Bab 8 | Menjadi pusat perhatian

1 0 0
                                    

Jangan lupa votenya ya😊

Selamat membaca, semoga suka

*
*
*

"Dan Lo sebagai manusia juga punya hak untuk nggak pedulikan mereka. Kalau Lo nggak nyaman sama pandangan mereka, Lo nggak harus ngelihat mereka. Mending Lo lihat aja gue. Gue cukup ganteng kok untuk jadi objek penglihatan,"

* * *

Sudah hampir lima belas menit Shena duduk di depan perpustakaan kampus. Menunggu Evan yang belum juga keluar dari ruangan Mrs Rena untuk menyerahkan laporan Shena tadi.

Entah apa yang terjadi di dalam sana. Evan sudah masuk sejak tadi, namun belum juga keluar hingga saat ini. Entah dia akan berhasil membujuk Mrs Rena untuk menerima laporan Shena atau tidak.

Kemungkinannya hanya ada dua, laporan itu diterima dengan nilai rendah atau laporan itu  akan ditolak lagi. Pikiran Shena lebih mengarah pada opsi kedua sebenarnya.

Namun Shena tetap harus berdoa, berharap laporannya akan diterima dan mendapatkan nilai yang baik dari sang dosen. Supaya Shena tidak perlu mengulang kembali di semester depan. Meskipun hal tersebut terlihat mustahil. Namun tidak ada yang tidak mungkin, kan?.

Tiba-tiba sebuah suara membuat fokus Shena terbelah.

"Shena, Lo di kampus?"

Ternyata suara itu berasal dari Rere, salah satu teman Shena. Bukan teman satu fakultas, namun Shena sering bertemu dengan Rere ketika berada di dalam perpustakaan. Seperti sekarang ini. Hanya saja saat ini mereka bertemu di luar perpustakaan.

"Eh iya Re," jawab Shena ramah.

"Bukannya Lo nggak ada kuliah di hari Sabtu, ya?" tanya Rere, karena dia tahu benar jadwal kuliah Shena. Dan kebetulan hari ini memanglah hari Sabtu.

"Tau aja skedul Gue," cibir Shena bercanda.

"Gimana nggak tau She, Lo kan kalau nggak ada di perpus berarti Lo nggak masuk kuliah di hari itu."

"Mudah banget ya ngapalinnya,"

"Iya. Eh btw and base way, Lo ngapain di kampus hari ini?" Rere kembali menanyakan alasan Shena ada di kampus hari ini.

"Gue ada urusan." Jawab Shena.

"Urusan apa?" tanya Rere lagi.

"Ada, masalah laporan ke dosen. Biasalah," jelas Shena.

"Oh gitu," respon Rere.

"Terus Lo duduk di sini, nunggu siapa?" Aneh saja menurut Rere Shena duduk di depan perpustakaan seperti ini. Hal yang jarang gadis itu lakukan. Pasti ada yang sedang Shena tunggu di tempat ini.

"Gue nunggu temen," jawaban Shena cukup menjawab pertanyaan Rere.

Rere hanya manggut-manggut saja menyikapinya.

"Oh yaudah kalau gitu, gue tinggal ya She. Gue ada kelas soalnya," pamit Rere.

Setelah itu Rere langsung berjalan meninggalkan Shena. Meskipun ada rasa penasaran dengan siapakah orang yang sedang Shena tunggu saat ini, namun Rere mengurungkan niat untuk bertanya lebih. Karena dia tidak ingin terlalu melewati privasi orang lain.

Shena menatap kepergian Rere hingga punggung cewek itu semakin lama semakin mengecil dan menjauh. Hingga tanpa Shena sadari ada seorang cowok yang berjalan mendekat ke arahnya.

"Ngelihatin apaan sih?" tanya cowok itu setibanya di samping Shena.

"Astagfirullah!!"

Shena memegang dadanya karena terkejut dengan kedatangan cowok itu yang menurutnya tiba-tiba.

Simbiosis Mutualisme (Esok ada atau tidak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang