kelasnya masing-masing. Guru pun sudah datang. Fera menoleh ke luar jendela menatap bangunan tua yang terlihat puncaknya.
Tempat yang misterius.
Pelajaran berakhir dengan tugas. Fera membereskan buku yang berserakan. Sebuah buku jatuh tanpa sengaja. Fera mengambilnya cepat dan sebuah note tertulis. Fera membacanya dan membeku.
Sebentar lagi hidupmu akan hancur dan kau akan kehilangan orang-orang terdekat.
Fera menyobek kertas yang dipungut. Tulisan itu diwarnai merah darah. Fera melirik teman-temannya mereka terlihat acuh tak acuh. Fera meninggalkan kelas dengan cepat.
Sepanjang koridor Fera merasa aneh. Langkah kakinya cepat dan hampir terguling saat melihat rombongan berlari ke arahnya. Fera berdecak lalu menghiraukannya.
Sesampainya di parkiran. Fera mengeluarkan sepeda motornya dan dihadang oleh Dion. "Buru-buru amat neng pulangnya? Nggak mau main dulu?" tanyanya beruntun.
"Gak! Udah sono minggir."
Dion mengeryit. Beberapa hari ini Fera berbeda seringkali melamun dan menjadi pendiam. Dion serasa jauh darinya. Sepertinya Fera memiliki masalah akan tetapi, enggan berbagi cerita.
Fera menaiki motor dan melesat pergi menghiraukan teriakan Dion yang menyuruhnya hati-hati. Dion menghela napas dia pun mengeluarkan motornya dan tak sengaja menabrak gadis berkacamata. "Aduh, so sorry. Lo nggak apa?"
Gadis berkacamata mendongak dan berpesan tiba-tiba, "Jaga dia atau kau akan kehilangan dia selamanya."
Dion menariknya. "Apa maksud dari perkataan lo itu?" tanyanya tajam. Gadis berkacamata tersentak lalu merendahkan tubuhnya.
"Ma-maaf ... permisi."
Gadis berkacamata pergi. Insting Dion tajam. Buru-buru dia tancap gas mengejar Fera. Firasatnya tidak enak. Usai perkataan yang terlontar dari mulut si gadis berkacamata membuatnya kepikiran.
Sesuatu sedang mengincarnya. Akankah Fera lolos dari surat berantai yang kini menghantuinya?
TBC
Gimana ceritanya?
Sudahkah membaca dan memahami alur ceritanya?
Jika belum tetap staytune.See you next part~
![](https://img.wattpad.com/cover/246945489-288-k306740.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Kaca [END]
Mystery / Thriller[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Tanggal 09 Maret 2021 Rank #2 - Jerit dari 10 cerita Tepat jam 12 malam seorang gadis berdiri di atas gedung. Tatapannya kosong dan hidupnya berakhir saat itu juga. Semuanya terjadi begitu saja bagaikan kaset rusak. Teriak...