"Kan aku udah bilang, kami gak ada apa-apa. Masa gak percaya? Toh aku udah nikah sama kamu. Aku sama Yedam hyung juga udah pisah dari lama kan,"
"Ya- tapi kan-"
"Ayolah, Jeongwoo. Yedam hyung juga butuh pekerjaan. Lagian, skill sama pengetahuan Yedam hyung cocok di perusahaan ku. Masa mau disia-siain,"
"Ck. Tapi kan siapa tau kam-"
Cup
"Believe in me."
Jeongwoo diam. Ia menatap netra Haruto yang tengah menatapnya tajam. Kalimat terakhir namja Jepang itu begitu tegas. Bak titah seorang raja yang tak bisa di bantah.
Helaan napas terdengar dari Jeongwoo. Ia lalu berbalik dan pergi setelah berkata ia percaya pada Haruto.
Sedangkan Haruto, pemuda itu menghembuskan napasnya dan mengacak rambutnya asal.
Ceklek
Pintu ruangan terbuka. Haruto menoleh dan mendapati objek perdebatannya dengan Jeongwoo tadi.
Yedam tak menatap balik Haruto. Hanya berjalan dengan muka ditekuk nya ke meja Haruto dan menaruh beberapa map yang berisi laporan yang baru saja Yedam revisi.
"Setengah jam lagi meeting sama client kesayangan mu dari Jepang," ujar Yedam dingin.
Sret
Haruto dengan sigap menahan tangan Yedam yang hendak beranjak keluar ruangan.
Yedam memutar bolanya matanya malas. Ia membiarkan Haruto membalik tubuhnya sehingga keduanya berdiri berhadapan.
"Kamu marah, hyung?"
"Buat apa?"
"Karena Jeongwoo datang,"
"Gak tuh. Dah biasa," jawab Yedam ketus. "Minggir ah, mau keluar. Nyiapin bahan presentasi kamu,"
Cup
"Kamu marah,"
"Enggak! Minggir gak?!"
Haruto menggeleng ribut.
"Maaf,"
"Ck. Astaga, Haruto! Buat apa minta maaf?! Udah ah-"
Cup
Yedam mendorong Haruto kasar.
"Stop. Gak usah cium-cium lagi,"
"Enggak sampai kamu maafin aku,"
Yedam jadi emosi. Ia mendengus kesal dan kemudian berbalik. Berjalan segera ke pintu dan keluar setelah mengancam Haruto jika berani mengikuti nya, Haruto tidak boleh menyentuhnya selama beberapa waktu.
Saat ia keluar, ia mendapati Doyoung- kepala departemen kreatif yang baru saja keluar dari lift dan berjalan ke satu satunya ruangan di lantai tempatnya berada. Ruang Haruto.
"Hi, Yedam hyung. Haruto ada kan?"
Yedam mengangguk.
"Ada. Masuk aja,"
Doyoung mengangguk paham. Ia lalu melangkah kan kakinya menuju pintu jati berwarna hitam dengan design minimalis yang indah.
Namun, sebelum tangannya bergerak mengetuk pintu Haruto, ia kembali membalik badan.
"Hyung,"
Yedam yang baru saja hendak menekan tombol lift, kemudian berbalik. Menatap Doyoung bertanya.
"Nanti malam sibuk gak? Ayo makan di luar!"
Yang di tanya nampak berpikir. Mengingat-ingat kegiatan yang mungkin dilakukannya nanti malam.
Tidak ada hal penting seperti nya. Pekerjaannya tidak banyak. Bisa ia lembur. Beres-beres apartemen juga tidak. Ia sudah membereskannya kemarin ini. Mungkin hanya di bersihkan biasa dengan vacuum cleaner.
Haruto? Ah tidak. Namja itu pasti akan pulang ke rumah nya dan menghabiskan malam dengan pasangannya yang baru pulang dari kampung halamannya, Iksan.
"Enggak sibuk kok. Share location aja, nanti aku ke sana," ujar Yedam sembari tersenyum.
Doyoung mengangguk senang. Keduanya lalu kembali melakukan apa yang hendak mereka lakukan tadi.
Coming soon.
정햔재.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Selfish• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
FanfictionYedam lelah dengan terus-terusan jadi pihak yang mengalah. Ia ingin merasakan bagaimana egois itu. Tak peduli apa kata semesta, ia hanya ingin egois dengan mempertahankan Haruto, seperti Haruto yang juga egois karena tak melepaskan Yedam. . . . ➷...