Bab 1 | Sarapan

2 1 0
                                    

Ketika waktu masih memberikan kesempatan untuk bersama

~Shena

*
*
*
*
*

Happy Reading Guys 😊

* * *

B

Bunyi keran air yang mengalir ke wastafel membuat suasana dapur sedikit berisik di pagi hari ini. Hujan yang baru saja berhenti membuat suhu udara terasa lebih dingin dari biasanya. Sang Surya pun masih terlihat malu-malu untuk menunjukkan diri sepenuhnya. Namun langit yang tadinya gelap perlahan mulai kembali cerah, secerah hati kaum milenial yang sedang jatuh cinta.

Untuk mengawali aktivitas pagi yang mendung ini tentu akan nikmat jika ada kopi yang menemani. Apalagi seorang istri yang menyuguhkan. Wih.... rasanya ahh, mantap. Seperti anda menjadi Ironman.

"Den Evan ini kopinya," ucap seorang wanita paruh baya dengan sebuah celemek yang menggantung di bahunya.

"Makasih Bik,"

Namun bagi kaum jomblo hal itu hanyalah khayalan saja. Mimpi ketika tidur ikut terbawa sampai ke kehidupan nyata. Terdengar begitu pahit sebenarnya, bahkan pahitnya melebihi rasa pahit kopi hitam tanpa gula yang biasa diminum. Berharap istri yang menyuguhkan, tetapi yang terjadi adalah Bi Inah yang datang.

Evan Alnugraha Lutfi, anak semata wayang dari seorang Direktur utama di PT Nugraha Chop yang tidak lain adalah bapak Nugraha. Ibunya adalah seorang produser film, dia bernama Dewi.

Selama hidup, Evan tidak pernah merasa kekurangan apapun. Baik dari hal materi maupun kasih sayang. Meskipun orangtuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka, tetapi mereka selalu punya cara untuk memberikan kasih sayang dan membagi waktu mereka untuk Evan.

Karena keduanya sadar, mereka bekerja hanya untuk Evan anak mereka. Jika karena bekerja Evan menjadi kurang perhatian dan kasih sayang dari mereka, lebih baik mereka menyudahinya saja.

Namun ternyata ada hal yang kurang dari hidup Evan. Cowok ini adalah salah satu cowok yang jomblonya sudah hampir berkarat. Cowok kaya dan tampan tentu banyak diincar oleh para cewek bahkan tante-tante. Termasuk Evan salah satunya. Namun cowok ini masih stay dengan status jomblonya tanpa ingin merubahnya. Entah apa alasannya. Hanya Evan dan Tuhan lah yang tahu.

Tiba-tiba ponsel Evan yang tergeletak manis di atas meja bergetar, membuat fokus Evan langsung teralih kepada benda pipih itu. Tertera sebuah nama di atas layar yang menyala.

Nyonya Nugraha

Evan sengaja memberi nama kontak ibunya dengan sebutan 'nyonya Nugraha' hanya karena suka saja dengan sebutan itu. Mengingat ketika dirinya menemani orangtuanya untuk bertemu dengan kolega ataupun kliennya dalam acara tertentu, mereka pasti selalu memanggil ibunya dengan sebutan itu. Alasan yang cukup aneh sebenarnya.

Evan pun langsung mengangkat panggilan telepon itu.

"Halo selamat pagi, unit pemadam kebakaran di sini. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Evan langsung.

Terdengar decakan kecil dari seberang sana sebelum ia menjawab salam.

"Kebiasaan. Oh iya Kamu udah sarapan sayang?"

"Udah, ini lagi sarapan." Jawab Evan.

"Bohong deng Nya, den Evan Cuma minum kopi." Terdengar ucapan stengah teriak dari BI Inah.

"Eh bi, Shuttttt." Evan meletakkan telunjuknya ke depan bibirnya.

"Ups maaf keceplosan," Inah menunjukkan cengiran tanpa dosanya. Padahal jelas-jelas dia sengaja berteriak tadi.

Simbiosis Mutualisme (Esok ada atau tidak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang