Bab 9 | Jengkol dan perasaan

2 1 0
                                    

Hai apa kabar? Cuus... Langsung baca😀

*
*
*

"Lagian gimana mau suka kalau nggak pernah coba untuk memulainya, sama kek perasaan. Gimana mau ada rasa, kalau nggak pernah mau coba memulai memberikan perasaan itu."

* * *

Di sini Shena sekarang. Di dalam mobil Evan bersama dengan pemiliknya. Sejak lima menit setelah mobil ini melaju tidak ada percakapan di antara keduanya. Shena lebih memilih diam saja dan Evan yang fokus pada kemudinya.

Evan membawa mobilnya dengan kecepatan normal. Cukup baik dalam menyetir. Shena merasa begitu nyaman berada di dalam mobil Evan. Bukan karena mobil Evan ini adalah mobil mahal. Melainkan karena Evan yang mengemudikan mobil ini begitu hati-hati dan baik. Evan sama sekali tidak ugal-ugalan dalam mengendarainya. Intinya Shena nyaman berada di dalam sini.

Sampai akhirnya ponsel Evan berdering memecahkan keheningan di antara mereka. Seperti biasa Evan langsung mengangkatnya menggunakan earphone.

"Halo Van Lo kemana aja, ngilang kek mantan seenaknya,"  omel orang di seberang sana langsung.

"Curhat?" sindir Evan.

"Jawab pertanyaan gue, bukannya malah nanya balik." Proses orang itu karena ucapan Evan.

"Gue ada urusan," jawab Evan jujur.

Shena yang ada di samping Evan hanya diam, menjadi pendengar yang baik ketika Evan berbicara di telepon seperti itu.

"Sejak kapan Lo punya urusan? Sehat kan men?" tanyanya sok perhatian.

"Sejak tadi."

"Lo ngapain nelpon gue?" tanya Evan mengingatkan Nando dengan tujuannya menelpon Evan.

"Pake nanya. Lo lupa ada janji sama kita?" ucap Nando gemas.

"Gue lupa. Emang janji apa?" tanya Evan tanpa ada usaha untuk mengingatnya.

"Kita udah di rumah Adam nih, kan Lo yang ngajak kita kumpul di sini. Malah Lo yang lupa,"

Evan benar-benar lupa dengan janjinya kepada teman-temannya hari ini. Mereka memang berencana akan menginap di rumah Adam malam ini. Namun namanya the EDAN, jika tidak terlalu rajin ya terlalu malas. Janji berkumpul jam lima sore, mereka malah sudah berada di sana sejak pagi tadi. Faktor jomblo mungkin, jadi tidak ada kegiatan lain. Padahal Evan juga jomblo.

"Gue nggak lupa, yaudah nanti siang gue kesana." Bohong Evan. Padahal jelas-jelas dia lupa.

Namun dalam hal ini tidak sepenuhnya salah Evan. Karena teman-temannya yang terlalu cepat datang dari jam yang ditentukan.

"Van Lo sehat kan?" nada bicara Nando terdengar bingung.

"Sehatlah, emang gue kenapa?"

"Aneh aja Lo ngomong waras begini," jujur Nando apa adanya.

"Berengsek Lo, jadi menurut Lo selama ini gue nggak waras, gitu?"

"Taulah, tanya aja sama rumput yang bergoyang hohohoho," orang di seberang sana malah bernyanyi.

"Edan!"

Evan langsung mematikan ponselnya. Tidak peduli dengan Nando yang lanjut bernyanyi tadi. Dan keadaan di dalam mobil kembali hening untuk beberapa saat. Namun kembali pecah ketika Evan membuka percakapan diantara Shena dan dirinya.

Simbiosis Mutualisme (Esok ada atau tidak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang