Jaemin menghampiri teman-temannya yang sedang asik mengobrol. Ia menatap tajam ke arah Yuta, Taeyong, dan Johnny."Kenapa lo? Sewot bener mukanya," tanya Jeno.
"Lo bertiga jangan gangguin Jenna. Dia itu punya gue," ucap Jaemin. Renjun mengangkat alisnya bingung.
"Heh lo aja tuh gak dianggap sama Jenna," ucap Renjun kejam.
"Posesif bro," ucap Johnny menggoda.
"Jadi pengen culik Jenna," ucap Yuta.
"Jangan macem-macem!"
"Udah gak usah alay Jaem. Lo sama Jeje kan belom pacaran," ucap Renjun.
"Eh belom pacaran?" tanya Taeyong kaget.
"Wah tikung boleh nih," goda Johnny lagi. Ia semangat sekali menggoda Jaemin sampai membuat wajah laki-laki itu memerah menahan amarah.
Jaemin ingin membalas namun Jenna datang dengan sepiring makanan. Gadis itu dengan santainya duduk di sebelah Renjun dan mulai menyantap makanan.
"Itu bukannya buat gue?" tanya Jaemin.
"Dih ambil sendiri lah. Gue kan bukan bini lo," balas Jenna. Seketika tawa teman-teman Jaemin pecah. Dengan wajah cemberut Jaemin beranjak untuk mengambil makanan.
"Je, Jaemin kalau ngambek susah loh dibujuknya," ucap Jeno.
"Biarin aja," balas Jenna acuh.
"Je, lo beneran gak pacaran sama Jaemin?" tanya Taeyong.
"Ya enggak lah."
"Belom kali maksudnya," ucap Renjun.
Jenna tidak menjawab. Ia lebih memilih fokus pada makanannya daripada membalas godaan teman-teman Jaemin. Namun sampai makanannya habis, Jenna tidak melihat keberadaan Jaemin. Laki-laki itu tiba-tiba saja menghilang.
"Jaemin kok gak balik-balik ya?" tanya Jenna khawatir.
"Ke toilet kali," ucap Chenle.
Perasaan Jeno jadi tidak enak. Laki-laki itu bangkit membuat yang lain langsung menatapnya.
"Mau kemana No?" tanya Yuta.
"Perasaan gue gak enak Bang," ucap Jeno. Ia langsung melangkahkan kakinya mencari keberadaan Jaemin. Melihat kepanikan Jeno, Jenna jadi tambah khawatir. Ia menyalakan handphonenya dan menghubungi nomor Jaemin.
"Diangkat?" tanya Renjun. Jenna menggeleng.
Mereka semua beranjak dan berpencar untuk mencari Jaemin. Jenna pergi menuju basement. Ia terkejut saat melihat Jaemin yang sedang dikeroyok oleh beberapa pria kekar. Dengan panik, Jenna memencet angka tiga yang langsung terhubung dengan Renjun.
"Ya Je? Udah ketemu?"
"Njun...ke basement sekarang!"
Jenna langsung bersembunyi ketika salah satu dari mereka tampak melihat sekeliling. Jantungnya berdegup dengan kencang. Lalu tak lama Renjun datang bersama yang lain. Mereka langsung membantu Jaemin yang sudah tak berdaya dengan wajah babak belur.
Untungnya teman-teman Jaemin berhasil mengalahkan preman-preman yang menghajar Jaemin. Setelah preman-preman itu kabur, Jenna langsung berlari menghampiri Jaemin.
"Jaemin!"
Jaemin meringis saat tangan Jenna menyentuh pipinya yang memar.
"Mereka siapa sih?" tanya Chenle. Napasnya terlihat naik turun setelah menghajar beberapa preman tadi.
"Mungkin suruhan orang yang benci Jaemin. Sekarang kan nama Jaemin lagi naik banget. Padahal dia artis muda," ucap Jeno.
"Ayo ke rumah sakit," ucap Jenna.
"Gak usah Ndut. Gue baik-baik aja," ucap Jaemin.
"BAIK-BAIK AJA APANYA SIH! MUKA BONY--darah. Hidung Jaemin berdarah!"
Jenna panik. Ia sudah menangis sekarang. Dengan cepat Jeno dan Johnny memapah Jaemin dan membawanya masuk ke mobil Jeno. Jenna ikut duduk di kursi belakang sedangkan di kursi depan ada Jeno yang menyetir dan Renjun di sebelahnya.
Jaemin menghapus air mata Jenna yang mengalir. Laki-laki itu tersenyum, berusaha untuk terlihat baik-baik saja agar Jenna tidak khawatir.
"Tenang Ndut. Gue gapapa," ucap Jaemin.
"Diem Jaem!"
Jenna mengambil tisu dan menyeka darah dari hidung Jaemin.
Drt drt
Jeno mengangkat panggilan dari Donghae.
"Papi sama Mami lagi otw Bandung. Kamu jaga Jaemin ya No."
"Iya Pi."
"Pii aku baik-baik aja," sahut Jaemin.
"Iya Papi tau."
"Udah ya Pi. Kita udah sampe RS nih. Nanti Jeno kirim alamatnya."
"Oke."
Sesampainya di rumah sakit, Jaemin langsung dibawa ke UGD. Untungnya luka laki-laki itu tidak terlalu parah.
"Dibilang gue gapapa," ucap Jaemin.
"Ya gak ada salahnya kan diperiksa. Takutnya ada sesuatu yang gak diinginkan," ucap Jeno.
"Ciee yang abis nangis. Khawatir banget kayaknya sama gue," ucap Jaemin. Ia mencolek dagu Jenna. Namun Jenna memalingkan wajahnya dan kembali meneteskan air matanya membuat Jaemin panik.
"Eh eh kok nangis?" tanya Jaemin.
"Gue kira lo ambil makanan. Tapi kenapa malah dikeroyok?" tanya Jenna sambil terisak. Renjun merangkul sepupunya itu dan mengelus bahu Jenna.
"Iya Jaem. Kok lo bisa dikeroyok sih?" tanya Jeno.
"Gue lagi pengen ke taman. Tapi tiba-tiba aja dibekep sama orang. Terus gue dibawa ke basement. Tau-tau dikeroyok," ucap Jaemin.
Jaemin berusaha bangkit membuat ringisan kecil keluar dari bibirnya. Jenna yang melihat itu langsung membantu Jaemin duduk.
"Gak usah nangis Ndut. Gue gapapa," ucap Jaemin.
"Gue khawatir tau!" aku Jenna jujur. Jaemin tersenyum meski bibirnya terasa perih saat ini.
"Berarti lo udah mulai sayang kan sama gue?" tanya Jaemin.
"Jangan sampe muka lo yang udah bonyok gue bikin bonyok ya Jaem. Gue serius tau!"
"Ya gue juga serius Ndut."
"Tau ah. Lo mau diperhatiin malah begitu. Males gue."
Jenna mengusap pipinya yang basah.
"Je," panggil Jaemin.
"Apa?" tanya Jenna serak.
"Makasih," ucap Jaemin tulus.
"Buat?"
"Karena udah khawatir sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Double J
Fanfiction"Ndut." "Ndut." "Ndut." Jenna menggeram marah mendengar panggilan itu. Ia menatap garang ke arah suaminya yang sedang tersenyum manis padanya. "Sekali lagi lo panggil gue kayak gitu, tidur di luar!" "Ndutt~"