Samira, Nuya, Silvi, Fanny, dan Tita sekeluarga sampai di Small World Baturraden tepat lima belas menit setelah tempat rekreasi itu dibuka. Zahira yang baru pertama kali itu pergi ke tempat wisata tentu saja girang bukan main begitu melihat miniatur landmark dunia yang ada di sana. Qibta juga langsung ikut menyusul Zahira berlarian ke sana kemari setelah digandeng Zahira. Mereka langsung akrab begitu mereka berkenalan di hari sebelumnya. Zahira selama ini selalu lebih sering berteman dengan teman lelaki sehingga ketika dia bertemu dengan teman perempuan sebayanya dia akan sangat kegirangan. Dzaky dan Faeyza juga mulai ikut berlarian bersama Zahira dan Qibta. Anak-anak yang lebih kecil yang belum bisa berjalan digendong oleh orang tua masing-masing.
"Zahira, foto yuk!" ajak Samira.
"Foto?" ulang Zahira.
"Iya, foto. Pake hapenya Ibu. Zahira coba berdiri di sana!" Zahira pun menurut saja dengan instruksi yang diberikan sang ibu ketika menyuruhnya berdiri di miniatur landmark Menara Eiffel. Tak puas mengambil hanya satu foto, Samira melanjutkan mengambil foto Zahira di sudut-sudut lainnya. Samira bahkan bersemangat sekali memakaikan Zahira yukata dan hanbok yang disewakan bagi pengunjung di sana sebagai pelengkap berfoto. Samira juga menyewa hanbok untuk dipakainya sendiri. Samira meminta Mas Ganjar untuk mengambil fotonya dan Zahira dengan mengenakan pakaian tradisional Korea itu. Kemudian mereka foto bertiga dengan meminta bantuan Keenan. Jejak Samira itu tentu saja diikuti oleh teman-temannya yang lain. Wanita mana yang tidak suka selfie dan wefie? Samira, Silvi, Tita, Nuya, dan Fanny pun tak mau ketinggalan ikut berpose bersama dengan anak-anak mereka— minus para suami karena mereka bertindak sebagai fotografer untuk istri-istri mereka— sebagai kenang-kenangan bahwa mereka pernah bertemu pasca 10 tahun tak bersua.
Tak puas hanya berkunjung di satu tempat, mereka melipir ke The Village yang jarak tempuhnya hanya sekitar 10 menit dari Small World.
"Serius ini mau langsung ke sana juga?" tanya Fanny ragu.
"Mumpung masih di sini, Fan. Kita ga tau kapan bakal ke Purwokerto lagi, 'kan?" sahut Samira.
"Ng, iya juga sih," ucap Fanny.
"Ya udah yuk. Mumpung masih jam segini. Nanti kita makan siang di sana sekalian," ajak Samira tak ingin membuang waktu.
Silvi, Nuya, Tita, dan Fanny pun akhirnya menurut saja keinginan Samira. Lagipula benar kata Samira. Ini adalah kesempatan yang baik untuk berlibur. Sudah jauh-jauh datang dari luar kota kenapa tidak sekalian memanfaatkan kesempatan yang ada? Toh, anak-anak juga senang dengan acara liburan ini. Selain bisa berkunjung ke tempat-tempat baru dan pelajaran baru, mereka juga mendapat teman-teman baru.
Di The Village, mereka juga tentunya tak lupa berfoto. Apalagi konsep tempat wisata yang ini berbeda dari tempat sebelumnya. Menjelang siang, mereka akhirnya makan siang di tempat yang sama. Para ibu duduk satu meja dengan anak-anak mereka sedangkan para bapak duduk di meja yang lain.
"Yah, kenapa kita ketemunya bentar banget ya?" keluh Nuya sambil memegang Uwais yang sudah jatuh tertidur di pangkuannya.
"Doain aja, Nuy, tiap lima tahun sekali kita bisa reunian," sahut Fanny.
"Amin. Lima tahun kemudian Silvi udah punya anak kedua, Samira punya anak kedua, Nuya dan aku punya anak perempuan," timpal Tita.
"Wih, serius lo masih mau nambah anak lagi, Ta? Empat loh, Ta, nantinya. Lo sanggup?" tanya Silvi sambil berjengit.
Tita nyengir. "Soalnya gue belum puas kalo belum punya anak cewek."
Samira tepuk tangan. "Hebat, hebat! Kalo lahiran normal mah beda sama yang Caesar euy. Kalo gue masih mikir-mikir mau punya anak lagi. Satu anak aja udah capek gue, gimana dua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REUNI (The Story After Balada Mahasiswa: FRNDS) | TAMAT
Ficción GeneralSetelah sepuluh tahun kelulusan mereka, akhirnya Samira, Silvi, Tita, Fanny, dan teman-teman sekelas lain dipertemukan kembali dalam sebuah reuni. Karena keadaan tak lagi sama- usia yang sudah mulai menua, status yang sudah berubah, serta kesibukan...