4. Belanja

3.9K 386 53
                                    

"tapi aku bisa menghubungi Jaemin atau Renjun agar mereka menginap dirumahku saja." tolak Haechan lagi. Sungguh dia sangat canggung bila bertemu orang tua Mark.

"aku saja yang menemanimu."

"maksudnya?"

"aku yg menginap dirumahmu."

Haechan ingin menolak tapi Mark sudah mendahului, "bukankah kau merindukanku?"

"a-apa?"

"kau merindukanku sampai mengajak putus kan. Mari habiskan waktu bersama." Mark ini bikin deg-degan saja. Pipi Haechan bahkan sudah merah merona, bibirnya tak bisa mengucapkan kata. Sungguh mengejutkan.

Mark tak mau kehilangan Haechan, sepertinya keberadaan Haechan sangat penting untuknya. Ia tak mau mengulangi kesalahannya kemarin yang tak mau menghubungi kekasihnya sampai-sampai Haechan menangis dan meminta putus. Mark sudah mulai menyadari bahwa sepertinya sekedar rasa sukanya sudah berubah menjadi cinta.

Asal kau tahu Mark kalau Haechan hanya drama saja kemarin. Tapi dramanya bisa sampai membuatmu takut, hebat sekali Lee Haechan.

"apa tidak apa-apa?" tanya Haechan memastikan akankah Mark tak apa direpotinya.

"hm." jawabnya singkat lalu melanjutkan membalik daging dan mengangkatnya untuk diberikan kedalam mangkuk nasi Haechan.

"setelah ini kita kemana?" tanya Haechan penasaran.

Mark berfikir kemana perginya mereka setelah ini. Pergi ke taman namun cuaca sedang sangat dingin, mengelilingi kota di malam hari namun sepertinya diluar sana sedang berkabut, menonton film di bioskop namun dirinya tak begitu suka suara yang terlalu keras.

Mark terlalu lama berfikir, "bagaimana kalau kita belanja saja? Aku belum belanja bulanan dan sepertinya tidak ada cemilan dirumah." ide Haechan.

"cepat selesaikan makananmu." Mark menyetujui ajakan Haechan tadi. Mereka segera menghabiskan makan malam dan membayarnya. Sempat adu mulut siapa yang akan membayar makanan kali ini dan akhirnya dimenangkan oleh Mark.

Untung saja Mark bersikeras untuk membayar, kalau Haechan yang menang ia akan menangis melihat nominal makanannya. Daging sapi Korea itu mahal.

Mark kembali menggenggam tangan Haechan dan langsung masuk kedalam mobil. Sungguh cuaca malam ini sangatlah dingin, tangan Haechan kembali beku dan langsung diambilnya heatpack yang tadi dibelikan Mark.

Mobil sudah melaju menuju ke supermarket. "cuacanya sangat dingin, apakah kau tak kedinginan?" tanya Haechan penasaran, sedari tadi Mark tak menunjukkan kalau badannya menggigil atau terganggu dengan suhu malam ini.

"tak terlalu." jawabnya enteng.

"bagaimana bisa? Apa bulu badanmu itu bulu domba?" tanyanya ngawur. Sudah kembali cerewet ternyata, padahal Ia ingin kelihatan masih marah dan membuat Mark merasa bersalah.

"aku berbeda denganmu."

"apanya yang beda? Kita sama-sama manusia, sama-sama makan nasi dan juga sama-sama laki-laki!"

"aku tidak lembek."

Haechan diam menahan kesal, maksudnya apa? Dia lembek seperti perempuan begitu? Mentang-mentang Haechan penakut dan suka ngambek bukan berarti dia sama seperti perempuan ya!

Haechan hanya diam menahan pikiran di otaknya tadi, tak mau mengomeli Mark karena hari ini adalah hari bahagia, tak mau merusak momen menyenangkan ini.

Sesampainya di supermarket mereka langsung pergi menuju ke rak bagian cemilan, Haechan mengambil beberapa makanan ringan asin dan manis lalu memasukkannya kedalam troli yang didorong Mark. Lalu pergi ke kulkas minuman dan mengambil beberapa kotak susu, juga diambilnya roti dengan selai untuk sarapan besok pagi.

"kau mau apa hyung?" tanya Haechan pada Mark yang daritadi hanya mengikuti dan melihat pergerakannya mengambil barang.

"tidak ada." tak apa singkat yang penting masih di jawab.

"kalau begitu ayo ke rak produk kecantikan."

"untuk apa? Apa kau ingin membeli make up?" tanya Mark kaget.

"membeli sabun wajah." kulit Haechan sangat sensitif, Ia sulit menemukan sabun wajah yang sesuai dan cocok dengannya. Maka dari itu Ia lebih suka memakai produk kecantikan wanita untuk kulitnya.

Setelah sampai di rak yang Haechan maksud, Ia mengambil dan memperhatikan sabun yang biasa Ia pakai. "kau memakai barang seperti itu?" tanya Mark heran.

"ini hanya sabun. Kulitku sangat sensitif, aku sulit mendapatkan produk laki-laki yang cocok untukku." jelasnya sambil memilih sabun badan juga, sekalian beli saja biar besok tak perlu beli lagi.

Mark hanya mengucap 'oh' pantas saja kulit Haechan sangat halus seperti kulit wanita ternyata Ia memakai produk seperti itu juga. Ingatkan Mark untuk terus menggenggam tangan Haechan yang berbalut kulit lembut nan halusnya. Sangat nyaman.

"kau juga memakai lipstick?" tanya Mark lagi saat Haechan mengambil barang untuk bibir itu.

"ini lipbalm," jawabnya jengah. "ini untuk melembabkan bibir bukan untuk mempermerah bibir." jelasnya. Mark hanya menanggapi dengan 'oh' lagi.

"jangan bilang kau tak pernah memakai lipbalm?" tanya Haechan kaget dan memperhatikan bibir Mark, bibirnya memang sedikit pecah tapi tak terlalu kelihatan. Sedikit pucat namun tetap merah.

Mark menggelengkan kepalanya, ia tak pernah peduli tentang perawatan tubuhnya sendiri. Hanya memakai sabun wajah pria dengan merek biasa, menggunakan sabun mandi dan shampoo, juga tak lupa dengan parfum dan pomade agar lebih rapi. Hanya itu saja. Hampir saja lupa, Mark itu sangat suka berolahraga di pagi hari seperti jogging, bermain basket atau sepak bola. Berenang atau kadang pergi ke tempat gym bersama Jeno dan Lucas, terlihat kurus namun tetap berotot.

"kau harus lebih memperhatikan dirimu sendiri." ucap Haechan menasihati.

"kan ada kau."

"maksudnya?" tanya Haechan bingung.

"ada kau yang akan memperhatikanku." gombalnya.

Sudah berapa kali Haechan bersemu hari ini, sungguh mengagetkan tingkah Mark. Namun Haechan menyukai Mark yang seperti ini, yang sering berbicara dan bertingkah romantis. Tidak seperti Mark yang dulu tiba-tiba mengajaknya berpacaran dan mendiaminya setelahnya.

Haechan mengabaikan gombalan Mark dan memilih  barang kebutuhannya lagi. Saat semua sudah lengkap, mereka langsung menuju ke kasir. Lagi-lagi perdebatan mengenai siapa yang membayar terjadi.

"ini barang-barangku sudah sewajarnya aku yang bayar." ngeyel Haechan.

"aku saja."

"tapi ini punyaku hyung." tolak Haechan lagi.

Kasir disana terlalu lama menunggu, "debit atau cash tuan?" tanya kasir itu sekali lagi. "debit." jawab Mark lalu segera menyodorkan kartu ATM nya. Haechan kalah start lagi.

Di perjalanan menuju parkiran Haechan terus-terusan merengut. Sebal dan tak enak hati, baru jadi pacar tapi sudah membelikan kebutuhan bulanannya. Seperti dinafkahi suami saja.

Haechan sudah duduk di dalam mobil sedangkan Mark sedang memasukkan belanjaan ke dalam bagasi. Setelah selesai mengurusi belanjaan Mark lari mengitari mobil, masuk ke dalam dan langsung mengarahkan kendaraan nya ke rumah Haechan.

"nanti aku ganti." kata Haechan.

"tak usah." jawab Mark tak senang.

Haechan sudah akan mengucapkan paksaan namun di dahului tolakan Mark lagi, "jangan dipikirkan."


⛅⛅⛅

Aku bakal kasih lagu buat di mulmed, harapannya biar bisa bangun mood kalian saat baca nantinya.

Fyi aku nulis cerita ini gara gara aku liat di beranda ytb ada sisi dan digo, tau sendiri mereka kapal tergemes pada masanya. Sisi yg cemburuan manja dan berisik trus digo yg cool bgt. Iya gak? Kayanya aku doang yg mikir gitu :(

Vote dan komen ya

<3

BOYFRIEND (markhyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang