Extra Part : We're Just Friend

600 30 24
                                    

Engga tahu setan apa yang memengaruhiku buat post ini. Padahal sebelumnya dibaca sendiri doang. Mungkin alasan yang masuk akal karena aku ga tega kasih ending gitu doang. Mencoba memosisikan diri kalau author dari cerita yang aku baca melakukan hal yang sama. Ngga kesel sih, cuma nanggung aja. 

Aku kasih hari ini. Part yang lain biar tetap private. Beda cerita sama Noah yang punya extra part banyak. Jangan marah ya, hehehe. Berdoa saja semoga lain kali setan bikin aku publish part tambahan. Tapi keknya engga mungkin.

Halo, apa kabar? Semoga sehat semua ya!! Lagi musimnya gampang sakit.

Happy Reading!!

If it's 10, 000 hours or the rest of my life. I'm gonna love you.

Dan + Shay, Justin Bieber - 10,000 Hours

++++

San Francisco, California, USA.

Bunga, lampu gantung, beserta hiasan pendukung lainnya ditata sangat rapi sehingga tampak indah. Musik lembut nan romantis mengalun lembut, memanjakan setiap telinga pendengarnya. Semua orang yang datang berpakaian rapi, sebab tahu ini bukan acara main-main.

Dari kursinya Georgia menyaksikan orang-orang sedang berdansa. Lihat senyum menawan itu, membuat ruangan ini dipenuhi kebahagiaan. Memangnya siapa yang tidak bahagia di acara pernikahan? Mereka yang patah hati, kemungkinan besar tidak akan datang.

"Akhirnya aku punya waktu untukmu. Kita belum berdansa sejak tadi."

"Aku nyaris berpikir kau melupakanku."

"Mana mungkin aku melupakanmu, Georgia."

Georgia menerima uluran telapak tangan Nathan yang kemudian menariknya menuju lantai dansa. Ini bukan pertama kalinya mereka berdansa. Georgia sudah terbiasa dengan tangan Nathan yang memeluk pinggangnya.

Pernikahan digelar secara tertutup. Tidak ada media yang diperbolehkan masuk ke dalam ballroom. Hanya fotografer yang sudah disewa saja, yang mendapat isin mendokumentasikan acara dari awal hingga akhir. Ini semua murni keinginan Nathan. Selain karena menghindari kericuhan, Nathan juga ingin semua yang hadir merasa nyaman tanpa gangguan blitz kamera yang terlalu banyak.

"Menurutmu apa yang mereka pikirkan saat ini?" tanya Georgia. "Saat melihat kita berdansa tentunya."

"Kau. Aku yakin mereka mengabaikan keberadaanku karena terlalu fokus padamu. Kau terlihat cantik seperti biasa."

"Kalimatmu tidak pernah berubah."

Georgia mengedarkan pandangannya pada tamu undangan. Beruntung mereka terlihat biasa saja. Tidak ada wajah penasaran yang mencoba untuk mengetahui, siapa perempuan yang saat ini sedang berdansa dengan Nathaniel Bayer.

"Siapa pria yang berdansa dengan Kaia?"

"Satu dari sekian mantan kekasihnya. Aku senang saat tahu dia punya mantan kekasih yang masih waras. Sisanya sudah gila."

Alis Georgia terangkat. "Lalu bagaimana dengan mantan kekasihmu, Mr. Bayer? Kau tak pernah mengatakannya padaku," ujar Georgia diakhiri dengan kekehan kecil.

"Entah bagaimana aku mengatakannya. She's the best."

"Aku bersyukur bisa melihatmu mencapai titik ini. Kau dan Kaia, semoga kalian terus bahagia. Ayo, antarkan aku bertemu dengan Kaia. Waktuku sudah habis, harus pulang sekarang."

"Ck! Seperti Cinderella saja," cibir Nathan namun tetap menuruti permintaan Georgia.

Sebelum keluar dari hotel, Georgia mengganti gaunnya dengan pakaian biasa. Hal ini perlu dilakukan sebagai cara menghindari para wartawan yang menyorot tamu undangan. Ada beberapa alasan Georgia tidak ingin bicara dengan media. Pertama, ini bukan haknya. Biarkan Nathan dan Kaia yang bicara. Kedua, seseorang sedang menunggunya di luar sana. Georgia tidak ingin buang-buang waktu.

Ocean Eyes (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang