Bab 5 | Permainan

1 1 0
                                    

Jangan lupa kasih vote sebelum baca ya.

Aku tungguin loh.

Oke, kalau sudah langsung lanjut ke ceritanya.

Happy Reading Guys 😊

*
*
*

"Iya. Karena gue takut besok gue mati, tapi Lo belum maafin gue. Kan nggak lucu kalau gue pas mau dimasukkan ke surga ditarik lagi cuma karena belom minta maaf sama Lo."

* * *

"Astaga, kaget gue." Ucap Evan sembari memegangi dadanya karena terkejut dengan bentakan David dan Adam barusan. Sedangkan Nando langsung tertawa melihat itu semua.

"Ya Allah dosa apa gue kok bisa-bisanya punya temen modelan kaya gini?" keluh David.

"Ya ampun Vid, seharusnya Lo bersyukur jadi temen gue. Secara gue kan ganteng, perhatian, setia dan rajin menabung," sahut Evan dengan bangganya.

"Ganteng sih emang, tapi otak cuma stengah percuma juga. Udah deh, mau lanjut main nggak nih?. Pembahasan jadi kemana-mana gara-gara si kembang Lili." Nando kembali mengambil botol air mineral kosong tadi.

"Yaudah lanjut main aja," suruh Adam.

Nando mengangguk, lalu mulai memutar botol itu di atas meja. Botol pun berputar dengan cepat. Keempat cowok itu fokus pada benda plastik yabg berputar di hadapan mereka. Dengan harapan pemberhentian terakhir tidak pada diri mereka.

"Gue tebak berhentinya pasti ke Nando," ucap Evan sok tahu.

Keempatnya saling memandang. Hingga akhirnya botol berhenti menghadap ke arah...

"Lah kok gue sih," protes Evan tidak terima.

"Pasti ada angin nih, masa ke gue."

"Nggak usah banyak protes, sekarang Lo harus lakuin sesuai perjanjian kita," ucap Adam.

Evan menghela napas berat.

"Sekarang kita lihat, siapa orang pertama yang akan lewat." Ucapan David ini membuat semua cowok itu langsung melihat ke tempat yang mereka maksud.

Semuanya fokus melihat siapapun yang lewat di sana. Namun, sejauh ini belum ada yang terlihat. Entah mengapa keadaan kampus tiba-tiba menjadi sunyi manusia. Padahal hari ini bukanlah hari libur.

"Nggak ada yang lewat guys, jadi permainan ini batal dong." Ucap Evan.

"Enak aja Lo. Udah liat aja dulu, bentar lagi juga ada yang lewat."

Ternyata benar. Tidak lama setelah David mengatakan itu, terdengar sebuah ketukan sepatu. Suaranya semakin lama semakin jelas.

"Ini suara sepatu atau tempurung kelapa sih? Kuat banget."

"Iya juga sih. Kira-kira apa ada mahasiswa yang pake sepatu berbahan tempurung kelapa?" tanya Nando.

"Ya mana gue tau, ya kali gue meriksain sepatu mereka satu-persatu." Sahut David.

Tidak lama setelah perdebatan itu. Muncul seorang pria setengah baya dari ujung lorong, dengan rambut hampir botak yang menjadi ciri khasnya. Pria itu berjalan melewati kantin ke arah ruangan dosen, yang tentunya melewati perpustakaan juga.

Simbiosis Mutualisme (Esok ada atau tidak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang