Irene bersedekap seraya menatap Jaemin yang tengah membereskan baju-bajunya yang berserakan. Di sofa, ada Jeno dan Jisung yang juga tengah menatap Jaemin."Kamu mau pulang sekarang?" tanya Irene.
"Iya. Aku kan udah bilang tadi," jawab Jaemin.
"Besok aja deh pulangnya. Sekarang udah malam. Mami takut kamu kenapa-napa," ucap Irene. Jaemin menutup kopernya lalu menghampiri Irene.
"Aku gak mau bikin Mami khawatir. Jadi aku berangkat besok subuh," ucap Jaemin. Irene langsung memeluk anaknya.
"Semangat ya. Kalau emang Jenna itu jodoh kamu, mau seberat apapun, pasti akhirnya dia bakalan pulang ke kamu," ucap Irene. Jaemin melepaskan pelukan Irene dan menatap maminya itu dengan lembut.
"Mami tenang aja. Yang penting Mami doain Jaemin biar bisa dapetin Jenna," ucap Jaemin.
"Jaem," panggil Jeno.
"Apa?"
"Kata Rina, cewek itu gak suka dibilang gendut. Jadi jangan panggil Jenna kayak gitu lagi," ucap Jeno.
Jaemin terkekeh kecil.
"Iya gue tau."
***
Jaemin menatap jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan jam makan siang. Laki-laki itu mempercepat langkahnya menuju ruangan Jenna. Ketika tiba, ia langsung mengetuk pintunya. Setelah mendengar suara yang mempersilahkan ia masuk, Jaemin langsung masuk ke dalam.
"Hai," sapa Jaemin.
"Hai Jaem. Kapan pulang?" tanya Jenna. Ia mengambil handphonenya kemudian mengajak Jaemin duduk di sofa.
"Baru aja sih. Oh ya gue mau ngajak lo makan siang," ucap Jaemin langsung mengutarakan niatnya.
"Duh sorry banget ya. Gue udah ada janji sama orang," tolak Jenna langsung.
"Sama siapa?" tanya Jaemin kecewa.
"Sungchan."
"Sungchan?"
Jenna mengangguk. Bertepatan dengan itu, handphone Jenna berbunyi. Jaemin tertohok saat melihat nama yang tertera di layar handphone Jenna.
Sayang
Jenna mengambil handphonenya dan mengangkat panggilannya.
"Ya Sungchan?"
"..."
"Ya ampun kenapa gak naik aja sih ke atas?"
"..."
"Iya bentar lagi ke bawah. Ini lagi ada tamu."
"..."
"Oke. Nanti langsung masuk aja."
"..."
"Dah."
Tut
Jenna kembali menaruh handphonenya di atas meja.
"Siapa yang nelpon?" tanya Jaemin.
"Oh yang nelpon--"
Ceklek
"Jenna?"
Ucapan Jenna terhenti saat Sungchan masuk ke dalam ruangannya. Jenna langsung berdiri dan menghampiri Sungchan.
"Duh maaf ya Sayang. Lama ya nunggunya tadi?" tanya Jenna tak enak.
"Ini siapa?" tanya Sungchan seraya menatap Jaemin yang juga tengah menatapnya.
"Oh iya kenalin ini temen gue. Namanya Jaemin," ucap Jenna memperkenalkan Jaemin.
"Sungchan."
"Jaemin."
"Masih lama gak ngobrolnya?" tanya Sungchan, mengalihkan pandangannya pada Jenna.
"Oh enggak kok ini udah selesai," ucap Jenna.
"Bisa berangkat sekarang?"
"Bentar gue ambil tas dulu."
Jenna berlari kecil mengambil tasnya. Ia memasukkan handphonenya disana. Lalu ia menghampiri Sungchan.
"Jaemin sorry ya, gue harus pergi," ucap Jenna.
"Gue ikut!"
Jenna mengerjap. Ia menatap Sungchan yang terlihat kaget dengan apa yang Jaemin ucapkan. Buru-buru Jenna menolak Jaemin.
"Sorry banget Jaem. Sungchan gak suka kalau jalan sama orang yang baru dia kenal. Kalau gitu gue pergi ya."
Jenna menarik Sungchan keluar dari ruangannya meninggalkan Jaemin dengan hati yang terluka. Jaemin mengacak-acak rambutnya melihat kepergian Jenna.
Kalau gini, gak ada harapan kan untuknya?
***
Suara deru mesin mobil terdengar memasuki rumah. Seorang pria keluar dari mobil dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Keningnya mengkerut saat melihat keberadaan seseorang di ruang keluarga rumahnya.
"Jaemin? Tumben banget kesini," ucap Kai. Ia duduk di sebelah Jacob, setelah sebelumnya memberikan jasnya pada Krystal.
"Ba, kayaknya aku gak ada harapan deh," ucap Jaemin langsung.
"Loh kenapa?" tanya Kai bingung.
"Jenna udah punya pacar," ucap Jaemin lesuh.
"Hah? Jenna punya pacar?" ulang Kai terkejut.
"Sejak kapan Jenna punya pacar?" gumam Krystal yang mencuri dengar percakapan mereka.
"Siapa namanya?" tanya Jacob.
"Sungchan," jawab Jaemin. Kai ingin mengucapkan sesuatu tetapi kakinya sudah lebih dulu diinjak oleh Jacob. Anaknya itu mengisyaratkan dirinya untuk diam saja.
"Oh Sungchan. Kalau itu sih berat Jaem," ucap Jacob. Dalam hati ia tertawa melihat wajah mengenaskan Jaemin.
"Iya gue tau. Makanya gue kesini mau bilang kalau gue mundur," ucap Jaemin.
"Segitu doang perjuangan kamu buat anak Baba?" tanya Kai.
"Terus Baba mau aku hancurin kebahagiaan Jenna gitu? Kalau emang bahagianya Jenna bukan sama aku, aku bisa apa?"
Krystal memandang miris ke arah Jaemin. Ia menaruh nampan berisi tiga cangkir teh ke atas meja.
"Mungkin kalau kamu mau sedikit bersabar, kamu bisa sama Jenna," ucap Krystal.
"Maksud Mama?" tanya Jaemin tak mengerti. Krystal menatap Jacob yang sedang mengedipkan sebelah matanya.
"Bukan apa-apa. Silahkan tehnya diminum. Mumpung anget," ucap Krystal sebelum melangkah menjauh menuju dapur.
"Jadi, kamu nyerah nih sama anak Baba?" tanya Kai.
"Ya gimana dong. Gak ada harapan buat aku, Ba."
Kai menghela napasnya. Ia menyenderkan tubuhnya di sofa seraya matanya memandang Jaemin intens.
"Baba kasih kamu waktu buat mikir. Kalau emang kamu mau berhenti, ya silahkan. Itu hak kamu. Tapi sekalinya kamu muncul, kamu gak boleh mundur lagi," ucap Kai serius.
Jaemin menunduk, sudah tidak ada semangat untuk membicarakan Jenna. Lagipula apa lagi yang bisa ia harapkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Double J
Fanfiction"Ndut." "Ndut." "Ndut." Jenna menggeram marah mendengar panggilan itu. Ia menatap garang ke arah suaminya yang sedang tersenyum manis padanya. "Sekali lagi lo panggil gue kayak gitu, tidur di luar!" "Ndutt~"