CHAPTER 9

26 4 0
                                    

play song : you broke me first
.
.
.
.

"Terkadang berjanji bukan untuk ditepati, hanya sebagai penenang hati." -Gladis

Dadanya sakit bukan main, Gladis menyentuh dadanya terasa sangat menyesak kan padahal kemarin ia sangat bahagia karna menghabiskan waktu bersama Bright dan sekarang seolah-olah kenangan itu tak berharga.

ia menutup mulut tak percaya lalu Gladis berlari ketoilet mengunci dirinya disana. ia tak percaya dengan apa yang ia lihat.  ia menutup mulutnya agar tak ada yang mendengar suara tangisannya.

Kakinya sangat lemas untuk berdiri ia tak punya tenaga. rasanya seperti tercabik-cabik. Jika yang Bright pacari wanita mungkin rasa sakitnya akan biasa saja, tapi? tandingannya kali ini laki -laki.

Gladis menenangkan dirinya dan kembali ke belakang hotel, merapihkan bajunya dan izin untuk pulang lebih dulu karna ia ber alasan tak enak badan.

Ia pulang menaiki bus, membuka sedikit kaca bus sambil menikmati hembusan angin malam. Dan sesampai diapartemen Gladis mencoba untuk tidur namun tak bisa, ia terus mengingat kejadian Bright yang dengan tertawa lepas bercanda dengan Win.

"Bodoh, lupain!"

"Sekarang fikirin masa depan kamu sendiri Gladis." Gladis menyemangati dirinya sendiri.

¤¤¤

Keesokan paginya hari itu turun hujan. Gladis mencari payung kuning pulkadot miliknya  namun ia tak bisa menemukan payung itu.

Gladis yang berada diluar pintu lobby apartemen hanya berdiri sambil menunggu hujan reda supaya ia bisa berlari menuju halte.

Hujan sepertinya tak ingin mengalah. Karna takut telat masuk kelas Gladispun nekat menerobos Hujan, Namun tiba-tiba Bright datang sambil memayungi dirinya.

"Sorry telat." Ucap Bright sambil menggosokan tangannya ke rambut ia yang sedikit basah sambil tertawa kecil.

Gladis hanya memandangi wajah Bright seolah Kejadian semalam berputar kembali, Tak sadar ia menitikan air matanya. tangannya refleks menampar Bright. Bright yang kaget hanya bisa membengong. Apa yang terjadi? begitulah kira-kira yang ada di fikiran Bright.

Gladis langsung merebut payung itu dari tangan Bright dan berjalan ke arah halte. meninggalkan Bright disana.

Bright berlari dan ikut memayungi dirinya berdekatan dengan Gladis.

"Are you okay?" Ucap Bright

Gladis hanya diam. moodnya sedang buruk kali ini.

Bright menarik tangan gladis untuk berjalan kearah mobilnya dan masuk kedalam.

Selama perjalananpun Gladis hanya diam dan menatap keluar.

"Gladis?" Untuk pertama kalinya Bright memanggil namanya.

Gladis hanya berdehem. "hmm."

"Kau? Marah?"

"hmmm"

"Benarkan kau marah?" Bright menoel pipi Gladis dan berhasil membuat Gladis tersenyum.

"Maafkan aku tak bisa menjemputmu, Aku ada urusan penting kemarin."

"urusan penting untuk berpesta gay." Batin Gladis.

luv u ma boy •BrightVachirawitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang