Upaya Pembalasan

5K 585 57
                                    

Fabian mengambil ponsel Naila dan ternyata mati. Naila menarik napas panjang dan lega.

"Teman, dia tanya kondisiku," jawab Naila terlambat.

Fabian menyerahkan ponsel dan duduk di kursi, menatap Naila yang terlihat sudah tak pernah menatapnya.

"Aku dan Alisa sudah berhubungan dari sebelum kita nikah," katanya dengan menatap tajam. "Tiga tahun kami pacaran."

Naila menatap dengan tatapan terkejut.

Fabian memejamkan mata. Mengingat bagaimana manisnya cinta dia dan Alisa dulu. Hingga kabar Irvan meninggal datang dan saat itu Naila yang tengah hamil besar terpuruk.

Orang tua Irvan meminta Fabian menikahi Naila setelah selesai masa iddah, untuk tetap merekatkan jalinan keluargaan antara dua keluarga.

"Kamu ingat itu kan? Sulit bagiku menyentuhmu selama ini," bisik Fabian menatap Naila yang mengangguk dan terisak. "Aku menyayangimu, tapi cintaku tetap untuk Alisa."

Naila memejamkan mata, tangannya terkepal kuat.

"Lalu kenapa harus menuruti keinginan orang tua kita? Kita bisa menolak. Mereka bilang kamu juga menyukaiku, tapi aku gak pernah lihat itu sejak malam pertama. Kupikir karena kamu sungkan, karena aku mantan istri Irvan dan juga baru saja nifas." Naila memainkan jari-jarinya.

"Bukan, tapi aku mendapat kabar, Alisa hampir bunuh diri saat tahu aku menikahimu." Fabian menunduk.

"Dari kapan kalian bertemu dan menjalian hubungan?" tanya Naila lagi.

"Empat bulan," jawab Fabian.

"Berhubungan badan?" tanya Naila lagi.

"Dua kali, sebelum kecelakaan dan sesudah kecelakaan," jawab Fabian jujur.

Naila memeras tenaga agar dia tabah mendengar kisah cinta suaminya.

"Apa yang kamu rasakan? Bahagia?" tanya Naila lagi.

"Ya, aku sangat bahagia dan luar biasa ... karena melakukannya dengan cinta."

"Cinta dan kesetanan, Fabian!" teriak Naila. "Lalu kenapa tidak kamu ceraikan aku dulu! Aku rela kamu cerai meskipun sedang hamil, asal tak harus ... Ya Tuhan ... kamu tahu jijiknya bagaimana aku?"

"Aku gak akan nyentuh kamu lagi jika kamu mau, aku akan menikahi Alisa juga. Hubungan kita cukup sebagai pemersatu orang tua kami dan untuk menutupi pernikahanku dengan Alisa." Fabian menatap dengan serius.

"Kamu serius? Aku lebih baik berpisah," lirih Naila. "Toh ... anak yang kamu tanam di rahimku jugasudah pergi. Gak ada ikatan lagi di antara kita."

"Lupakah kamu dengan pengorbananku selama empat tahun ini? Sebagai suami, ayah untuk Ata, sampai akhirnya aku bisa memuaskanmu sebagi seorang wanita dewasa. Tidakkah kamu mau membantuku?" tanya Fabian.

"Tidak, karena aku mulai mencintai kamu dan kamu menghianati aku."

"Kalau begitu, nikmati hubungan ini ... aku tidak akan pernah menyentuhmu lagi," katanya tajam.

"Aku pun tak sudi, makanya aku akan mengajukan gugatan cerai padamu!"

Fabian memejamkan mata, menarik napas dalam dan akhirnya bersimpuh.

"Aku mohon, Naila, setidaknya bertahanlah sampai orang tuaku tahu dan mereka mengizinkan aku menikah dengan Alisa. Sampai Alisa bisa lepas dari suaminya."

"Keuntunganku apa? Itu hanya menyakiti aku, Fabian ...."

"Aku akan tetap memberimu nafkah, menjadi ayah untuk Ata, menjadi menantu yang baik untuk orang tuamu. Menjadi teman untukmu. Bebas, mau kusentuh atau tidak," katanya dengan menyebalkan.

SEMUA SALAH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang