Bab 2 | The EDAN ~Jomblowers

3 1 0
                                    

Bersikap seperti orang bodoh itu menyenangkan.
Supaya kita tahu cara membuat orang kesal dan emosi di waktu yang sama, namun mereka tidak dapat melakukan apapun.

~Evan

*
*
*

Happy Reading Guys 😊

* * *

Sedangkan di sisi lain, tiga orang cowok tengah berdiri di depan pintu rumah keluarga Nugraha dengan wajah yang tidak santai. Bagaimana tidak. Sudah hampir setengah jam mereka berdiri di sini tetapi si pemilik rumah belum juga membuka pintu rumahnya. 

“Bener-bener si Evan, tuh bocah ngerjain kita kayanya nih.” Ujar Nando gemas.

“Bisa jadi sih, lagi pula nih pintu tumben-tumbenan di kunci, biasanya juga kaga pernah. Mau siang bolong ataupun tengah malem sekalipun kita masuk ya tinggal masuk aja. Lagian gerbang rumah udah setinggi Monas gitu, tambah cctv dimana-mana ada, siapa juga yang mau maling ke sini coba?.” David ikut menambahi. Wajahnya terlihat begitu kesal.

“Udahlah, ngomel terus nih pintu juga nggak akan kebuka.” Adam menengahi.

Memang salah mereka juga dalam hal ini. Karena mereka yang membuat janji datang ke rumah Evan terlalu pagi. Saat ini jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi. Apalagi mengingat kebiasaan Evan yang jarang sekali bangun pagi, seharusnya menjadi alasan untuk mereka pikirkan lagi datang ke sini di jam segini. Mungkin saja Evan masih tidur, itu sebabnya dia bicara ngelantur kaya orang gila di telepon tadi.

“Kalau nih bocah masih tidur, sumpah langsung aja gue gendong ke kolam berenang terus gue  ceburin deh, kesel.” Sungut Nando cukup kesal.

“Lo beneran mau gendong tuh bocah?” tanya Adam memastikan.

“Iya, tuh anak kan berat dosanya banyak.” Tambah David.

“Ralat. Gue seret pake pelepah kelapa.” Jawab Nando asal.

Tiba-tiba suara pintu rumah terbuka, membuat ketiga cowok itu langsung menoleh ke sumber suara. Tidak lama, terlihat seorang wanita berdiri di ambang pintu.

“Silahkan masuk den, maaf lama ya.” Susi nyengir kuda.

Ketiga cowok itu menatap datar, Susi. Mereka tahu benar hal ini bukanlah salah ART ini. Evan lah dalang dibalik semua ini.

“Evan belum mati, kan bi?” tanya David ngasal karena sangking kesalnya.

“Hah,”

“Oh belum ya, yaudah kita mau ketemu dia.” Respon David membuat Susi semakin bingung.

“Eh iya,”

Tidak menunggu lama, ketiga cowok itu langsung masuk ke dalam rumah Evan. Mencari sosok cowok yang ingin sekali mereka terkam hari ini juga. Namun yang membuat semakin kesal adalah, Evan tidak terlihat dimanapun.

David sudah mengecek Evan di kamarnya. Namun cowok itu tidak ada. Adam mencoba mengecek Evan di tempat gym keluarga Nugraha namun ternyata sama. Cowok itu tidak ada di sana. Begitupun Nanda yang mencari di sekeliling kolam berenang. Evan tidak ada sama sekali. Cowok itu mendadak hilang.

“Gimana, ada?” tanya David pada Nanda.

“Di gajebo kolam berenang nggak ada, di kolam berenang juga nggak ada.”

“Di tempat Gym juga nggak ada tuh bocah,”

“Sama, di kamarnya juga nggak ada. Gue udah meriksa kamar mandi, ruang ganti, lemari, bahkan laci meja belajar dia juga. Tapi tetep aja nggak ada,” jelas Nanda panjang lebar.

Simbiosis Mutualisme (Esok ada atau tidak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang