Penghianat Pernikahan

10.1K 630 31
                                    

SEMUA SALAH CINTA

-Saat perempuan mempertahankan pernikahan-

"Betul, Pak, ini suami saya," ujar Naila ketika polisi mempertanyakan tentang seorang pria yang mengalami kecelakaan di jalan tol semalam.

"Betul, Pak, ini juga istri saya," ujar Dimas dengan menunduk. Sama, dia pun ditanyai seputar korban kecelakaan di jalan tol, di mana mobil sedan mewah tersebut oleng dan menabrak pembatas jalan.

Mobil yang dikemudian lelaki bernama Fabian dan seorang perempuan bernama Alisa. Dari data keduanya sudah menikah. Pun dari kontak ponsel mereka terdapat nama pasangan mereka.

Di ponsel Fabian terdapat nama My Wife, sedangkan di ponsel Alisa ada kontak denga nama Lovely Hubby.

"Baik, keduanya sekarang dirawat di rumah sakit ini. Jadi, silahkan tandatangan surat keterangan bahwa Anda berdua memang keluarga korban," ujar polisi dan pihak rumah sakit.

Naila pun menandatangani surat itu, begitu juga Dimas yang tampak gemetar.

"Selesaikan baik-baik," ujar polisi pada keduanya. Setelah itu, mereka membiarkan suami dan istri dari korban kecelakaan itu saling diam untuk waktu yang lama.

"How," gumam Dimas. "Bagaimana dia bisa menghianataiku?" tanyanya dengan lirih dan menoleh pada Naila yang mengelus perutnya.

Naila menggeleng dan tersenyum. "Mungkin kita ada yang kurang," jawabnya dengan menahan tangis.

"Aku akan menceraikannya," kata Dimas dengan menggeram keras. "Ibu sendiri gimana?" tanyanya pada Naila yang langsung menggeleng.

"Saya akan bertahan."

"Demi anak? Duh, demi anak membiarkan hubungan racun terjadi? Dia sudah menghianati ibu dan anak-anak lho!" Dimas meninggi.

"Anda tak perlu, Pak. Apa alasan saya bertahan. Biarlah itu cara saya menyadarkannya," katanya lirih.

"Kami belum punya anak, jadi aku bisa mencari pengganti wanita murahan itu," kata Dimas lagi dengan duduk di kursi tunggu dan menutup mulut dan hidungnya dengan kedua tangan, dan siku di pahanya.

Naila pun duduk, berusaha menormalkan emosinya yang juga tak menyangka dihianati suami yang sudah menikahinya selama lima tahun.

Masih ingat dalam ingatannya bagaimana Fabian datang seperti pahlawan untuknya. Menikahinya di hadapan keluarga besar mereka dan mengatakan akan menjaga segenap jiwanya. Namun, malam ini, dia ditemukan bersama seorang wanita.

Wanita cantik dan tentu saja lebih glamour darinya. Apesnya, wanita itu juga bersuami.

Bagaimana mereka bisa menghianati pernikahan yang selama ini baik-baik saja?

Dari kapan mereka berhubungan?

"Keputusan saya final, cerai!" ujar Dimas menoleh pada Naila. "Anda tahu, seorang lelaki dewasa yang sudah menikah dan perempuan dewasa yang juga sudah menikah, saat selingkuh dan jatuh cinta, pasti kegiatan pertemuan mereka tidak jauh dari-" Dimas mengunci mulutnya dan menunduk.

Naila menahan tangis dengan menutup mulutnya rapat-rapat dengan kelima jarinya. Membekap suara isakan dari sana.

"Kita lepaskan mereka." Dimas kembali bicara.

"Membiarkan penghianatan mereka berakhir bahagia? Rasanya saya tidak bisa," ujar Naila dengan menyeka matanya.

Naila berdiri dan menoleh pada Dimas.

"Saya akan menemuinya. Semoga kita memiliki solusi untuk pernikahan kita. Selamat tinggal," ujar Naila dengan tersenyum dan mengatupkan tangan.

"Bisakah, saya meminta kontak Anda untuk saya hubungi jika butuh teman diskusi masalah pasangan kita?" tanya Dimas.

"Maaf, Pak. Saya takut itu akan membuka jalan baru untuk kisah serupa dengan mereka. Laki-laki dan perempuan tidak bisa berhubungan secara pribadi, rentan diganggu setan, seperti halnya suami saya dan istri Anda." Naila sekali lagi mengatupkan tangan sebagai permintaan maaf.

Tak ada balasan dari lelaki itu, ia pun bangkit dan berjalan ke arah yang sama dengan Naila. Meskipun akhirnya memasuki ruang rawat yang berbeda.

Naila, menatap Fabian yang terbaring dengan luka di wajah dan tangannya. Bayangan ia bersama wanita bersama Alisa tentu mengusiknya, tapi ia tak ingin suaminya tahu, bahwa semua telah terbuka.

"Nai," panggil Fabian tersenyum.

"Maaf, habis diminta tandatangan surat-suratan dulu sama polisi dan rumah sakit." Naila tersenyum dan mendekat. Menatap wajah suaminya, yang ia bayangkan tak seindah sebelumnya.

"Iya, gak apa," balas Fabian dengan wajah tegang dan cemas.

"Kamu jangan khawatir, teman bisnis kamu itu baik-baik saja, kok," ujar Naila memancing.

"Iya, aku gak enak malah bikin dia celaka. Suaminya datang?" tanya Fabian cemas.

"Datang," jawab Naila.

"Dia bilang apa?"

"Gak bilang apa-apa, kami hanya tandatangan surat keterangan keluarga korban, ya sudah berpisah. Aku ke sini," jawab Naila lagi dengan mengelus tangan suaminya yang kekar dan putih sedikit berbulu. Terbayang wanita itu pun pasti menyentuh dengan gemas, belum lagi dadanya yang bidang dan sangar.

Bahkan mungkin ....

Naila menarik napas panjang dan mencoba mengalihkan pikirannya.

"Ata gak diajak?" tanya Fabian.

"Ata di rumah," jawab Naila dengan tarikan napas berat.

"Sayang, kamu belum cium aku," rengek Fabian manja.

Apa kamu ingin menciumnya dan menggantikannya padaku?

Jerit hati Naila yang mendekat dan mengecup kening suaminya dengan lembut, tapi air mata akhirnya jatuh ke kulit Fabian yang terkejut.

"Jangan sedih, aku baik-baik saja," lirih sang suami dengan menatap wajah Naila yang tak dapat menahan air matanya. Ia pun mengangguk tersenyum dengan terpaksa.

'Kamu harus membayar semua luka ini, Fabian. Aku akan bertahan, bukan karena anak kita. Tapi karena aku gak mau kamu menang dengan cara curang seperti ini. Tidak akan!'

Bersambung

SEMUA SALAH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang