Bab 4 | Ngelihat mantan

1 1 0
                                    

Happy Reading Guys 😊

*
*
*

"Semua itu bukan masalah cewek ataupun cowoknya. Tetapi masalah bagaimana hidup yang mereka jalani. Cewek emang sering silau sama duit tapi cowok juga akan silau sama cewek."

* * *

“Apakah mama saya ngga bisa sembuh dok?” pertanyaan dengan nada penuh khawatir itu keluar dari mulut seorang gadis yang saat ini tengah menatap sendu ke arah seorang dokter.

Sedangkan dokter yang diberikan pertanyaan itu tidak dapat menjawab apa pun. Perlahan kepalanya hanya menggeleng sebagai jawaban. Karena percuma saja berbohong, penyakit gagal ginjal memang tidak dapat disembuhkan. Cuci darah yang selama ini mama Shena lakukan hanyalah sebuah usaha supaya mamanya bertahan hidup. Tetapi jika diminta untuk menyembuhkan, si dokter tentu angkat tangan. Dokter hanya dapat berusaha membantu untuk menyembuhkan seseorang. Namun sembuh atau tidaknya orang itu tergantung izin Tuhan.

“Kita serahkan saja pada Allah ya. Kamu doakan saja supaya mama kamu tetap sehat.” Ucap dokter itu. “Saya permisi,” setelah mengatakan itu dokter itu langsung pergi dari hadapan Shena. Berjalan keluar dari ruangan rawat khusus pasien penderita gagal ginjal, di mana tempat Nada beristirahat juga di sini setelah melakukan prosesi cuci darah tadi.

“Ya Allah, kenapa sih harus mama??” Shena bergumam sambil terisak. Namun tidak ada satupun yang melihat itu. Karena Shena berusaha untuk terlihat kuat. Apalagi di hadapan Nada.

Melihat ibunya terbaring lemah di ranjang rumah sakit seperti itu, membuat hati Shena begitu teriris. Ibu yang biasanya selalu terlihat cerita dan bahagia kini berubah menjadi pucat dan begitu lemah.

Shena berjalan mendekati Nada yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, setelah melakukan proses cuci darah yang pastinya begitu menyakitkan tadi. Shena mencium kening Nada lalu membisikkan sesuatu padanya.

“Mama pasti sembuh. Tetap sehat ma, Shena sayang mama.”


* * *

“Eh siapa yang nyuruh Lo naik?” protes Evan langsung pada Nando karena cowok itu seenaknya saja masuk ke dalam mobil Evan tanpa izin dari Evan terlebih dahulu.

“Gue numpang ya babang Evan yang ganteng,” Nando sengaja menunjukkan wajah seimut mungkin untuk membujuk Evan. Supaya dirinya dapat menumpang pada Evan untuk pergi ke kampus mereka siang ini.

“Dih najis banget lihat muka Lo!!”

“Yaelah Van jahat bener. Mobil gue lagi di bengkel makannya gue nebeng  Lo ke kampus hari ini,”

“Terua tadi Lo ke rumah gue naik apaan?”

“Mobil David,”

“Terus kenapa Lo nggak bareng dia aja. Kenapa harus sama gue?”

“Ya Allah ya Robby tinggal nge gas aja ribet Lo ya Van, banyak tanya kek cewek. Kesel gue.”

“kok jadi Lo yang emosi, seharusnya gue yang nggak terima di sini. Mobil-mobil gue,”

Nando menghela napas dalam. Mencoba bersabar menghadapi Evan.

“Udah jalan Van. Lagian Lo seharusnya bersyukur Van, gue temenin Lo di mobil ini biar Lo enggak kelihatan banget jomblonya.” Nando menggerakkan alisnya naik turun mencoba menggoda Evan.

“Kampret Lo!! Gue jomblo Lo apa kabar?”

“Gue mah Jomblo.” Jawab Nando bangga.

“Apa bedanya pea!!”

Simbiosis Mutualisme (Esok ada atau tidak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang