PROLOG KUY

30K 2K 191
                                    

Permintaan Angga Judistira sebelum ajal menjemputnya adalah untuk membuat Juan Jendral Hariez harus menikahi putri tunggalnya, Adara Maharani yang saat itu berusia 15 tahun.  Angga tahu meski usia Dara--sapaan akrabnya--masih terlalu kecil untuk menikah dan tidak akan ada masalah jika tinggal bersama Juan, tetap saja ia tidak bisa melepaskan putrinya untuk tinggal dengan orang yang tidak memiliki status.  Terpaksa, ia meminta Juan untuk menikahi putrinya dan bertanggungjawab untuk Dara. Nanti, jika tidak ada kecocokan antara Juan dan Dara, mereka boleh bercerai dengan syarat Dara sudah cukup umur dan dewasa untuk mengurus dirinya sendiri dan juga tanggungjawabnya terhadap usaha yang ia tinggalkan.

Juan  menyetujui hal tersebut hingga pernikahan siri pun terlaksana sesaat sebelum kematian Angga. Pria 30 tahun itu menghela napas berat menatap ke arah gadis yang berdiri kaku di sampingnya. Dara menatap nanar gundukan tanah merah di mana Angga baru saja disemayamkan.

"Kamu sekarang sudah menjadi tanggungjawab om. Ayo, kita pulang," ajak  Juan.

Adara Maharani yang baru saja memasuki sekolah menengah atas kelas sepuluh mengangguk menyetujui Juan yang akan membawanya pergi untuk tinggal satu atap dengan status sebagai pasangan suami istri.

Kehidupan Dara dan Juan berjalan normal. Mereka hidup dengan damai.  Dara tentu saja merasa senang meski Juan belum pernah menyentuhnya, namun pria itu tetap memperlakukannya dengan baik.

Benih-benih cinta itu mulai tumbuh pada gadis  15 tahun yang belum mengerti arti kehidupan. Hingga suatu kejadian membuatnya sadar jika apa yang terjadi padanya dan Juan adalah semu. Dara mengira jika Juan menyayanginya dengan tulus layaknya suami istri. Tapi, ternyata pria itu hanya menganggap dirinya sebagai batas tanggungjawab Juan padanya saja. Tidak lebih.

"Aku benci Om Juan!  Jangan mentang-mentang karena aku baru 15 tahun, om bisa berbuat sesukanya!"

Suara deru napas seorang gadis terdengar di depan kamar yang terbuka lebar.  Di dalam kamar luas itulah,  dua sosok dengan tubuh polos berbaring di atas tempat tidur.

Juan--pria yang diteriaki-- bangkit dari posisi rebahannya seraya menatap remaja 15 tahun yang berdiri di ambang pintu dengan napas memburu.

"Apa yang salah?  Om hanya melakukan apa yang enggak bisa om lakukan padamu,  Dara." Juan berkata santai. "Lagi pula om juga enggak mungkin melakukan hal ini sama kamu. Kamu terlalu kecil untuk om,"  tuturnya santai. Tangannya bergerak menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya dan juga wanita yang berbaring di sampingnya.

"Tapi,  aku istri om!"

"Hanya siri,  Dara.  Nanti setelah kamu berusia 20 tahun, kita bisa bercerai." Juan berkata dengan santai. "Oh,  om juga enggak mungkin hidup tanpa perempuan yang menghangatkan ranjang om."

Napas Dara memburu. Gadis cantik dengan rambut sebahu itu menunjuk ke arah Juan dengan tatapan nyalangnya.
"Enggak perlu tunggu aku 20 tahun. Sekarang juga aku mau kita cerai. Om jangan pernah cari aku. Aku membenci om!"

Setelah itu,  Dara berbalik pergi meninggalkan kamar di mana Juan dan wanita selingkuhannya berada.

Juan tidak mengejar Adara Maharani--istri kecilnya--  yang mungkin saat ini sedang marah. Juan justru kembali merebahkan tubuhnya pada tempat tidur. Juan mungkin tidak menyadari jika malam itu adalah malam terakhir ia bertemu dengan Adara.

Dara yang mengira jika dirinya akan bahagia dengan laki-laki yang ditunjukkan  ayahnya sebagai penanggungjawabannya,  tidak pernah menyangka jika pria itu justru menyakiti hatinya untuk pertama kalinya.

Dara mengambil koper di dalam lemari. Mengeluarkan semua barang penting termasuk surat penting, juga tabungannya selama ini masuk dalam tas.  Dara akan pergi dari kehidupan pria itu. Pria yang tega membawa wanita lain ke rumah mereka tepat setelah dua bulan pernikahannya dan Juan.

Dara memang masih terlalu kecil untuk paham tentang hubungan orang dewasa.  Namun, ia juga tidak terlalu bodoh untuk tetap bertahan bersama orang yang sudah menyakitinya.

"Selamat tinggal, Om,"  lirih Dara. Gadis itu berujar tanpa menoleh pada istana besar di belakangnya. Tidak akan ia biarkan dirinya terluka untuk yang kesekian kalinya.

Om Playboy itu suamiku {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang