***
Suara rintik air hujan membasahi bumi, walaupun tak begitu deras, namum cukup membuat beberapa orang menyendu. Alih-alih membersihkan diri, lelaki mungil berwajah manis lebih memilih menarik selimut hingga menutupi sekujur tubuhnya dan membenahi ruang tidurnya lagi.
Tak berselang lama, suara ketukan pintu terdengar. "Taeyong, sayang. Bangun, yongie"
"Kita sarapan bersama" lanjut suara itu kembali.
"Iya, mom. Yongie akan menyusul!" teriak si mungil dengan menggema, bisa dipastikan Jaejoong mendengar seruannya dari luar. Karna kamar miliknya tak kedap suara seperti kamar adiknya, Jaehyun.
Akhirnya dengan langkah malas kaki pendek itu melangkah menuju kamar mandi, dan mengisi bak mandi dengan air hangat. Ia rasa tubuhnya tak bisa menerima air dingin dicuaca hujan seperti ini, benar-benar lemah pikirnya.
Pikirannya tertuju pada memori semalam, dimana dia dan Jaehyun menghabiskan waktu bersama. Pemuda itu menyelinap dengan kunci lain untuk membuka pintu kamar yang telah terkunci, menyentuh gundukan selimut tebal yang mengulung ditepi kanan ranjang.
Well, Taeyong selalu tidur disisi kanan ranjangnya, entah karena apa yang jelas ia terbiasa akan itu.
Wangian vanilla menyerbak memenuhi indra penciuman, segera saja Taeyong menanggalkan pakaian tidurnya dan menenggelamkan dirinya untuk berendam. Bekas kemerahan memenuhi kulit putihnya, dimana Jaehyun memberikan tanda cintanya dengan kesungguhan.
Semalam lelaki itu sangat manis. Ah, Taeyong lagi-lagi tersenyum mengingatnya. Baginya, Jaehyun adalah anugerah tuhan yang paling ia puja.
"Jaehyun, kau tahu kakak tingkatku Oh Sehun?"
Lelaki dominan itu sejenak menerka maksud dari si mungil. "Tentu, albino menyebalkan itu" dengus Jaehyun sinis. Ia sungguh ingat dengan beberapa lelaki yang mengganggu kakak kesayanganya.
"Dia tampan, apa aku boleh berkencan dengannya?" Taeyong bertanya sumringah.
"Hanya berkencan?"
"Y-ya tentu, memang apa yang kau pikirkan?"
"Sesuatu yang panas" bisik Jaehyun membuat kulit leher Taeyong meremang, seringai kecil terukir dibibirnya.
"Silahkan berkencan dengan siapapun" ujar Jaehyun selanjutnya dengan wajah datar
"—tapi jika waktunya tiba, mau tak mau kau harus menikah dengan ku. Suka ataupun tidak suka, kita harus mengikat hubungan. Tak peduli kau akan merengek ataupun merajuk menolakku, karna aku tak akan memberikan kesempatan sedikitpun untukmu pergi. Ingat itu, Jung Taeyong" belah dagu si mungil diberi elusan ringan, namun entah kenapa perkataan posesif Jaehyun terus menggema ditelinganya.
Bagaimana ia yang tak bisa menolak takdir hidup, jalan hidup dan nasibnya kelak. Seolah Jaehyun yang berkehendak akan itu.
Tapi terlepas dari semua itu, Taeyong mencintai Jaehyun juga.
Setelah puas berendam, Taeyong meraih handuk yang telah ia siapkan.
***
Meja makan telah terisi dengan kehadiran keluarganya, yang mana mereka telah memulai ritual sarapan. "Selamat pagi" sapa Taeyong setelah mengecup pipi Jaejoong.
"Kenapa lama sekali?" rengekan manja keluar dari belah bibir Jaehyun.
"Hum?"
"Dia tak mau sarapan karna menunggumu" sahut Yunho dengan sirat kesinisan terhadap Jaehyun, dan yang dilihat hanya berdecak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Hyunie ! [Jaeyong]
Random[ 재현 - 이태용 ] 🔞 Jaehyun itu adik yang sangat posesif. BXB, YAOI, MPREG ! MATURE ! Kurang jelas? ini cerita cowo vs cowo. Homophobic? Go away ! [Revisi] ©jayjung__