Dua Pasangan yang Terluka

5.4K 558 20
                                    

Dimas melangkahkan kaki ke ruang rawat istrinya. Menatap wanita cantik yang terkulai lemah di sana. Masih lekat dalam ingatannya, bagaimana gadis itu bersedia menikah dengannya, dua tahun lalu.

Ya, pernikahan mereka masih sangat baru. Dimas melamarnya di sebuah wahana ayunan yang mamacu adrenalin, dan Alisa memeluknya ketakutan. Saat itu, dia mengungkapkan cinta dengan sangat manis.

"Dim, mainan apa sih ini? Kamu mau buat aku mati ya?" teriak Alisa.

"Bukan, aku mau nunjukkin siap hidup dan mati sama kamu," balas Dimas menatap manik mata Alisa yang semakin erat memeluknya, tapi dengan tatapan tak percaya.

"Dimas?"

"Maukah kamu sehidup semati denganku?" tanya Dimas dengan ayunan yang terus melayang di tebing dan direkam oleh kamera yang ada di dalam ayunan itu. "I love you," bisiknya.

Alisa tertawa kecil dan memeluk erat Dimas dengan rasa haru.

"Jawab, Al. Andai kamu bilang tidak, aku akan melompat ke bawah," canda Dimas dengan manja.

"Kamu," protes Alisa menatap wajah dengan penuh air mata.

"Kok, nangis?"

Alisa menggeleng dan menutup bibirnya.

"Ya, aku mau nikah sama kamu," jawabnya.

"Yes! Diterima!" teriak Dimas pada keluarganya yang ternyata menantikannya di daratan.

"Dimas?"

"Aku sayang dan cinta banget sama kamu," bisiknya sambil mendekap Alisa dan ayunan bergerak ke tepi.

Indah, saat itu semua begitu sempurna. Pernikahan pun dilakukan dengan sangat meriah dan mewah. Bak raja dan ratu keduanya mengikat janji suci pernikahan disaksikan ribuan pasang mata di sebuah ballroom mewah.

Bulan madu yang panas, hari-hari yang selalu penuh canda dan syahwat, tapi akhirnya seperti ini.

"Beib," panggil Alisa menatap suaminya yang termenung.

"Hai," balas Dimas berusaha tegar. Dia ingat dengan Naila yang begitu gila dengan nekat akan mempertahankan pernikahan padahal jelas, suaminya selingkuh dengan istrinya.

"Ada apa?" tanya Alisa.

"Aku sedih," jawab Dimas.

"Sedih karena?" tanyanya lagi dengan tegang.

"Karena belahan jiwaku terluka," jawab Dimas dengan meremas jari jemari istrinya dengan lembut. Meskipun hatinya terkoyak dan retak.

"Kamu selalu romantis, aku sayang kamu," katanya lirih.

"Me too," bisik Dimas mencium kening Alisa tapi dengan tatapan penuh dendam. "Jadi, Fabian itu yang jadi investor kamu?"

"Iya, kami baru pulang dari lihat lokasi yang mau aku buka untuk spa. Eh gak tahu kenapa ban mobilnya pecah atau gimana gitu," papar Alisa yang mengalami luka di kaki dan mungkin tak bisa jalan untuk satu minggu ke depan.

"Aku kan sudah bilang, mending kamu diem di rumah."

"Duh, bosen lho, Beib. Kamu kan kadang mengudara, aku kesepian." Alisa merengek manja.

Dimas memang seorang pilot dan kadang tidak pulang untuk waktu cukup lama.

"Oke," katanya pelan.

"Kamu gak mikir macam-macam kan?" tanya Alisa.

"Mikir apa?"

"Enggak, takut kamu ngira kami ada something?" selidik Alisa.

"Mana mungkin seorang Alisa bisa selingkuh dari lelaki romantis seperti Dimas, hem?" tanyanya dengan menggigit tangannya dengan keras.

"Aw! Ini sih sakit!" protes Alisa.

Tak sesakit hatiku yang kauinjak, Alisa!

"Sorry," bisik Dimas.

"I love you," balas Alisa.

Bullshit!

Maki Dimas dalam hati.

***

Fabian sudah kembali ke rumah meskipun tangannya di-gif karena tertindih badan mobil, sedangkan wajahnya juga terkena serpihan dari retakan kaca.

Naila tetap setia merawatnya, bahkan sambil mengurus anaknya yang bernama Ata.

Dengan gontai dia memasuki kamar anaknya. Membuka laci paling bawah, mengambil sebuah foto album di sana.

"Andai kamu tidak pergi," lirihnya membuka sebuah foto di mana terpampang seorang lelaki berseragam tentara.

Sentuhan demi sentuhan tangannya menandakan kerinduan, pada dia yang tak lagi di sisinya. Berganti oleh Fabian yang ternyata tidak tulus mencintainya.

"Kangen, Irvan?" tanya Fabian dari belakang.

"Maaf, Mas," ujar Naila segera menutup foto mantannya.

"Mantan memang selalu istimewa di hati."

"Begitu kah, Mas?" tanya Naila.

"Iya, buktinya kamu masih inget Irvan padahal sudah jadi istriku dan lagi hamil dari aku," kekeh Fabian menatap Ata yang terlelap.

"Aku minta maaf jika itu menyakiti kamu, Mas." Naila menaruh foto Irvan di laci paling bawah lagi. Sengaja dia menyimpan foto mantan suaminya di sana, agar tak menyebabkan rasa cemburu pada suaminya yang sekarang.

"Biasanya gitu, mantan selalu menyimpan sejuta kenangan. Andai dia masih hidup, mungkin kamu juga akan berpaling dariku padanya."

"Itu sudah pasti kah? Setiap pecinta akan kembali pada mantannya?" tanya Naila dengan tersenyum.

"Mungkin mayoritas," jawab Fabian lagi, seraya berlalu meninggalkan Naila dengan kenangan indahnya bersama Irvan. Ayah dari Ata.

"Apakah Alisa mantan kamu? Sehingga kamu masukkan dalam pernikahan kita?" gumam Naila dengan membuka ponsel dan menatap foto wanita cantik yang tengah tersenyum, seolah mengejek dirinya karena tak ada di hati sang suami.

Dia sudah menelusuri akun instagram wanita itu dan sering sekali memposting foto di sebuah lokasi yang ternyata sama dengan Fabian. Mungkin, foto-foto itu juga diambil oleh suaminya.

Apalagi, foto yang dia simpan itu tengah memberi kecupan jarak jauh. Sudah pasti pada yang memotret dan itu berada di sebuah hotel di Bandung, sehari sebelum kejadian di mana Fabian mengaku ada proyek di sana dan menginap di hotel yang sama.

Naila tak ingin membiarkan Alisa menang begitu mudah. Dia ingin perempuan itu tahu dulu kesalahannya. Dia harus membuat siasat untuk membuat keduanya mengakui kesalahan.

Sungguh tidak adil jika tukang selingkuh hidup bahagia dengan selingkuhannya. Itu tidak akan dia biarkan. Karena itu, biarlah keduanya tak pernah tahu tentang terkuaknya setiap kebusukan mereka.

"Kelak, aku akan buat kamu menangis, Alisha. Seperti aku menangis malam itu," katanya dengan tersenyum.

Bersambung

SEMUA SALAH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang