8. aw

3.1K 315 62
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca, komen juga ya

-

"kenapa tiba-tiba ingin les tambahan?" tanya Chenle penasaran, padahal ia kan bisa mengajari Jisung bermain piano dengan gratis jadi tak harus mengeluarkan biaya. Dan juga kenapa Jisung berbicara sedikit gugup dengan tatapan aneh saat bersama Haechan tadi?

"ah bukan apa-apa." jawabnya dengan gelengan kepala dan segera masuk ke dalam rumah karena sedari tadi mereka masih di depan pintu rumah sehabis mengantarkan Haechan.

"kau semakin aneh saja."

Sedangkan yang diajak berbicara sedang senyum tidak jelas sambil berjalan ke dapur untuk mengembalikan gelas kotor milik Haechan tadi.

"kau gila ya?" tebak Chenle ngawur.

"apa kau sedang jatuh cinta?" tebak Chenle asal dan Jisung langsung terdiam dari langkahnya. Chenle ikut membeku melihat gelagat Jisung yang sepertinya membenarkan tebakannya tadi.

"oh tebakanku benar ya?" tanyanya lagi dengan senyum yang dipaksakan, hatinya hancur disebabkan oleh Jisung dan sepertinya orang yang Jisung suka adalah guru lesnya sendiri. Chenle ingin marah namun mereka hanya sahabat yang tak mungkin menjadi cinta.

Karena Jisung yang diam saja ia lebih memilih membalikkan badan, "mau kemana?" tanya Jisung yang melihat Chenle berjalan meninggalkannya.

"pulang!" teriak Chenle dari arah pintu rumah, ia harus segera pulang dan menenangkan hati. Juga menyadarkan diri bahwa mereka memang hanya sahabat tak mungkin bisa lebih.

-


"ayo kita go public." ajak Haechan tiba-tiba yang langsung diberikan balasan alis menukik dari Mark.

"mari tunjukkan kemesraan di depan orang orang!" katanya lagi, author suka yang seperti ini.

"untuk apa?" tanya Mark.

"ya untuk menunjukkan pada fans fansmu itu bahwa kau sudah punya kekasih, memangnya kau mau kalau aku meminta putus lagi karena dirimu dimanipulasi fansmu seperti si Saerin tadi? kau tega membiarkan hubungan ini putus begitu saja?" Tanya Haechan dengan dilebih-lebihkan untuk menakuti Mark siapa tau kan lelaki itu menurutinya.

"apa gunanya."

"sangat berguna! ini demi kita!" Seru Haechan.

"orang-orang pasti sudah mengira kalau kita berpacaran, tak usah berlebihan." Nasihat Mark.

"lihatlah fansmu itu, apa kau tahu mereka sering membicarakanku karena aku sering berdekatan denganmu? selama ini aku sudah cukup diam." terangnya. Karena Kim Saerin yang merusak moodnya ia jadi pemarah seperti ini.

Mark kaget saat Haechan mengucapkan kalimat itu, benarkah? batinnya. Selama ini Mark terlalu tak memusingkan Haechan dan penggemar anehnya, dan ternyata seperti itu kehidupan mereka, membicarakan omong kosong dan bualan tentang si manisnya.

"aku kemana saja selama ini." fikir Mark.

"pokoknya kita harus terlihat seperti orang pacaran yang sesungguhnya!" pintanya dengan wajah merengut, biar fans kegatelan Mark tahu kalau mereka kalah lanhkah dengan Haechan lumayan bisa pamer pacar tampan.

"memangnya kita pacaran pura-pura?"

"ish bukan begitu! Pokoknya kita harus terlihat seperti sepasang kekasih di depan umum!"

Mark abai saja terserah Haechan mau brrbicara apa, wajah anak itu merengut tidak karuan seperti terkena badai dan suaranya memekik tinggi seperti ibu ibu rumpi. Mark sudah gak kuat bund.

"cepat panggil aku sayang!" pinta Haechan yang membuat Mark hampir menginjakkan rem secara tiba-tiba, tidak mungkin Mark memanggil Haechan dengan panggilan menjijikkan seperti itu!

"itu terdengar menggelikan."

"aku tak mau tahu hyung harus memanggilku dengan panggilan sayang, menjemput dan mengantarkanku ke sekolah lalu mengajakku makan di kantin, bercengkrama di telfon setiap hari. Dan apakah selama 5 bulan ini kau lupa kalau belum memfollback instagramku? sungguh teganya." Haechan bergaya sedih dengan merengutkan bibir dan memberikan tatapan tak percaya.

Mark memegang telinganya yang berdengung mendengar suara Haechan yang sungguh sangat menyakitkan, tolong siapapun itu belikanlah Mark kapas karena sepertinya telinganya mengeluarkan darah.

"tak mau tahu kau harus menuruti kemauanku." paksa Haechan bersama rengekan dan cemberut di wajahnya.

"Iya sayang." ucap Mark mengalah.

Pipi Haechan langsung memerah dan memanas, ia yang meminta ia yang malu sendiri jadinya. Haechan senderkan kepalanya di lengan Mark lalu mendusal dusalkan kepalanya, ia juga ingin sekali kali bermanja dengan kekasih mumpung Mark sedang dalam mode menurut dan tak menolak perilakunya.

"nanti jangan lupa hubungi aku." peringat Haechan sambil mengotak atik handphone Mark lagi, ia sedang mengikuti balik akun instagram miliknya.

Perjalanan mereka diiringi dengan dumalan khas Haechan dan keinginannya yang ini itu, tak terasa rumah Haechan sudah di depan mata dan akhirnya telinga Mark sedikit terselamatkan.

"terimakasih sudah menemaniku." ucapnya pada Mark yang sudah mematikan mesin mobil, mereka sekarang sudah berada di depan rumah Haechan. Mereka berdua dapat melihat mobil ayah Haechan yang terparkir di garasi terbuka rumahnya.

"hm." jawab Mark, "tentang yang tadi tak usah difikirkan lagi." sambungnya. Haechan menganggukkan kepala lalu melirikkan matanya ke kiri dan ke kanan lalu mengecup bibir Mark dengan cepat.

Pipinya memerah, jantungnya berdetak dengan cepat sedangkan bibirnya diam membisu, kepalanya menengok ke arah rumah takut sang ayah melihat atau lebih tepatnya dia salah tingkah dan mengalihkan matanya dari Mark. Mark tak tahu apa yang barusan Haechan lakukan, kaget dengan perlakuan Haechan yang agresif namun Mark tetap suka. Bibir Haechan sangat manis dan lembut walau hanya kecupan sekilas yang terasa.

Mark meraih tengkuk Haechan dan langsung menyambar manisnya bibir merah itu, Haechan yang jantungnya seperti diambil malaikat kematian tiba-tiba sudah tak berfungsi lagi, dunia terasa berhenti dan waktu tak berputar lagi. Haechan yang terdiam kaku membuat Mark menggerakkan bibirnya dan sedikit melumat bibir manisnya, Haechan tak memberikan perlawanan dan malah menikmati bibir kering Mark, ia arahkan tangannya di dada Mark dan mencengkram baju bagian dadanya.

Aliran darahnya seperti berhenti, seperti ada kupu-kupu beterbangan di perutnya, sedangkan Mark asyik sendiri menikmati lembutnya bibir Haechan. Entah siapa yang melepas lumatan itu mereka berdua terdiam canggung.

"aku tak bisa mampir." pamit Mark, Haechan yang tersadar langsung membuka sabuk pengaman dan membuka pintu mobil.

"terimakasih sekali lagi dan hati-hati dijalan."

Ia keluar dari mobil Mark dan sedikit mundur ia lambaikan tangannya dengan pipi yang masih merah, Mark melajukan mobilnya dengan cepat, mungkin sudah tak tahan menahan kecanggungan. Haechan buru-buru masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamarnya tanpa menyapa ayahnya yang sedang ngopi santai di ruang tv.

Ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri namun bayangan lumatan tadi masih berputar di otaknya, Mark pelumat bibir yang handal, ups! Maksudnya good kisser. Astaga jangan mesum di kamar mandi nak.

⛅⛅⛅

Udah lama gak update ya, chapter ini udah aku tulis dari lama tapi belum sempet di edit jadi ya gitu deh.

Gimana suka nggak dikasih yg manis manis semanis bibir Haechan dan senikmat lumatan Mark? Apasih wkwk. Ayo kasih aku feedback biar makin semangat nulisnya.

<3






BOYFRIEND (markhyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang