Kecanggungan terjadi di antara Dimas dan Naila, meskipun untuk selanjutnya keduanya tertawa.
"Mas Dim, terus apa rencanamu pada Alisa?" tanya Naila saat mereka keluar salon.
"Tidak ada. Aku akan menggantung hubungan ini, sampai dia merasa menyesal atas tingkahnya atau bahkan nekat kabur sebagai perempuan murahan," jawabnya.
Naila menatap luka yang sangat parah di hati Dimas. Terlihat sekali, lelaki ini mencintai Alisa dan terluka karena dihianati. Mungkin, lukanya lebih besar dari dirinya yang memang tak terlalu menaruh rasa pada Fabian. Hanya meras dikhianati sebagai istri, tapi bukan sebagai kekasih hati.
"Cintanya masih kelihatan banget, pasti luka Mas Dim lebih parah dari yang saya rasakan," ujar Naila, membuat Dimas menghentikan langkahnya.
"Benar," jawab Dimas meremas dadanya. "Sakit sekali, karena aku sangat mencintai dia. Sangat, berat melepaskannya tapi juga sudah terlanjur jijik padanya. Jadi aku tidak tahu harus bagaimana," paparnya pada akhirnya.
Naila menunduk dan menatap Ata yang asik menikmati jajanannya.
Hening, dua pemilik hati yang terluka itu hanya saling diam. Menatap keramaian yang terasa sepi bagi mereka. Masih ingat pertama kali keduanya bertemu di rumah sakit, di hadapan polisi hanya ditanya sebagai benar tidak sebagai keluarga korban.
"Lepaskan dia, Mas," ujar Naila. "Kamu berhak mendapatkan wanita baik-baik, gadis yang suci bersih, yakinlah ... akan mendapatkan wanita seperti itu nantinya. Seperti kebaikan hatimu."
"Memang aku baik?" tanya Dimas dengan tersenyum dan menatap Naila yang juga tersenyum.
"Kamu baik, pilot itu konon romantis, pasti banyak yang antri sama kamu. Tapi sepertinya kamu sukanya yang sempurna fisiknya seperti Alisa." Naila menunduk dan menyamakan tinggi dengan Ata, membersihkan sisa makanan di pipinya.
"Ata beruntung punya ibu sepertimu, kelak dia akan jadi pelindungmu," ujar Dimas turut berjongkok dan menatap Ata yang tersenyum padanya.
"Sudah jam tiga, sebentar lagi Fabian pulang, aku harus pulang, Mas." Naila mengubah panggilan dirinya dari saya ke aku, seiring rasa nyaman yang muncul di antara dirinya dan Dimas.
"Oke, aku juga mau istirahat."
"Lho, baru sampai banget emang?" tanya Naila.
"Iya, langsung ketemu kamu, takut kamu gak ada waktu lagi."
"Ya ampun, makasih ya, Mas tipsnya."
"Nanti aku ajarin lagi cara bikin Fabian mupeng sama kamu tapi harus kamu abaikan. Buat dia patah hati," kekeh Dimas sambil mengusap Ata. "Aku duluan, ya."
Keduanya berpisah dan Naila menuntun Ata ke parkiran dalam tatapan Dimas yang masih memperhatikannya dari jauh.
***
Naila memasuki rumah dengan Ata, Fabian sudah ada di rumah dan tengah menimati teh sore.
"Kok baru pulang, dari mana?" tanyanya sedikit heran melihat penampilan Naila yang tak seperti biasanya.
Rambut model terbaru, bibir pink tipis, lebih cerah dan kancing kemeja yang terbuka dua di atas, menampilkan sesuatu yang selalu tersembunyi. Meski hanya sedikit, tapi jelas membuat lelaki penasaran.
Meskipun Fabian pernah melihat seutuhnya, tapi sensasinya tentu berbeda dengan penampilan Naila yang baru.
"Ke salon dulu," jawab Naila sambil meminta pengasuh Ata untuk mengajak anaknya mandi.
Ia sendiri hendak ke kamar, tapi tangannya disambar oleh Fabian.
"Kenapa?"
"Masnya mana? Biasanya kan kenapa, Mas?" tanya Fabian berdiri dan menatap penampilan Naila yang tak biasanya. "Gak biasanya dandan gini selama nikah," sindirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMUA SALAH CINTA
RomanceDiselingkuhi oleh Fabian, Naila tetap bertahan pada pernikahan yang hancur, tapi bukan karena lemah. Dia memiliki rencana yang indah. seperti apa? baca yuk jangan lupa Subscribe ya