-°•ASTEROID:DB X•°-

4.7K 313 52
                                    

.........

H A P P Y R E A D I N G
.
.
.

"Mending lo langsung istirahat aja deh, gue khawatir sama keadaan lo, bentar! Lo tunggu di sini dulu. Gue mau mintain kunci kamar buat lo ke Bibi" ujar Benua yang di balas anggukan lemah dari Rora.

Menggerakan kaki nya dengan tujuan melangkah, Namun belum sempat mengambil satu langkah saja, Diri nya sempat terhenyak akibat mendengar suara asing dari balik tubuh nya.

Dug

Menoleh perlahan menghadap ke belakang, dan menemukan Rora yang sudah jatuh terjerembab di bawah lantai yang di lapisi karpet bulu yang lembut, kondisi Rora saat ini tak bisa di bilang baik baik saja, justru sangat mengenaskan.

Benua membulatkan mata nya terkejut, jantung nya berdetak lebih cepat karena panik. Menghampiri Rora dengan langkah yang terperogoh, perlahan membopong tubuh mungil Rora dengan mulut yang terpekik keras.

"BI!, BIBI?!" Pekik Benua dengan suara yang menggelegar. Tak lama kemudian, Bibi pun berlari menghampiri Benua dengan nafas yang berhembus tak normal.

"Ada apa atuh den? Bibi teh kaget" ujar Bibi yang masih belum menyadari keadaan Rora saat ini.

Mendongakan kepala nya, dan netra mata nya berhenti ke arah tubuh mungil Rora yang berada di gendongan Benua. Tik tok tik tok, seakan mengupdate otak untuk mengerti keadaan. Mata nya mengerjap dan seakan tersadar. Bibi pun membulat kan mata nya dan berteriak panik.

"Aduh ini Non Rora teh kenapa atuh Den?! Kok sampe di gendong gendong segala?!" Tanya Bibi dengan nada panik. Bukan nya memberi solusi, justru malah berhasil membuat Benua tambah panik.

Benua tersenyum hambar, lebih tepatnya tersenyum tertekan.

"Rora pingsan, Bi. Ben mau minta kunci kamar Rora ke Bibi" ujar Benua.

"Aduh,Den. Bibi teh gak megang kunci kamar nya Non Rora atuh. Yang megang kunci teh Nyonya Chatrine " Ujar Bibi kelimpungan.

" Ya udah, gak papa. Bibi gak usah panik, Biar Rora jadi urusan Ben aja. Ben mau bawa Rora ke kamar Aster aja" ujar Benua yang di balas pelototan mata terkejut dari Bibi.

"Atuh, Den. Emang nya tidak apa apa? Kan kamar Den Aster juga terkunci atuh? Terus kumaha? " tanya sang Bibi.

"Kamar Aster gak pernah di kunci, Bi. Ya udah, Ben mau bawa Rora ke kamar Aster dulu. Bibi jangan lupa buat telepon Dokter untuk kesini ya,Bi. Permisi" ujar Benua dan melangkah membopong tubuh Rora ke kamar milik Aster.

"Iya atuh, Den. Silahkan" ujar sang Bibi dan berjalan menghampiri sebuah laci besar yang di atas nya terdapat sebuah benda berukuran medium yang berisikan beberapa tombol angka di salah satu sisi nya. Menekan satu per satu tombol angka dengan gerakan pelan, hingga sambungan telpon pun telah di angkat oleh pihak seberang.

Mengapa Bibi menelepon dokter lain sementara Ayah Aster sendiri ialah seorang dokter? Itu karena....Entahlah.

Ceklek

Membuka pintu kamar Aster dengan menggunakan sebelah kaki nya, menggerakan ibu jari serta jari telunjuk kaki nya untuk mengapit knop pintu dengan bersusah payah. Pintu pun terbuka, dengan cepat Benua pun melangkah memasuki ruangan tersebut. Membawa tubuh ramping Rora ke atas kasur besar milik sahabat nya, merebahkan tubuh lemah itu dengan hati-hati dan berperasaan.

Menyelimuti nya dengan baik, Netra nya terfokus pada wajah manis milik Rora. Memandang lekat dan kini pandangan nya turun ke arah bibir ranum gadis itu. Seakan fikiran nya sudah melayang entah kemana, memandang bibir itu dengan penuh minat. Perlahan memajukan wajah nya guna mendekat,dan terus mendekat.

15 cm


10 cm

5 cm

2 cm

Dan.....

tok tok tok

Bunyi ketukan pintu seakan menyadarkan pikiran waras Benua untuk kembali ke tempat semula, mengerjap kan mata nya beberapa kali dan menggeram rendah. Memandang wajah manis Rora sekilas dan membuang muka. Wajah nya kini kian memerah, menghembuskan nafas nya sejenak serta menggelengkan kecil kepala nya.

Melangkah menuju pintu, serta membuka nya. Terpampanglah Bibi serta pria yang usia nya tak bisa di bilang tua dengan jas putih khas dokter yang melekat pada tubuh nya.

"Kenapa, Bi?" Tanya Benua dengan suara serak nya.

Bibi pun menatap Benua dengan tatapan bingung sebab wajah sang pemuda itu kini memerah. Benua mengangkat sebelah alis nya karena merasa tak di gubris.

"Bi!" Sarkas halus nya dengan suara yang kini masih serak,mampu membuat Bibi tersenyum kuda.

Next or stop?

ASTEROID : Dangerous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang