Kita Bukan Pasangan

4.4K 372 3
                                    

"Menurutmu begitu?" tanya Dimas menarik napas dalam. "Aku sangat tidak suka melihat Fabian di dekatmu."

"Kamu hanya merasa tidak suka karena pernah melihat dia dan istrimu. Sungguh, aku belum yakin kita sama dengan mereka," ujar Naila dengan senyuman.

"Benar, mungkin aku yang salah." Dimas tertawa dan menatap Naila pada akhirnya. "Tapi, jika kemudian kamu butuh kebahagiaan dan lepas dari Fabian. Aku akan menantikan jada menawan itu di ujung senja. Datanglah dan akan kubawa langsung ke depan penghulu."

Naila tertawa sampai menengadah ke atas dan menepuk pundak Dimas.

"Mungkini ini akan jadi akhir pertemuan kita untuk saat ini. Aku tidak mau kita terjebak perasaan kita. Satu hal yang pasti ... kita hanya akan kembali bertemu jika sama-sama sudah lepas dari pasangan kita. Bagaimana?" tanya Naila.

"Sambil menguji seberapa besar kerinduan?" tanya Dimas dengan senyuman.

"Bisa juga. Tapi jika ternyata aku harus bertahan, kuharap kamu mendapatkan perempuan istimewa yang akan mencintaimu dengan tulus," ujar Naila menatap Dimas yang tersenyum dan mengangguk sambil melihat ke atas langit.

"Aku hanya tahu bahwa aku begitu bahagia ketika bersama seseroang. Aku juga hanya tahu bahwa aku cemburu melihat seseroang. Aku juga selalu merindukan seseorang. Tapi ... jika seseorang itu tak merasakan hal sama, sungguh itu sebuah petaka."

"Ya ampun, Mas. Kamu gombal banget sih," kekeh Naila.

"Gombal atau romantis?" tanya Dimas dengan menatap manik mata Naila.

"Tergantung kebutuhan. Jika itu adalah suami istri, maka itu romantis. Tapi jika bukan, maka itu gombal."

"Be my wife?" tanya Dimas.

Naila tertawa lagi sampai menunduk lalu mengangkat wajahnya, terus tertawa dalam tatapan Dimas yang mulai merasakan harapan dan kenyamanan di sisinya.

"Kita adalah istri dan suami dari seseorang, meskipun mereka menghianati kita, bukan berarti kita bisa menghianati mereka."

"Berhenti bicara, Naila. Semakin kamu bijak semakin hatiku berdesir."

"Berhenti menggombal, Kapten!" balas Naila dengan tersenyum.

"Nai-"

"Stop!" potong Naila. "Aku sangat takut ini adalah jalan yang salah. Kalaupun kita memang akan bersama, kita selesaikan dulu masalah rumah tangga kita. Kita kembali ke rumah dan kita putuskan perpisahan dengan mereka." Naila mengulang kalimat yang hampir sama, yang artinya mereka harus menyelesaikan kisah cinta mereka dengan pasangan sebelumnya.

Masalah rumah tangga tak sekedar kau dan aku, tapi ada keluarga di belakangnya.

"Jujur saja, aku sangat takut untuk menjalin kisah cinta lagi pasca perpisahanku dengan Fabian. Bayangkan saja, aku harus menikah untuk ke tiga kali? Itu sangat aneh dan aku-"

"Itu bukan hal hina."

"Aku tahu. Tapi pandangan orang akan sangat buruk padaku. Ini membutuhkan mental yang tak hanya sekedar ini boleh, ini halal, ini ada banyak terjadi. Tidak, aku benar-benar ingin merasa nyaman saat menjalaninya." Naila menatap Dimas yang mengangguk dan sepakat.

"Artinya kita berpisah dulu? Sambil melihat potensi hati kita?" tanya Dimas.

"Iya."

"Tapi jangan tutup akses komunikasi, setidaknya di hari tertentu kita bisa saling bertanya sejauh mana usaha kita. Bagaimana?"

"Akan kucoba."

"Baiklah." Dimas berdiri dan menoleh pada Ata yang sejak tadi menyimak dan tentu saja tak mengerti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEMUA SALAH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang