Cinta dan Benci

4.8K 491 18
                                    

"Bagaimana kalau ... kita pura-pura ada hubungan juga yang diakibatkan penghianatan mereka?" tanya Dimas menatap Naila yang seketika melebarkan matanya.

"Yang benar saja, meski bohongan itu terlalu riskan." Naila terkekeh. "Pertama, kita akan terlihat tidak ada bedanya dengan mereka. Aku ingin menunjukkan aku wanita elegan, bukan murahan. Kedua, khawatir perasaan akan tumbuh di antara kita."

"Oke, aku paham." Dimas mengangguk. "Untuk poin petama ... oke sepakat. Tapi poin kedua, apa salahnya?" tanyanya menatap heran.

Naila menunduk dan tersenyum pahit.

"Aku tidak ingin menikah lagi setelah ini. Karena akan jadi pernikahan ke tiga buatku. Aku akan sangat malu," isak Naila pada akhirnya, dia tak kuasa tak menangis di hadapan lelaki yang baru dikenalnya akibat memiliki keadaan sama.

"Maaf? Ke tiga?" tanya Dimas.

"Iya, Fabian adalah suami keduaku," jawab Naila.

"Oh, apa kalian-"

"Fabian menikahiku atas permintaan mendiang suamiku," potong Naila cepat. "Di satu sisi, aku memaklumi semua ini terjadi karena Fabian mungkin tidak pernah mencintaiku. Cintanya tidak tumbuh selama empat tahun pernikahan kami. Hanya saja, kenapa dia tak memilih jujur dan melepaskanku bukan memiliki anak dariku," isak Naila dengan menutup wajahnya dengan ke sepuluh jari.

"Maaf, aku masih tidak mengerti. Tapi ... ya ...." Dimas menarik napas berat dan panjang. "Ini berat. Mungkin benar ... bertahanlah dan perbaiki hubungan kalian. Aku akan mencegah Alisa mengganggu rumah tangga kalian setelah ini. Aku janji."

Naila mengangkat wajah, menatap lelaki asing yang membuat janji untuknya.

Tidak ada ikatan.

Hanya kenal.

Bukan sahabat, tapi dia berjanji untuknya?

"Terima kasih, Pak Dimas."

"Jangan panggil pak, aku tidak setua itu. Mukaku tua ya?" kekeh Dimas sambil mengusap rambutnya. "Panggil Dimas atau Mas Dimas sajalah. Walau aneh ya, pengulangan mas."

Naila tertawa untuk pertama kali dan mengangguk.

"Makasih, ya, Mas Dim."

"Eh, kok cute, ya? Mas Dim?" kekeh Dimas lagi.

Naila sedikit merona dan salah tingkah. Keduanya jadi kaku dan tertawa dengan mengambang, merasakan sesuatu yang aneh di antara mereka.

"Baiklah, aku pulang dulu. Tidak keberatan kan kalau aku kirim WA sama kamu?" tanya Dimas.

"Hmm, jika tidak terlalu penting, tidak usah, Mas."

"Oke. Kamu benar-benar wanita terhormat."

Dimas berdiri dan mengulurkan tangan. Naila menjabatnya dan keduanya tersenyum.

"See you," ujar Dimas keluar dari ruang rawat Naila.

***

Lelaki malang itu menarik napas panjang saat sendirian di sebuah kamar hotel. Sungguh, ia pun tak kuasa untuk kembali ke rumah. Namun, membiarkan Alisa menang dan menikah dengan Fabian adalah sebuah kesalahan fatal. Terlalu mudah bagi mereka bersama, setelah mengolok kesetiaannya.

Membalas dengan cara yang sama pun tidak mungkin. Dia bukan lelaki yang senang mengumbar pesona. Hanya Alisa yang mampu membuatnya tertarik karena selalu ceria.

Di sisi lain, Naila menatap Fabian dan Ata yang sudah sangat akrab. Namun, ia pun jadi tahu, suaminya tak pernah mencintainya selama ini. Hanya terpaksa.

SEMUA SALAH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang